Ketua Yapsemo Aceh Cut Ratnawati |
“Padahal para model memiliki nilai jual dalam mengembangkan pariwisata. Seperti pemerintah mau mempromosikan keindahan spot-spot wisata di Aceh, bisa juga dalam mengambil objek melibatkan model dalam pengambilan foto yang dilakukan selain objeknya wisata, tapi ada modeling di dalamnya sebagai icon wisata dengan improvisasi dari spot wisata yang hendak dipromosikan,” kata Cut Ratna, Minggu (6/6).
Kata Ratna, kurangnya keterlibatan model misalnya duta wisata yang sudah terpilih dalam event tahunan yang diselanggarakan oleh pemerintah selama ini tidak termanfaatkan dengan baik dalam hal mempromosikan wisata.
Ia pun menyayangkan kegiatan pemilihan duta wisata yang menghabiskan banyak anggaran, namun setelah event bergengsi yang diselenggarakan mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga nasional itu tidak termanfaatkan. “Kalau kita lihat duta wisata selama ini mereka setelah terpilih jadi apa, padahal mereka ini bisa dikatakan model yang harusnya dimanfaatkan, bukan sekedar diajak event lalu selesai.
Bahkan mereka hanya sebagai penyambut tamu pemerintah saja selama ini,” ungkap pemeran Kak Lela dalam film dokumentar berjudul Suloh. Selain duta wisata yang harusnya menjadi modeling untuk wisata, kata dia, masih banyak model-model lainnya yang selama ini juga masih kurang dilirik pemerintah untuk mengeksplor wisata dan seni budaya.
Kata dia, akibat dari kurangnya perhatian ini membuat dunia entertaint di Aceh menjadi tidak berkembang lantaran kurang terlibat dalam event-event yang ada. “Kalau di Aceh dulu yang memiliki perhatian terhadap dunia entertaint seperti modeling itu, di Banda Aceh pada masa pemerintahan almarhum pak Mawardi.
Waktu itu setiap tahun membuat ajang pemilihan putro bungong. Itu kami sebagai modeling masa itu mempromosikan wisata dan sejarah. Untuk sejarah misalnya kami di kepala menggunakan duplikasi loceng cakradonya, pesawat seulawah dan dipilih nantinya apa yang paling menarik untuk dijual,” kata dia. Harusnya kegiatan-kegiatan seperti ini, kata dia, menjadi agenda tahunan Pemerintah Aceh yang bisa dibuat menjadi lebih menarik dan setelah itu ada nilai seni yang dijual.