Jakarta, Indometro.id -
Perjalanan sebuah negara dapat tercatat dengan baik dalam arsip sebagai informasi aktual atas peristiwa penting yang telah dilalui. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo menjelaskan bahwa arsip negara merupakan memori kolektif yang berperan sebagai identitas dan jati diri bangsa.
“Sebagai memori
kolektif, arsip merupakan endapan informasi bangsa yang mengandung nilai-nilai
mendasar bagi pendidikan karakter, jati diri bangsa, serta berperan dalam menumbuhkan
jiwa nasionalisme,” jelas Menteri Tjahjo saat membuka Pekan Memori Kolektif
Dunia dan Webinar Internasional "Soekarno Mengguncang Dunia: To
Build the World a New" yang digelar oleh Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI) secara virtual, Senin (11/10).
Arsip, sebagai
warisan dokumenter perjalanan sebuah bangsa dan negara juga berfungsi sebagai
ingatan dunia yang perlu dilestarikan. Sebagai khazanah sejarah bangsa, arsip
memainkan peran yang strategis untuk terus dapat menjaga identitas bangsa
Indonesia bagi generasi yang akan datang.
Melalui Pekan Memori Dunia: Memory of World, memori kolektif bangsa dapat didiseminasikan dengan baik. Pada tahun ini, ANRI mengusung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non-Blok dan pidato Presiden Soekarno di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 30 September 1960 dengan judul To Build the World a New sebagai ingatan kolektif dunia atau memory of the world.
Atas prakarsa
tersebut, Menteri Tjahjo pun menyampaikan dukungannya. “Kami dari Kementerian
PANRB sangat mendukung upaya ANRI menjadikan tonggak sejarah Indonesia menjadi
ingatan kolektif dunia. Terlebih, dua peristiwa penting tersebut merupakan
tujuan nasional Indonesia sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni
mewujudkan perdamaian dunia,” pungkas Tjahjo. (*)