PT PAL Fokus Garap Pasar Asia
Daftar Isi
Foto |
Kapal perang yang sedang dirancang oleh perusahaan tersebut adalah kapal jenis Landing Platform Dock (LPD). Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), Budiman Saleh menjelaskan, usaha menarik pasar luar tidak mulus, karena ada kompetitor untuk PT PAL. "Saingan kita Singapura," tutur Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) Budiman Saleh dalam keterangannya, kemarin.
Menurutnya, untuk merebut kepercayaan pasar ekspor tentu yang harus dilakukan perusahaan menjaga kualitas baik, bahkan meningkatkannya. "Kapal yang dirancang memiliki spesifikasi yang berbeda sesuai jenisnya," katanya.
Budiman mengungkapkan, kapal perang jenis LPD menarik minat negara tetangga. Minat itu antara lain datang dari Malaysia, Thailand, dan Filipina. Untuk Malaysia sudah ada kontrak pesanan kapal perang jenis LPD yang dinamakan Multirole Support Ship (MRSS). Kapal MRSS sudah dibuat sejak tahun lalu dengan panjang 163 meter.
"Ada 2 unit LPD RMSS yang dibutuhkan Malaysia, bahannya berkualitas dan lebih panjang yang memiliki kemampuan di antaranya pendaratan pasukan dan melakukan pendaratan pasukan helikopter serta tank," jelasnya.
Dia menyebutkan bahwa nama besar PT PAL dipertaruhkan dalam produk yang dibuatnya. Untuk itu perusahaan berhati-hati menjaga kualitas produksi. "Dan LPD RMSS ini paling besar di ASEAN, alhamdulillah dalam beberapa putaran ranking 1," katanya.
Budiman berharap proyek kapal terbesar tetap menjadi proyek prioritas pemerintahan Malaysia di bawah Mahathir Mohammad. "Kita berharap pemerintahan baru, Pak Mahathir masih menganggap project ini project prioritas. Karena ada pergeseran dari Pak Najib ini prioritas dan sekarang ada yang diubah, ada yang dibatalkan. Kita berharap RMSS prioritas nomor 1," harap dia.
PT PAL juga sedang berusaha mendapatkan kontrak kerja pembuatan kapal perang Pemerintah Thailand dan bersaing dengan negara Singapura. "Thailand butuh 143 meter, saingan kita Singapura. Thailand sedikit berbeda dari pesanan lain karena dia harus mampu untuk penurunan pasukan, bisa suplai bahan bakar dari air serta kapal selam serta charging baterai dan submarine rescue," ungkapnya.
Untuk Thailand, pihaknya berharap dalam waktu dekat ada kunjungan langsung ke PT PAL. Tujuannya agar negeri Gajah Putih itu bisa melihat langsung produk kapal jenis LPD.
"Kalau kita berharap supaya di September sampai Oktober ada sinyal dari mereka agar mereka berkunjung dan melihat LPD kita langsung, karena seeing is believing," katanya.
Budiman bilang jika calon konsumen tidak melihat langsung maka peluang untuk membeli buatan Indonesia sangat tipis. Kenapa?
Karena negara kompetitor menurutnya akan mengagungkan buatan negerinya sendiri dan menilai kualitas Indonesia di bawah mereka.
"Kompetitor kita selalu cerita PT PAL belum punya kemampuan yang multiplatform seperti itu. Padahal, secara engineering kapabiltiti menggunakan software bisa kita lakukan," ujar Budiman.
Sedangkan di Filipina berencana membeli 2 unit kapal jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) dengan spesifikasi sama dengan kapal yang sebelumnya dibuat oleh PT PAL. "Tapi mereka menanyakan ke Korea dan Belanda. Tentu kami melakukan perubahan baik geometrik, desain dan kemampuan spesifikasinya. Teknologi kan berubah dan makin maju," tambah dia.
Ia pun optimistis Filipina akan melakukan pemesanan kapal jenis SSW ke PT PAL. Budiman sudah bertemu dengan Menteri Pertahanan Filipina yang bangga dengan dua kapal SSV sebelumnya buatan PT PAL. Untuk investasi, anggaran dana talangan sudah ada dan siap digunakan kapan saja dengan nilai Rp 5,7 Triliun.
"Investasi kita sudah ada, modal kerja kita punya dukungan ekspor-impor, Jasindo dan Askrindo Rp 5,7 triliun yang siap dipakai kapanpun," katanya.(rmol)
Menurutnya, untuk merebut kepercayaan pasar ekspor tentu yang harus dilakukan perusahaan menjaga kualitas baik, bahkan meningkatkannya. "Kapal yang dirancang memiliki spesifikasi yang berbeda sesuai jenisnya," katanya.
Budiman mengungkapkan, kapal perang jenis LPD menarik minat negara tetangga. Minat itu antara lain datang dari Malaysia, Thailand, dan Filipina. Untuk Malaysia sudah ada kontrak pesanan kapal perang jenis LPD yang dinamakan Multirole Support Ship (MRSS). Kapal MRSS sudah dibuat sejak tahun lalu dengan panjang 163 meter.
"Ada 2 unit LPD RMSS yang dibutuhkan Malaysia, bahannya berkualitas dan lebih panjang yang memiliki kemampuan di antaranya pendaratan pasukan dan melakukan pendaratan pasukan helikopter serta tank," jelasnya.
Dia menyebutkan bahwa nama besar PT PAL dipertaruhkan dalam produk yang dibuatnya. Untuk itu perusahaan berhati-hati menjaga kualitas produksi. "Dan LPD RMSS ini paling besar di ASEAN, alhamdulillah dalam beberapa putaran ranking 1," katanya.
Budiman berharap proyek kapal terbesar tetap menjadi proyek prioritas pemerintahan Malaysia di bawah Mahathir Mohammad. "Kita berharap pemerintahan baru, Pak Mahathir masih menganggap project ini project prioritas. Karena ada pergeseran dari Pak Najib ini prioritas dan sekarang ada yang diubah, ada yang dibatalkan. Kita berharap RMSS prioritas nomor 1," harap dia.
PT PAL juga sedang berusaha mendapatkan kontrak kerja pembuatan kapal perang Pemerintah Thailand dan bersaing dengan negara Singapura. "Thailand butuh 143 meter, saingan kita Singapura. Thailand sedikit berbeda dari pesanan lain karena dia harus mampu untuk penurunan pasukan, bisa suplai bahan bakar dari air serta kapal selam serta charging baterai dan submarine rescue," ungkapnya.
Untuk Thailand, pihaknya berharap dalam waktu dekat ada kunjungan langsung ke PT PAL. Tujuannya agar negeri Gajah Putih itu bisa melihat langsung produk kapal jenis LPD.
"Kalau kita berharap supaya di September sampai Oktober ada sinyal dari mereka agar mereka berkunjung dan melihat LPD kita langsung, karena seeing is believing," katanya.
Budiman bilang jika calon konsumen tidak melihat langsung maka peluang untuk membeli buatan Indonesia sangat tipis. Kenapa?
Karena negara kompetitor menurutnya akan mengagungkan buatan negerinya sendiri dan menilai kualitas Indonesia di bawah mereka.
"Kompetitor kita selalu cerita PT PAL belum punya kemampuan yang multiplatform seperti itu. Padahal, secara engineering kapabiltiti menggunakan software bisa kita lakukan," ujar Budiman.
Sedangkan di Filipina berencana membeli 2 unit kapal jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) dengan spesifikasi sama dengan kapal yang sebelumnya dibuat oleh PT PAL. "Tapi mereka menanyakan ke Korea dan Belanda. Tentu kami melakukan perubahan baik geometrik, desain dan kemampuan spesifikasinya. Teknologi kan berubah dan makin maju," tambah dia.
Ia pun optimistis Filipina akan melakukan pemesanan kapal jenis SSW ke PT PAL. Budiman sudah bertemu dengan Menteri Pertahanan Filipina yang bangga dengan dua kapal SSV sebelumnya buatan PT PAL. Untuk investasi, anggaran dana talangan sudah ada dan siap digunakan kapan saja dengan nilai Rp 5,7 Triliun.
"Investasi kita sudah ada, modal kerja kita punya dukungan ekspor-impor, Jasindo dan Askrindo Rp 5,7 triliun yang siap dipakai kapanpun," katanya.(rmol)
Posting Komentar