-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Gerindra Sindir Jokowi Kuat di Survei, Tapi Rupiah Keok dari Dolar

    redaksi
    Rabu, 10 Oktober 2018, Oktober 10, 2018 WIB Last Updated 2018-10-10T03:59:30Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    image_title
    Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri)-Maaruf Amin (kiri) dan nomor urut 02 Prabowo Subianto (ketiga kiri)- Sandiaga Uno (kanan) berbincang saat menghadiri Deklarasi Kampanye

    INDOMETRO.ID – Elite Partai Gerindra heran dengan hasil sejumlah lembaga survei yang selalu menunjukkan angka elektabilitas Joko Widodo lebih tinggi dari Prabowo Subianto. Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono hasil beberapa survei layak dicurigai.

    Arief menyinggung salah satunya karena bos perwakilan lembaga survei tersebut diduga pernah diundang Jokowi ke Istana.
    "Pertama, kelima lembaga survei opini tersebut sebelumnya di bulan Mei 2018 diundang ke Istana. Artinya ada pesan-pesan khusus alias pesanan survei, serta tidak independen," kata Arief dalam pesan tertulisnya, Selasa, 9 Oktober 2018.'
    Arief menganalisa hasil survei disebut tidak simetris dengan kepercayaan dari pelaku pasar internasional dan lokal terhadap kinerja sektor ekonomi tim pemerintahan Jokowi. Hal ini ironis karena naiknya elektabilitas Jokowi disebut malah berbanding terbalik dengan melemahnya Rupiah.
    "Serta ketidakpercayaan para ekportir serta perusahaan penghasil dolar AS untuk menahan dolar di dalam negeri. Nah, ini yang membuat dolar AS tembus hingga Rp15 ribu dan menuju Rp16 ribu," ujar Arief.
    BACA JUGA:

    Massa Kawal Amien Rais Tiba di Polda Metro, Lalu Lintas Macet


    Kemudian, ia menyindir lagi bahwa survei Jokowi-Ma'ruf Amin berbeda dengan ketika survei Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono yang kuat. Saat Pemilu 2009, SBY sebagai capres petahana memiliki elektabilitas kuat sehingga tak masalah menggandeng Boediono.
    Selain itu, jelang Pemilu 2009, kondisi rupiah menguat terhadap dolar AS. Maka, ia meyakini survei yang menguatkan Jokowi-Ma'ruf itu tak sesuai kenyataan alias .
    "Jadi kesimpulannya hasil survei yang dilakukan oleh lembaga yang katanya kredibel dipastikan adalah hoax dan jadi-jadian ya," kata Arief.
    Terakhir, lembaga survei yang merilis hasil riset terbarunya adalah Saiful Mujani Research and Conculting atau SMRC. Hasil survei SMRC menyatakan elektabilitas Jokowi unggul telak atas capres rivalnya Prabowo Subianto jelang Pilpres 2019.
    Dalam survei, Jokowi-Ma'ruf Amin memiliki 60,4% dibanding Prabowo-Sandiaga Uno yang hanya 29,8%. Sementara, sisanya 9,8 persen menyatakan tidak tahu.
    Populasi survei SMRC menggunakan metode multistage random sampling sebanyak 1.220 responden. Sementara itu, margin of error kurang lebih 3,05 persen. Survei ini dilaksanakan 7-14 September 2018.(vv)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini