-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Pemerintah Aceh Diminta Gandeng Model untuk Promosikan Wisata di Aceh

    batnews.site
    Senin, 07 Juni 2021, Juni 07, 2021 WIB Last Updated 2021-06-07T05:06:35Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh

    Ketua Yapsemo Aceh Cut Ratnawati
    BANDA  ACEH, indometro.id – Ketua Yayasan Pembina Seni Dan Model (Yapsemo) Aceh, Cut Ratnawati, berharap kepada pemerintah provinsi maupun kabupaten/ kota di Aceh melibatkan para modeling dalam mengembangkan sektor pariwisata. Ratna menilai selama ini pemerintah di Aceh masih kurang memberikan perhatian bagi para pelaku seni, terutama model dalam setiap event, apalagi dalam mempromosikan dunia pariwisata.

    “Padahal para model memiliki nilai jual dalam mengembangkan pariwisata. Seperti pemerintah mau mempromosikan keindahan spot-spot wisata di Aceh, bisa juga dalam mengambil objek melibatkan model dalam pengambilan foto yang dilakukan selain objeknya wisata, tapi ada modeling di dalamnya sebagai icon wisata dengan improvisasi dari spot wisata yang hendak dipromosikan,” kata Cut Ratna, Minggu (6/6).

    Kata Ratna, kurangnya keterlibatan model misalnya duta wisata yang sudah terpilih dalam event tahunan yang diselanggarakan oleh pemerintah selama ini tidak termanfaatkan dengan baik dalam hal mempromosikan wisata.

    Ia pun menyayangkan kegiatan pemilihan duta wisata yang menghabiskan banyak anggaran, namun setelah event bergengsi yang diselenggarakan mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga nasional itu tidak termanfaatkan. “Kalau kita lihat duta wisata selama ini mereka setelah terpilih jadi apa, padahal mereka ini bisa dikatakan model yang harusnya dimanfaatkan, bukan sekedar diajak event lalu selesai.

    Bahkan mereka hanya sebagai penyambut tamu pemerintah saja selama ini,” ungkap pemeran Kak Lela dalam film dokumentar berjudul Suloh. Selain duta wisata yang harusnya menjadi modeling untuk wisata, kata dia, masih banyak model-model lainnya yang selama ini juga masih kurang dilirik pemerintah untuk mengeksplor wisata dan seni budaya.

    Kata dia, akibat dari kurangnya perhatian ini membuat dunia entertaint di Aceh menjadi tidak berkembang lantaran kurang terlibat dalam event-event yang ada. “Kalau di Aceh dulu yang memiliki perhatian terhadap dunia entertaint seperti modeling itu, di Banda Aceh pada masa pemerintahan almarhum pak Mawardi.

    Waktu itu setiap tahun membuat ajang pemilihan putro bungong. Itu kami sebagai modeling masa itu mempromosikan wisata dan sejarah. Untuk sejarah misalnya kami di kepala menggunakan duplikasi loceng cakradonya, pesawat seulawah dan dipilih nantinya apa yang paling menarik untuk dijual,” kata dia. Harusnya kegiatan-kegiatan seperti ini, kata dia, menjadi agenda tahunan Pemerintah Aceh yang bisa dibuat menjadi lebih menarik dan setelah itu ada nilai seni yang dijual.

    Menurutnya kurangnya keterlibatan model, membuat dunia model di Aceh tidak bisa menjadi salah satu ruang lapangan kerja, sehingga banyak seniman model hanya menjadikan kegiatan modeling sebagai hobi.
     
    “Untuk saat ini kalau bicara model paling ada kan, cuma tiga ratusan di Aceh yang fokus, bahkan seperti di bawah Yapsemo itu sejak tahun 2002 kita berdiri hanya ada sekitar 40 orang, dan itu juga ada yang sudah meninggalkan dunia mereka karena sudah menikah,” sebutnya.

    Kehadiran dunia entertaint terutama modeling, kata dia, sebenarnya jika dimanfaatkan dengan baik selain mampu mempromosikan dunia wisata, seni dan budaya juga mampu mempromosikan syariat islam di Aceh.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini