-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Kisah Pilu,Warga Ber-KTP Bali Non Adat,Tak Tersentuh Bantuan

    redaksi
    Senin, 11 Mei 2020, Mei 11, 2020 WIB Last Updated 2020-05-11T02:59:42Z

    Ads:

    foto:Di Perjuangkan Oleh Klian Adat,Edisiswanto Akhirnya mendapat Bantuan.

    Denpasar Bali, indometro.id - Dampak Covid-19 ini merembet kemana-mana. Bukan hanya masalah kesehatan yang jadi prioritas untuk dilawan, tapi ekonomi juga. Ditambah lagi kebijakan yang di sebut di rumah saja,semua aktifitas yang selama ini sudah terbiasa dilakukan di luar rumah seperti kegiatan sekolahan, kerja kantoran, buruh, tani dan dagang. “Wong cilik” (orang kecil) tentu yang paling menderita terkena pukulan dari kebijakan yang dirumahaja untuk menangkal virus ganas Covid-19 ini. Maka, ribuan keluhan dan cerita pilu pun disana sini saban hari kita dengarkan.  Ada yang saban hari cuma makan mie saja  sekedar pengganjal perut. Bahkan ada diantaranya seharian tidak makan apa-apa.

     Terenyuh dan miris mendengarnya. Pasrah? Tentu saja, tapi sampai kapan? Kondisi wabah Covid-19 ini memang sulit diprediksi akan berakhir kapan. Sejuta harapan membuncah akan berakhirnya virus ini sehingga kita bisa kembali hidup normal. Tapi menunggu berakhirnya virus ini adalah sebuah misteri karena kondisi wabah pandemi Coronavirus atau Covid-19 ini hingga saat ini, baik di dunia maupun di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir.

    Dari data yang kita dapatkan lewat Gugus Tugas  Penanganan Covid-19, baik di dunia, Indonesia atau lokal di Bali menunjukkan grafik tetap naik mulai dari kasus terpapar yang sembuh maupun yang meninggal.

    Dibalik ganasnya Covid-19, korban bukan saja dialami orang yang jelas-jelas terpapar namun yang dirumahaja ini kalau kondisi bantuan pemerintah tidak menyentuh warga wong cilik yang tidak memiliki tabungan, maka siap-siap kita disuguhkan “cerita kematian akibat kelaparan.”

    Agar hal tersebut tidak terjadi di Bali dan menimpa warga kita, tentunya perhatian bagi warga terdampak mutlak diperlukan. Warga yang susah ini patutlah merasa iri dengan warga Adat yang benar-benar diurus oleh Desa Adatnya masing-masing. Mereka memiliki LPD yang sudah terus-terusan menggelontorkan bantuan.

    Ada juga bantuan dari pemerintah, meski bantuan ini juga belum merata sehingga menambah daftar kecemburuan sosial diantara mereka.

    Lalu bagaimana nasib krama tamiu (warga pendatang)? Ini yang belum jelas, apakah pemerintah mengucurkan bantuan kepada mereka? Menurut penuturan warga yang sudah ber-KTP desa setempat tapi bantuan lewat saja. Kondisi ini menimbulkan tanda tanya kapan mereka dibantu.

    Maka, sembari menunggu bantuan, salah satu warga non desa adat yang ber-KTP Denpasar mengeluhkan kondisi hidupnya yang kian susah akibat dampak Covid-19.
    “Sulit sekali hidup kami sekarang ini,
    Dalam posisi menganggur karena pariwisata tutup. Temen-temen yang bekerja jadi penjahit juga sepi. Tidak ada orderan karena selama ini produksinya dijual ke wisatawan. Untuk menyambung hidup, kami di sini berbagi pekerjaan, jika ada. Kita garap bersama, dapat sedikit biar masing-masing dari kita ada untuk beli beras,” cerita Edi Siswanto, salah satu warga Non Adat tinggal di Gang Buluh Indah lingkungan Banjar Adat Sakah Kepaon Denpasar Selatan, Sabtu (9/5)

    Edi Siswanto merupakan satu dari warga di luar Desa Adat yang ber-KTP Denpasar sebagai realitas terdampak dari pandemi COVID-19. Meski sudah menjadi warga setempat, ia mengaku cuma mendengar cerita mendapatkan bantuan atau sumbangan dari pemerintah kota atau daerah. Sementara dikatakan dalam keterbatasan social distancing, bersama 36 kepala keluarga (KK) di lingkungan itu sudah tidak bekerja.

    “Hari ini kami diberikan bantuan. Alhamdulilah, mungkin bisa nyambung hidup kami buat seminggu mas. Tadi saya lihat ada beras, ya kami irit iritin. Kami juga berterima kasih terhadap Pak Agung sebagai Kelian Adat di sini telah mengkoordinir mencarikan kami bantuan. Berapa kali bolak-balik datang bersama Pecalang, prihatin melihat keadaan kami saat corona ini,” terangnya.

    Ia berharap bersama warga lain terdampak agar bantuan pemerintah bisa menyentuh mereka terangnya..(Nugraha, melaporkan)


    Sumber : indometro.id
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini