-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Banjir & Longsor Landa Tapteng, 7 Orang Tewas

    redaksi
    Kamis, 30 Januari 2020, Januari 30, 2020 WIB Last Updated 2020-01-30T09:20:07Z

    Ads:

    ist

    INDOMETRO.ID – Hujan deras yang melanda berbagai wilayah di Sumatera Utara, Selasa (28/1) malam, mengakibatkan sejumlah wilayah banjir. Selain di Medan dan Deliserdang, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) juga mengalami banjir ditambah dengan longsor. Akibat bencana itu, tujuh orang dilaporkan meninggal dunia dan 700 KK mengungsi ke tempat aman.
    “BANJIR terjadi di Kecamatan Barus, Andam Dewi, Kolang, Pastob, Sorkam, Sarudik dan Batara. Untuk longsor di Andam Dewi dan Sitahuis,” ujar Kepala BPBD Tapteng, Safaruddin Ananda Nasution, seperti dikutip dari New Tapanuli (grup Sumut Pos), Rabu (29/1).
    Menurut Ananda, lokasi yang paling terdampak banjir adalah Kecamatan Barus. Di sana, ada tujuh titik banjir yang terjadi. “Di antaranya Desa Kampung Mudik terendam banjir setinggi 2 meter, Desa Pasar Terandam terkena luapan air Sungai Aek Sirahar dan mengakibatkan banjir dan terendamnya pemukiman setinggi 2,5 meter,” jelasnya.
    Kemudian Desa Bungo Tanjung terendam banjir setinggi 2 meter, Desa Kinali terendam banjir setinggi 2 meter, Desa Ujung Batu terendam banjir setinggi 2 meter. “Di Kelurahan Batu Gerigis terendam banjir setinggi 2 meter dan Kelurahan Padang Masiang terendam banjir setinggi 2 meter juga,” sebutnya.

    EVAKUASI
Personel Kepolisi bersama warga berusaha mengevakuasi jenazah korban tewas akibat banjir bandang dan longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Tengah, Rabu (29/1).
    EVAKUASI Personel Kepolisi bersama warga berusaha mengevakuasi jenazah korban tewas akibat banjir bandang dan longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Tengah, Rabu (29/1).
    Atas peristiwa itu, lanjut Ananda, pihaknya langsung menerjunkan 70 orang personelnya ke lokasi bencana, dan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. “Bersama unsur terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Basarnas turun ke lapangan,” katanya.
    Sebanyak 700 Kepala Keluarga (KK) harus mengungsi. Kini pihaknya telah mendirikan tenda pengungsian di lokasi tersebut. “Pengungsi 700 KK, BPBD Tapteng telah mendirikan tenda pengungsian dan melakukan evakuasi kepada korban banjir ke posko pengungsian. Dinas Sosial telah membuka dapur umum. Dinas Kesehatan melakukan pengobatan terhadap korban luka 22 orang, Basarnas sedang melakukan pencarian terhadap korban hilang,” tuturnya.
    Untuk data korban tewas hingga Rabu (29/1) siang, ada tiga warga yang dilaporkan meninggal dunia. “Korban meninggal atas nama Adwirzah Tanjung (60) dan Idwarnisa (58) warga Kelurahan Padang Masiang, Kecamatan Barus. Kemudian seorang bermarga Marpaung (50) warga Sijungkang, Andam Dewi. Tim masih lanjut berkoordinasi dengan Kepala Desa Sijukkang untuk menyisir dugaan ada korban lain yang tertimbun akibat longsor dan banjir,” sebut Ananda.

    4 Warga Andam Dewi Tewas

    Selain di Barus, banjir dan longsor juga terjadi di Kecamatan Andam Dewi akibat luapan arus sungai. Di kecamatan ini, empat warga dilaporkan meninggal dunia tertimpa longsor, dan seorang lainnya hanyut di Desa Sijungkang.
    Camat Andam Dewi, Demsi Limbong saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, membenarkan adanya warganya yang meninggal dunia tersebut. Keempat korban yang tertimbun longsor dan dinyatakan meninggal dunia adalah Abdul Rahman Simanjuntak (72), warga Kecamatan Manduamas; Lesman Marpaung (57), warga Pakkat; Pardamean Manalu (90), warga Desa Bonandolok Sijungkang; dan Juster Pane(50), juga warga Desa Bonandolok Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi.
    Menurutnya, bencana banjir terjadi akibatk hujan deras yang mengguyur Andam Dewi kurang lebih empat jam lamanya. “Seorang warga saya hanyut terseret air,” katanya.
    Hingga kemarin sore, Tim SAR Gabungan dibantu masyarakat masih mengupayakan penyelamatan korban yang masih berada dalam reruntuhan bangunan. Kondisi di lokasi kejadian, cuaca masih mendung dan aliran listrik padam.

    Pastop juga Dilanda Banjir

    Selain Barus dan Andam Dewi, banjir dan longsor juga melanda Kecamatan Pasaribu Tobing (Pastob), Tapteng, pada Selasa (28/1) malam.
    Camat Pastob, Herman Habeahan, mengatakan banjir bandang di wilayahnya melanda empat desa, dengan jarak sekitar 20-30 meter dari aliran Sungai Aek Sibundong, Selasa (28/1) malam. “Iya, ada empat desa, yakni Desa Sukamaju, Desa Sipakpahi, Desa PO Simargarap dan Desa Makmur,” ujar Herman.
    Akibat banjir bandang, 7 rumah rusak di Desa Sipakpahi, 2 rumah rusak di Desa PO Simargarap, 1 rumah rusak di Desa Sukamaju, dan 1 rumah rusak di Desa Makmur. “Dua rumah di Desa Sipakpahi rusak berat dan tidak bisa ditempati. Yang lainnya, bangunan dapur semua yang rusak,” katanya.
    Dijelaskannya, dua Kepala Keluarga (KK) yang rumahnya rusak berat dan tidak dapat ditempati itu kini mengungsi ke rumah tetangganya. Sementara korban jiwa dalam bencana alam itu dinyatakan nihil. “Cuma korban luka ringan ada 1 orang di Desa Sukamaju,” ucapnya.
    Atas peristiwa itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemkab Tapteng dan saat ini pihaknya telah mendirikan dapur umum serta posko pengobatan dari Puskesmas setempat. “Kami buat dapur umum. Pakaian juga akan kita berikan, posko pengobatan dari Puskesmas juga sudah didirikan,” tuturnya.
    Erick Habeahan, salah seorang warga Desa Sukamaju menuturkan, peristiwa banjir bandang yang menimpa desa mereka itu terjadi pada Selasa (28/1) sekira pukul 21.00 WIB. Warga yang tidak menduga bencana, tidak sempat menyelamatkan harta mereka. “Hujan di sini sekira dua jam, mulai pukul 19.00 WIB. Tiba-tiba airnya datang makanya kami gak sempat berkemas. Kalau kondisi malam itu, apa yang bisa diselamatkan ya diselamatkan wargalah. Tapi kalau seperti TV, kulkas nggak sempat. Terendam semua,” sebutnya.
    Erick mengatakan, kondisi banjir bandang yang menerjang puluhan rumah itu mengakibatkan ada rumah yang atapnya nyaris direndam banjir. “Kalau daerah ini ‘kan ada yang agak rendah, ada juga yang agak tinggi lokasinya. Kalau paling tinggi di sini ada yang sampai mau terendam ikut atap rumahnya. Kalau di rumah kami tingginya sekitar 1 jengkal air di lantai rumah, karena rumah memang agak tinggi lokasinya,” katanya.
    Dijelaskannya, banjir bandang baru berakhir pada Rabu (29/1) sekira pukul 03.00 WIB. “Sekarang semua sedang sibuk bersih-bersih rumah,” ucapnya.

    Sungai Aek Sirahar Meluap

    Banjir yang melanda beberapa kecamatan di Tapanuli Tengah, ditengarai akibat meluapnya Sungai Aek Sirahar. Informasi dihimpun, Sungai Aek Sirahar meluap sekira pukul 21.30 WIB pada Selasa malam. Luapan air sungai mengakibatkan banjir dan genangan air setinggi pinggul orang dewasa di ruas jalan dan pemukiman warga.
    Di sebagian kecamatan, warga dari beberapa desa mengungsi ke lokasi yang lebih aman, seperti gedung SD bertingkat di Lapangan Merdeka Barus, tepatnya di belakang kantor Koramil 01 Barus.
    Sekira pukul 22.00 WIB, Bupati Tapteng Bakhtiar Ahmad Sibarani meninjau kawasan yang tergenang banjir sekaligus memberikan arahan agar warga mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman.
    Kapolres Tapteng AKBP Sukamat melalui Kapolsek Barus Iptu Ngateni mengatakan, intensitas hujan yang sangat tinggi mengakibatkan banjir kiriman juga datang dari hulu sungai, yakni dari Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). “Diduga ada tanggul yang jebol mengakibatkan luapan sungai Aek Sirahar cepat meningkat. Di kawasan Mapolsek Barus, air setinggi paha orang dewasa, sehingga kami tidak bisa banyak bergerak untuk membantu mengevakuasi warga yang terjebak banjir,” sebut Iptu Ngateni.
    Adapun desa-desa di Kecamatan Barus yang tergenang banjir yang berhasil dihimpun pihaknya, adalah Desa Bungo Tanjung, Desa Ujung Batu, Desa Kinali dan Desa Pasar Terandam, dan Desa Kampung Mudik. Ketinggian air menggenang pemukiman warga dikawasan Bugo Tanjung dan di Kampung Mudik antara 50 hingga 90 cm.
    Sementara Camat Barus, Mulyadi Malau menyebutkan akibat banjir yang terjadi, berimbas pada padamnya aliran listrik. Kondisi yang gelap itu menambah kesulitan petugas untuk melakukan evakuasi. “Namun di beberapa lokasi yang tergenang banjir airnya sudah mulai surut,” ujar camat singkat, sembari sibuk membantu warga yang terkena musibah.

    Gubsu Instruksikan BPBD

    Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, telah memerintahkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis, untuk memberikan bantuan dan melakukan pendampingan atas bencana banjir yang merendam tujuh desa/kelurahan di Tapteng.
    “Bapak gubernur juga akan langsung meninjau lokasi,” ujar Riadil via seluler.
    Ia menjelaskan, banjir sedikitnya telah menggenangi tujuh desa, yakni Desa Kampung Mudik terendam banjir setinggi 2 meter, Desa Pasar Tarendam terendam setinggi 2,5 meter, Desa Bungo Tanjung terendam, Desa Kinali, Desa Ujung Batu, Kelurahan Batu Gerigis, dan Kelurahan Padang Masiang, masing-masing terendam banjir setinggi 2 meter.
    “Personel BPBD langsung menuju ke Tempat Kejadian Bencana (TKB). Hingga saat ini terus dilakukan evakuasi dengan mendata kerugian dan dampak yang terjadi,” ujarnya.
    Pemprovsu melalui Unit Reaksi Cepat (URC) yang terdiri BPBD – UPT Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, juga telah melakukan pendampingan di lokasi bencana bersama TNI dan Polri serta masyarakat.
    “Petugas gabungan telah mengevakuasi lima korban meninggal dunia, dan tiga orang yang dinyatakan hanyut masih dalam pencarian,” ujarnya.
    Kelima korban meninggal itu dari Desa Bonan Dolok, Kecamatan Andam Dewi dengan nama antara lain; Bismar Marpaung, laki-laki (50), Juster Sitorus, laki-laki (55) tahun, Pardamean br Manalu, perempuan (85), Abdul Rahman, laki-laki (72), Esrin Pane, laki-laki (48).
    “Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Hampir semua korban ditemukan tertimpa material banjir, kayu, beton, lumpur. Semua korban tidak dapat menyelamatkan pada saat air datang,” katanya.
    Sebelumnya pada Rabu pagi, 2 orang korban meninggal dunia ditemukan di Kelurahan Padang Masiang, Kecamatan Barus. Mereka adalah pasangan suami istri, yang juga orang tua dari anggota DPRD Tapteng, Adhitia Melfan Tanjung. Mereka adalah Adwirzah Tanjung, laki-laki (60) dan Idwarnisa, perempuan (58 ).
    Selain korban jiwa, pengungsian dan penanganan pascabencana harus dilakukan, kerusakan infrastruktur juga cukup masif dan menjadi perhatian pemerintah.

    berita ini bersumber dari sumutpos

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini