foto : rusaknya Instalasi Air Bersih. |
PALU SULTENG, indometro.id - Hampir Dua tahun sudah Nasib Ribuan Warga Kota Palu korban Bencana Alam Gempa Bumi, Tsunami dan Liquifaksi yang terjadi pada 28 September 2018 masih tinggal di Hunian Sementara (Huntara) dan tenda tenda pengungsian,
Kondisi ini cukup memprihatinkan dengan segala keterbatasan ruang gerak memaksakan mereka untuk tetap bersabar sembari menunggu proses pemindahan mereka ke lokasi Hunian Tetap (Huntap) yang oleh pemerintah menatgetkan akan rampung hingga akhir tahun 2020 ini
Parahnya lagi dalam menjalani kehidupan apa adanya di huntara mereka dihadapkan dengan kondisi rusaknya sejumlah Sarana umum yang ada
" Saya menerima laporan laporan dari 32 perwakilan penyintas yang ada di huntara, mereka mengeluhkan sejumlah masalah yang terjadi saat ini, dan sudah melaporkan kepihak kelurahan namun belum disikapi dengan baik, kata Wali Kota Palu Drs. Hidayat, M. Si kepada Indometro diruang kerjanya Kamis (7/5)
Hidayat mengaku sengaja mengundang para penyintas itu dengan maksud guna memonitoring dan mengevaluasi sejauh mana kondisi mereka saat ini
"Saya mengundang mereka dirumah dengan maksud ingin mendengar langsung keluhan itu sambil buka puasa bersama, disitulah mereka membeberkan masalah yang ada dihuntara, kemudian setelah mendengarkan semua Laporan itu saya menggelar rapat dengan melibatkan sejumlah Unsur terkait untuk menyikapi masalah tersebut. ujarnya
Olehnya Hidayat juga mengundang semua OPD terkait guna menuntaskan persoalan tersebut
"Ini harus disikapi, dan saya langsung memerintahkan kepada Pihak PU untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut, bebernya
Kata Hidayat bahwa dirinya akan kembali mengecek progresnya dalam waktu seminggu lamanya
"Jadi mereka (PU) saya beri waktu seminggu untuk menyelesaikan segala kerusakan sarana yang terjadi di 32 huntara itu. Katanya
Dia menjelaskan bahwa sarana yang paling banyak dikeluhkan yakni persoalan Air, MCK yang saat ini sudah banyak yang penuh, termasuk adanya bak pembuangan yang digabung antara limbah keluarga bersama tinja,
" sebenarnya penyebab dari kerusakan huntara yang dibangun oleh baik itu BUMN dan Yayasan serta lembaga lainnya itu disebabkan karena kualitas pekerjaannya yang kurang baik, sebutnya
Namun kata Hidayat penyebab lainnya mungkin karena sudah cukup lama juga lebih setahun, sehingga hampir semua lantai nya mengalami kerusakan
"apalagi mereka yang ada dihuntara ini belum jelas kapan bisa pindah ke huntap, karena sementara ini pembangunan Huntap terhenti akibat adanya oknum yang coba mengganggu proses pembangunan tersebut. tuturnya
Lebih lanjut hidayat menuturkan bahwa penyintas juga banyak mengeluhkan soal penampung Air (tandom) yang banyak sudah bocor
" Saya berharap persoalan ini disikapi dengan cepat dan tuntas, terus terang saya baru tahu soal ini langsung dari para penyintas dan tidak pernah dilaporkan tentang persoalan yang ada dihuntara, ungkapnya
Terkait itu hidayat juga telah memerintahkan petugas untuk melakukan pengecekan sekaligus mengihutung anggaran perbaikannya
" kalau ini membutuhkan biaya maka kita coba susun berapa biaya yang mereka butuhkan, ucapnya
Hidayat menekankan bahwa terkait persoalan bencana ini juga merupakan hal yang tak kalah penting dan dia mengaku bahwa hingga saat ini persoalan penyintas ini belumlah selesai
"jadi persoalan kerusakan huntara huntara ini harus dirampungkan, dan pada hari Rabu depan saya akan cek langsung kepada penyintas, apakah ini sudah selesai atau belum,tandasnya.
berita ini dikutip oleh : indometro.id