Puisi .indometro.id
Padahal Telah kubuka pintu kuburku
Padahal telah kubuka luasnya anganku
Padahal telah kubuka juga rengkuhan janjiku
Namun ternyata percuma
Semuanya dusta berakhir duka
Aku kembali terperosok
Kedalam lubang yang sama
Semuanya sama saja....
Tak ada lagi pribadi suci dimataku
Mulut berbisa tak terpegang
Racuni telinga hingga penuh bara api
Sementara aku tetap hitam
Bak jelaga asap yang terbuang
Menukik tajam ke perut bumi
Mati karena dicacimaki
Maafkanlah aku sudah tak mampu
Berjalan lurus ikuti langkahmu
Baiknya aku kembali
Keharibaan suci illahi
Setetes madu tlah bikin nyawaku tersambung
Walau mata belum terbeliak
Namun tlah bisa melihat samar samar
Ada bayang bayang keindahan
Walaupun agak redup
Senyumku perlahan tersembul
Keluar
dan dari balik kelopak mataku
Jatuh juga setetes haru
Malam ini
Kusapa gelap dengan lentera kecil
Tapi tak ada jawaban
Hati dan akalpun termangu
Kenapa ???
Sebuah seringai dikulumpun menjawab perlahan
Sudahlah...
Tidurlah engkau kembali
Dalam sepinya hati
Jangan pernah berharap lebih
Dari sesuatu yang belum pasti
Akupun terhenyak duduk membisu
Dalam kebekuan
duduk diam
Bagai sebongkah es
Tak berasa dan tak bermakna
***
Malam semakin larut
Telah menghanyutkanku
Seiring ingatkanku
Akan siang kelabu
Yang mehancurkan senyumku
Ada kesan muak disana
Muak akan ego yang tinggi
Pada sesosok insan yang penuh tanya
Nada sumbangnya telah membuatku terhenyak
Pada diam
marwahku
Membuncah dan menggelegak marah
Walau dalam hati...
" Hmmm terlalu sepele kau denganku"
"tahukah kamu bakal apa yg akan kau rasakan bila terlalu?"
"Tak pernahkah engkau faham arti sebuah kesabaran dan pengertian?"
"Sakit....yah... Sakit dan kecewa" itu pasti"
Baiklah kita berpulang pada situasi sendiri lagi
Dulu aku pernah terperosok dalam nista
Kemudian menyesal sesudahnya
Tak lama berubah mendapatkan prahara duka
Padahal niat sudah menuju istana
Kemarin kucoba bergayut pada mimpi
Tapi mimpi itupun sirna terbawa angin
Sampai dengan hari ini aku mengulang mimpi itu
Mungkinkah Esok atau lusa menjadi nyata ???
Biarlah harapan berjalan mengikutkan waktu
Kan kuikuti karena aku kini bukan aku yang dulu
Seiring berjalannya menit dan hari
Jahitan luka mulai merapat tapi tak lekat
Benang impian tak terlalu panjang tuk menyulam
Dan perlahan mulai putus
karna sambungannya tipis setipis curiga
Sebelum jarum fitnah lahir dan tumbuh seumuran jagung..
Kutarik benang mimpi
Dan remukkan jahitan dengan duka kembali nyata
***
(Skn.53)