Opini, indometro.id - Tradisi gotong royong adalah kepribadian masyarakat kita, masyarakat Indonesia. Lewat gotong royong, pekerjaan berat menjadi ringan, sesuatu yang mustahil bisa menjadi kenyataan dan bisa terwujud dalam waktu yang cepat, murah serta bermanfaat. Untuk itu, gotong royong harus ditanamkan sejak dini melalui proses pendidikan anak-anak.
“Kegiatan gotong royong harus dilakukan secara nyata, bukan sekadar wacana,”
Melalui gotong royong, kita juga bisa mempererat silaturahmi, memperlancar komunikasi dan menumbuhkan kemitraan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Dengan dilakukannya sebuah kegiatan usaha dalam bentuk apapun secara bergotong royong maka hasil usaha bersama tersebut bisa menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.
“Termasuk pembangunan yang dilaksanakan di Kota Tebingtinggi, akan berhasil maksimal kalau didukung jiwa yang penuh semangat dan perilaku gotong royong seluruh komponen masyarakat,”
Potensi lokal yang ada di Kota Tebingtinggi, seperti usaha kuliner, pertanian, kerambah ikan di sepanjang sungai Padang, dan UMKM yang dikelola masyarakat hasil bimbingan UP2K PKK di Kelurahan harus didukung dengan semangat gotong royong yang inovatif. Begitu pula usaha dan kegiatan lain yang ada , kini tumbuh kembang pesat karena adanya sentuhan gotong royong masyarakat dengan daya dukung kearifan lokal masyarakat setempat.
tak bisa dimungkiri bahwa gotong royong merupakan resep manjur dalam menghadapi segala persoalan, termasuk bencana banjir seperti kemarin tak terkecuali dalam upaya pencegahan penyebaran pandemi Covid-19.
Semangat dan pemaknaan yang sama bangsa ini terhadap falsafah gotong royong tidak mustahil bakal membuat bencana di Kota Tebingtinggi cepat teratasi. Dengan melakukannya bersama-sama dalam satu tujuan, maka sebuah pekerjaan besar akan terasa ringan dan cepat terselesaikan.
Gotong royong berwujud pada disiplin semua orang "Ringan sama dijinjing berat sama dipikul".
"Gotong Royong Berskala Besar (GRBB)" Istilah ini memberikan semangat sekaligus sebagai sebuah otokritik. Seruan itu muncul karena selama ini gotong royong di Kota Tebingtinggi masih berskala kecil, Padahal ancaman Bencana banjir setiap tahunnya pasti ada. bahkan kemarin Kota Tebingtinggi baru saja mengalami kebanjiran besar
Sepertinya memang belum ada penanganan khusus untuk menggerakkan seluruh masyarakat bergotong royong dalam konteks penanganan bencana alam dan pandemi Covid-19, sebuah gerakan yang mungkin dapat menggugah kesadaran sebagai masyarakat kota Tebingtinggi
Tidak cukup menyuarakan penanggulangan bencana alam dan pandemi Covid-19 dengan hidup sesuai peraturan yang ada serta hanya dengan mengandalkan juru bicara gugus tugas dalam penanganan pencegahan penyebaran pandemi covid-19.
Demikian juga dalam menyuarakan gotong royong berskala besar (GRBB) Kita tidak ingin istilah itu sekadar indah dalam jalinan kata kata. Inilah pertaruhan Kota Tebingtinggi tercinta, bukan saja dalam menghadapi bencana alam dan pandemi covid-19, melainkan juga sejauh mana inti sari gotong royong terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari di seluruh lapisan masyarakat Kota Tebingtinggi.
(Skn.53)