-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Kisah Tenaga Honorer di Aceh Utara antara Pengabdian dan Penghidupan

    Selasa, 18 Januari 2022, Januari 18, 2022 WIB Last Updated 2022-01-18T09:44:36Z

    Ads:

     


    Ustadz Ibnoel Hajar




    Guru merupakan pahlawan tanpa jasa dalam mencerdaskan generasi bangsa. Namun kenyataannya masih banyak guru honorer yang kurang mendapatkan kemakmuran setelah berpuluh - puluh tahun bekerja.

    Al hasil Ustadz Teuku Ibnoel Hajar, sosok pria sederhana nan bersahaja kelahiran tahun 1983 yang berdomisili di tanah kelahirannya desa Alue Bili Rayeuk Kabupaten Aceh Utara, propinsi Aceh sejak berumur 6 tahun sudah menjadi anak yatim. Dia hidup dikeluarga sederhana, merupakan alumni MAN Lhoksukon tahun 2000 dan juga Alumni FAI pada Universitas Muhammadiyah Aceh-Banda Aceh tahun 2008 silam.

    Sehari-harinya beliau sering dipanggil Ustadz Ibnu, karena pada malam harinya beliau juga mengajar ngaji di Balai Pengajian Al Muhibbatul Ashaj yang dipimpinnya sejak tahun 2012 silam dan masih eksis sampai sekarang dengan jumlah santri mencapai 135 orang. Di usia yang menginjak 39 tahun, Ustad Ibnoe Hajar merupakan guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 30 Aceh Utara dan masih berstatus  Non PNS (Honorer K-II) di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Aceh Utara sejak tahun 2004.

    Kegagalan menjadi ASN yang membuatnya hingga kini masih menyandang status sebagai tenaga honorer sudah berlangsung 18 tahun,  namun tidak menyurutkan semangat dan terhenti dalam mendidik generasi anak bangsa tercinta ini untuk menjadi pribadi berintelektual yang penuh dengan keteladanan.

    Hal ini terbukti hanya bermodalkan tekad, semangat dan do`a izin yang tinggal bersama Ibunya yang berusia uzur  90 tahun. Serta adanya tunjangan profesi guru (TPG) yang beliau terima selaku guru yang bersertifikati Mapel Akidah Akhlak sejak tahun 2011 plus inpassing yang kadangkala baru dibayarkan 2 bulan sekali, 3 bulan bahkan terkadang ada yang sampai 4 bulan sekali baru dibayarkan, pada tahun 2015 beliau juga terus melanjutkan studi strata dua (S2) Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Lhokseumawe lulus pada tahun 2017 silam.


    Alumnus pondok pesantren/Dayah Malikussaleh Pantonlabu ini sekarang dipercayakan sebagai dosen pengampu mata kuliah metodologi penelitian pada Ma`had Aly Malikussaleh yang ada di dayah tersebut sejak tahun 2018 sampai dengan sekarang.

    Kepada mediai ini, Selasa (18/01/2022) bapak yang sudah dikurniai dua putri dan 1 orang putra ini. Menceritakan bagaimana pengalamannya di sela - sela kesibukannya sehari - hari sebagai tenaga pengajar dibeberapa tempat.   Yakni pada tahun 2020 lalu berbekal sepenuhnya dana TPG yang diterimanya dan tanpa ada beasiswa apapun.


    Pria ini mengaku kembali nekad bertekad menjajal bangku perkuliahan melanjutkan studi strata tiga (S3) di UIN Ar-Raniry Banda Aceh dengan tetap mengambil konsentrasi PAI, semoga ditahun 2022 ini program doktoral ini bisa diselesaikan.

    "Dimasa pandemi covid-19 ini, juga memanfaatkan waktunya untuk terus meningkatkan kompetensinya dengan mengikuti beberapa pelatihan webinar dan kajian secara virtual zoom, hal ini dibuktikan dengan tidak sedikitnya sertifikat yang berhasil beliau peroleh,"tandasnya.

    Sebagai tenaga pengajar di madrasah dan dosen pada kampus swasta STAI Yanura Panton labu, juga jadi ketua persatuan honorer K-II Kementerian Agama Kabupaten Aceh Utara dan termasuk salah satu anggota aktif pengurus kelompok kerja guru (KKG-MI) Provinsi Aceh. 

    Pun demikian, Ustad Beunu juga aktif dimasyarakat, antara lain sebagai mubaligh, imam, sekretaris panitia pembangunan Masjid Baitul Karamah Panteu Breuh Kecamatan Baktiya, ketua pengurus santunan anak yatim dan piatu di desa beliau sendiri, juga baru-baru ini beliau pun ditunjuk sebagai sekjen himpunan ulama dayah Aceh (HUDA) Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara.


    Sejak pandemi covid-19 pertama kali mewabah di negeri tercinta ini, ustadz Ibnu melihat kondisi pendidikan sangat memprihatinkan, betapa tidak.! Lebih-lebih anak-anak yang usia 6 tahun pada saat itu ada yang baru masuk sekolah beberapa hari pada tahun ajaran baru, kembali tidak dibenarkan tatap muka dan terpaksa harus belajar dari rumah.

    Dalam situasi yang seperti itu, lanjut ustadz Ibnu bahwa mengambil inisiatif merekrut beberapa orang anak untuk dibimbing secara khusus silih berganti di balai pengajian beliau disore harinya selama dua jam supaya anak-anak tersebut bisa lancar membaca dan mengaji yang diajarkan langsung oleh beliau dan beberapa orang guru asuhan beliau lainnya dan tentunya tidak lupa dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

    Menyinggung perihal status honorer (Non PNS) yang masih disandangnya yang sudah tidak mungkin diangkat sebagai ASN. Lantaran terhalang batasan oleh usia. Dia menjawab biarlah Allah Swt yang menentukannya, Allah yang membolak-balikkan hati pemangku kebijakan di negeri ini. 

    "Saya sudah berusaha dengan mengikuti tes/seleksi PPPK yang diselenggarakan pada oktober bulan lalu, semoga dirinya dan rekan-rekan honorer K-II lainnya ditahun ini bisa lulus menjadi ASN PPPK walaupun bukan sebagai ASN PNS,"ucapnya dengan penuh harapan.


    Dia berpesan kepada kita semua, hiasi hidup ini dengan selalu berbuat yang bermanfaat bagi orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, bukan memanfaatkan orang lain.

    "Tetap semangat, jangan apatis dan terus bertawakal kepada Allah Swt karena setiap detik yang kita lalui selalu berpeluang untuk kembali kepada-Nya,"pungkasnya. 


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini