-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    38 Orang Tewas dalam Unjuk Rasa Menentang UU Anti-Muslim di India, Begini Respons AS

    redaksi
    Jumat, 28 Februari 2020, Februari 28, 2020 WIB Last Updated 2020-02-28T04:05:04Z

    Ads:

    38 Orang Tewas dalam Unjuk Rasa Menentang UU Anti-Muslim di India, Begini Respons AS
    ist

    INDOMETRO.ID - Amerika Serikat (AS) mendesak India untuk menghormati hak berkumpul secara damai bagi warganya menyusul tewasnya 38 orang dalam unjuk rasa di New Delhi.

    Korban mulai berjatuhan sejak Senin (24/2/2020) dalam bentrokan antara muslim dengan para pendukung kelompok nasionalis Hindu Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi.

    Massa turun ke jalan menjelang hingga bersamaan dengan kunjungan Presiden AS Donald Trump untuk menentang UU Amandemen Kewarganegaraan (CAA) yang menyudutkan umat Islam.

    Dalam pernyataan, Asisten Menteri Luar Negeri AS Alice Wells dalam cuitannya menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri.

    "Kami menggemakan seruan untuk menciptakan suasana tenang serta mendesak semua pihak untuk menjaga perdamaian, menahan diri dari kekerasan, dan menghormati hak untuk berkumpul secara damai," kata Wells, seperti dilaporkan kembali AFP, Jumat (28/2/2020).

    Sebelumnya dalam kunjungan 2 hari ke India pada Selasa dan Rabu lalu, Trump enggan berkomentar banyak saat ditanya mengenai kekerasan dalam unjuk rasa menentang UU anti-muslim tersebut.

    Dia mengatakan terserah kepada India seraya memuji pernyataan Perdana Menteri Narendra Modi kepadanya tentang kebebasan beragama.

    Di AS, bakal calon presiden AS dari Partai Demokrat Bernie Sanders mengkritik respons Trump atas kekerasan terhadap pengunjuk rasa UU anti-muslim yang semakin meluas di India.

    "Trump merespons dengan 'Terserah kepada India'. Ini merupakan kegagalan kepemimpinan dari sisi HAM," tulis Sanders.

    Politikus Demokrat yang juga anggota Komisi Hubungan Luar Negeri Senat, Robert Menendez, mengecam kekerasan tersebut dan menyerukan semua negara untuk mengutuknya.

    "Saya mendesak Pemerintah India turun tangan membela komunitas yang menjadi target (kekerasan) di Delhi untuk mencegah meningkatnya kekerasan lebih lanjut. Sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, India harus berbuat lebih banyak untuk membela semua hak warga, termasuk hak untuk berunjuk rasa secara damai," kata Menendez.

    Pada Kamis, Direktur Rumah Sakit Guru Teg Bahadur (GTB) Sunil Kumar mengatakan, pihaknya menangani 34 kasus kematian akibat bentrokan. Semuanya korban menderita luka tembak.

    Kepala dokter Rumah Sakit Lok Nayak pada kesempatan berbeda mengatakan, tiga orang telah meninggal di rumah sakitnya. Satu korban lain dikonfirmasi meninggal di Rumah Sakit Jag Parvesh Chander.

    Rumah sakit tersebut juga menagani 10 korban luka yang dalam kondisi serius.

    Polisi sejauh ini telah menangkap lebih dari 500 orang untuk dimintai keterangan, sebagian di antaranya ditahan.


    berita ini bersumber dari inews
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini