-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Nyawa Diego Maradona Terenggut Karena Penyakit Henti Jantung Mendadak

    Kamis, 26 November 2020, November 26, 2020 WIB Last Updated 2020-11-26T08:08:00Z

    Ads:

     

    Diego Maradona meninggal dunia. (Foto: Getty Images/Fernando de Dios)



    Musirawas .indometro.id -  Diego Maradona meninggal dunia dan membuat publik sepakbola terkejut. Berikut kronologi sebelum leganda sepakbola Argentina itu tutup usia.

    Maradona meninggal dunia akibat henti jantung di rumahnya, Rabu (25/11/2020) malam WIB. Mantan pemain Barcelona dan Napoli ini meninggal di usia 60 tahun.

    Dikutip dari Klikdokter.com,Henti jantung mendadak merupakan kondisi saat jantung tiba-tiba berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini menyebabkan otak dan organ-organ dalam tubuh tidak mendapat aliran darah dan oksigen, sehingga bila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan penderita meninggal dunia.

    Diagnosis

    Henti jantung mendadak didiagnosis dengan memeriksa pembuluh darah karotis yang terdapat di leher dan menemukan bahwa pembuluh darah tersebut tidak berdenyut.

    Pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiogram) dan pemeriksaan darah juga diperlukan untuk memastikan penyebab henti jantung mendadak.

    Gejala

    Henti jantung mendadak tidak disertai dengan gejala yang spesifik. Tanda henti jantung mendadak yang umum adalah penurunan kesadaran mendadak disertai tidak terdeteksinya denyut nadi. Pada sebagian kasus, henti jantung mendadak didahului dengan gejala pusing, sakit dada, sesak napas, nyeri ulu hati, dan mual atau muntah.

    Pengobatan

    Henti jantung mendadak merupakan kasus gawat darurat. Pertolongan pertama harus dilakukan secepatnya, dengan melakukan resusitasi jantung paru.

    Resusitasi jantung paru itu sendiri dilakukan dengan menekan dada pasien secara ritmik sebagai usaha memompa jantung agar darah tetap mengalir ke seluruh organ di dalam tubuh. Tindakan ini tidak harus dilakukan dokter, karena dapat dilakukan oleh orang umum yang sudah terlatih.

    Pengobatan utama dari henti jantung mendadak adalah tindakan defibrilasi atau terapi kejut jantung. Defibrilasi bertujuan untuk mengatur denyut jantung agar dapat berdenyut dengan normal dan teratur seperti sedia kala.

    Defibrilator, alat yang dibutuhkan untuk melakukan defibrilasi, bisa didapatkan di rumah sakit maupun fasilitas umum lain seperti di bandara, stasiun, maupun pusat perbelanjaan.

    Setelah penderita henti jantung mendadak tiba di rumah sakit, resusitasi jantung paru dan defibrilasi akan diteruskan. Dokter juga akan menyuntikkan obat-obatan untuk memicu jantung agar berdenyut normal. Bila jantung berhasil berdenyut kembali, penderita akan dirawat di ruang rawat intensif hingga kondisinya stabil.

    Pencegahan

    Orang yang sudah memiliki riwayat henti jantung disarankan untuk memasang implantable cardioverter defibrillator (ICD). Alat ini diletakkan di bawah kulit di dada, dan berfungsi untuk mendeteksi maupun melakukan defibrilasi secara otomatis saat henti jantung mendadak terjadi.

    Henti jantung mendadak dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat sebagai berikut:

    • Perbanyak konsumsi serat
    • Hindari makanan berlemak. Bila hendak mengonsumsi makanan hewani, pilihlah yang proteinnya tinggi seperti ikan dan ayam tanpa kulit.
    • Lakukan aktivitas fisik seperti jogging, jalan cepat, berenang, atau bersepeda sebanyak 5 kali seminggu dengan durasi 30 menit.
    • Hindari rokok dan paparan asap rokok.
    • Turunkan berat badan bila mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
    • Bila mengalami hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi, diskusikan pengobatannya dengan dokter, agar tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol terkontrol dengan baik.

    Penyebab

    Penyebab utama henti jantung mendadakadalah penyakit jantung koroner dan denyut jantung tidak teratur. Mereka yang mengalami hipertensi, diabetes melitus, stres fisik berat, dan penyakit jantung bawaan memiliki risiko lebih tinggi mengalami henti jantung mendadak.

    (Musyanto)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini