Airlangga Hartarto dan Joko Widodo/Net |
Pengamat politik, Sebastian Salang mengakui memang ada banyak pertimbangan yang mestinya menjadi dasar Jokowi dalam menentukan pendampingnya di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Namun kalau belajar dari pengalaman sebelumnya, terang Sebastian, jaminan stabilitas politik dalam pemerintahan sangatlah penting dan itu menuntut dukungan maksimal dari parlemen.
"Nah kalau melihat bangunan koalisi yang sekarang terjadi sudah sangat ideal. PDIP pendukung utama, di mana Jokowi berada. Di situ juga ada Golkar," ujar Sebastian saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, sesaat lalu (Jumat, 13/7).
Menurut dia, Jokowi perlu mempertimbangkan pilihan cawapres dari kalangan parpol yaitu Golkar. Pilihan ini dinilainya sangat rasional.
"Kalau misalnya sekarang Pak Jokowi menemukan chemistry dengan Pak Airlangga sebagai ketua umum Golkar, itu suatu pilihan yang sangat baik karena akan terjadi koalisi yang sangat ideal di mana ada partai pemenang yaitu PDIP, partai pemenang di 2014 dan Golkar yang memiliki kemampuan luar biasa membangun konsolidasi kerja-kerja di parlemen," jelasnya.
Sebagai partai besar dan pemenang kedua di Pemilu 2014, lanjut Sebastian, mesin politik Golkar dikenal sangat solid hingga tingkat bawah. Mesin politik Golkar ini bisa menjadi kekuatan utama dalam mendorong pemenangan Jokowi di Pilpres 2019.
Menurut dia yang pasti saat ini Airlangga figur yang ideal mendampingi Jokowi. Buktinya Airlangga mampu mengembalikan citra dan kepercayaan publik ketika terjun bebas karena mantan ketum beringin itu ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Jadi Pak Airlangga ini dilihat figur yang menyatukan sekaligus figur yang bisa mendongkrak citra partai menjadi seperti sekarang, di mana elektabilitas berdasarkan survei-survei ya semakin mendekati PDIP, ini modal yang baik," urai Sebastian yang juga koordinator Forum Masyarakat Perduli Parlemen Indonesia.
Pertimbangan lainnya menurut dia, chemistry Airlangga dan Jokowi sudah terbangun selama pemerintahan. Dari situ hemat dia memudahkan keduanya berduet memimpin pemerintahan ketimbang mencari orang lagi. (rmol)
Namun kalau belajar dari pengalaman sebelumnya, terang Sebastian, jaminan stabilitas politik dalam pemerintahan sangatlah penting dan itu menuntut dukungan maksimal dari parlemen.
"Nah kalau melihat bangunan koalisi yang sekarang terjadi sudah sangat ideal. PDIP pendukung utama, di mana Jokowi berada. Di situ juga ada Golkar," ujar Sebastian saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, sesaat lalu (Jumat, 13/7).
Menurut dia, Jokowi perlu mempertimbangkan pilihan cawapres dari kalangan parpol yaitu Golkar. Pilihan ini dinilainya sangat rasional.
"Kalau misalnya sekarang Pak Jokowi menemukan chemistry dengan Pak Airlangga sebagai ketua umum Golkar, itu suatu pilihan yang sangat baik karena akan terjadi koalisi yang sangat ideal di mana ada partai pemenang yaitu PDIP, partai pemenang di 2014 dan Golkar yang memiliki kemampuan luar biasa membangun konsolidasi kerja-kerja di parlemen," jelasnya.
Sebagai partai besar dan pemenang kedua di Pemilu 2014, lanjut Sebastian, mesin politik Golkar dikenal sangat solid hingga tingkat bawah. Mesin politik Golkar ini bisa menjadi kekuatan utama dalam mendorong pemenangan Jokowi di Pilpres 2019.
Menurut dia yang pasti saat ini Airlangga figur yang ideal mendampingi Jokowi. Buktinya Airlangga mampu mengembalikan citra dan kepercayaan publik ketika terjun bebas karena mantan ketum beringin itu ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Jadi Pak Airlangga ini dilihat figur yang menyatukan sekaligus figur yang bisa mendongkrak citra partai menjadi seperti sekarang, di mana elektabilitas berdasarkan survei-survei ya semakin mendekati PDIP, ini modal yang baik," urai Sebastian yang juga koordinator Forum Masyarakat Perduli Parlemen Indonesia.
Pertimbangan lainnya menurut dia, chemistry Airlangga dan Jokowi sudah terbangun selama pemerintahan. Dari situ hemat dia memudahkan keduanya berduet memimpin pemerintahan ketimbang mencari orang lagi. (rmol)