-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Cerita Mahasiswi di Medan Jadi Korban Penyekapan, Trauma karena 3 Pelaku Masih Berkeliaran

    redaksi
    Sabtu, 01 Februari 2020, Februari 01, 2020 WIB Last Updated 2020-02-01T02:14:03Z

    Ads:

    Cerita Mahasiswi di Medan Jadi Korban Penyekapan, Trauma karena 3 Pelaku Masih Berkeliaran
    ist

    INDOMETRO.ID – Mahasiswi di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), berinisial DS (24), masih trauma mendalam pascapenyekapan yang dialami pada 22 November 2019 lalu.

    Apalagi, dua pelaku yang menyekap dan mencuri harta bendanya masih bebas berkeliaran karena belum ditangkap polisi.

    DS mengungkapkan, kejadian menakutkan tersebut berawal saat dia menerima seorang pemuda di rumahnya, Jalan Balam, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan. 

    Pria itu meminta sumbangan untuk pembangunan rumah ibadah.

    “Salah satu komplotan pencuri datang ke rumah saya sebelum zuhur. Pria yang datang berkemeja rapi. 

    Saat itu dia meminta sumbangan atas nama masjid,” kata DS, Jumat (31/1/2020).

    Namun, pemuda tersebut kemudian meninggalkan rumahnya setelah DS mengaku tidak memiliki uang. Sekitar pukul 16.00 WIB, ternyata ada dua orang lagi yang kembali datang ke rumah DS. 

    Kali ini terlihat lebih tua. Sama seperti pria sebelumnya, mereka juga meminta sumbangan untuk pembangunan rumah ibadah.

    “Karena saya mikir tetap menjaga kesopanan dalam menolak yang minta sumbangan, saya buka dikit pintunya. 

    Mereka bertanya, nggak ada rupanya orang tua di rumah? Agak lama saya jawab, trus saya bilang nggak ada,” kata DS.

    Mendengar jawaban DS yang sendiri di rumah, dua pria itu kemudian mendorong pintu dan memaksa masuk ke rumah DS. Keduanya juga mendorong DS hingga terjatuh.

    “Pas saya jatuh, saya melihat yang minta sumbangan sebelumnya kembali datang dan tiba-tiba masuk ke rumah. Jadi ada tiga orang yang masuk ke rumah saya,” katanya.

    Setelah masuk, ketiga pria itu membekap DS. Spontan DS menjerit. Salah satu dari ketiga pelaku lalu menutup mulutnya dengan lakban yang sudah dipersiapkan. Mata, tangan, dan kakinya juga dilakban.

    Ketiga pelaku juga mengancam DS. Jika masih nekat berteriak, mereka akan menusuk DS. Ancaman ini membuat DS ketakutan. 

    “Saya gak tau senjata apa yang dibawa para pelaku ini. Saya kemudian dipindahkan ke ruang tamu oleh salah satu dari mereka,” kata DS.

    DS meyakini, setelah dia disekap, para pelaku mulai menggeledah isi rumah untuk mencari barang-barang berharga seperti emas dan uang. 

    Mereka juga mengancam DS untuk memberi tahu letak barang-barang berharga di rumah itu. Saat itu pula, ada orang yang datang mengantarkan paket barang untuk DS.

    “Saya langsung diseret ke lantai 2, sementara paket diambil pelaku. 

    Lakban di kaki saya dilepas. Di atas, saya mau dipukul pakai besi karena melawan. Saya dimasukkan ke kamar mandi dan salah satu dari mereka hendak memerkosa saya. 

    Tapi, kawannya langsung nyuruh dia ke bawah,” kata DS.

    Pria tersebut sempat membuka lakban di matanya, sebelum turun mendatangi temannya. DS ditinggalkan di kamar mandi. Dia lalu mendengar suara sepeda motornya dihidupkan.
    DS pun nekat berlari ke bawah berharap ada yang menghadang para pelaku. 

    Kondisinya masih dengan tangan terikat lakban, sementara lakban di kaki sebelumnya sudah dilepas pelaku saat menyeretnya ke atas.

    “Lalu saya ditolong karyawan dekat rumah dan membuka lakban yang mengikat tangan saya. Satpam yang jaga di situ pas kebetulan baru masuk dan dia nggak tahu harus berbuat apa. Ngejar pun sekadar lewat kompleks, nggak sampe ke jalan,” kata DS.

    Setelah DS kembali ke rumah, dia memeriksa barang-barang yang hilang. 

    Selain kehilangan sepeda motor Honda Scoopy, ketiga pelaku membawa kabur ponsel, laptop, dan STNK-nya. DS kemudian membuat laporan ke Polsek Medan Sunggal saat itu juga dengan nomor laporan STTLP/1880/ K/XI/2019/SPKT.

    Dalam laporan itu, DS menyebutkan kerugiannya ditaksir Rp20 juta. Namun, hingga dua bulan lebih berlalu setelah membuat laporan, ketiga pelaku belum juga ditangkap.

    DS yang masih trauma pun merasa takut jika sewaktu-waktu pelaku pencurian yang disertai tindakan kekerasan itu kembali beraksi. Dia masih berharap polisi segera menangkap ketiga pelaku sehingga traumanya akibat penyekapan itu tak semakin parah.

    “Karena pasti mereka nggak akan berhenti ngelakuin hal yang sama, bahkan mungkin bisa lebih dari itu kalau mereka nggak tertangkap. Saya nggak mau orang lain merasakan kerugian yang saya rasakan dari materi, fisik, hingga mental,” kata DS.

    Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Sunggal Iptu Syarif Ginting mengaku saat ini masih memburu pelaku pencurian dan penyekapan DS. Polisi kesulitan menangkap pelaku karena tidak ada saksi saat kejadian.

    “Kejadian itu kan di bulan November. Waktu kejadian itu, saksi-saksi yang melihat kan tidak ada. Kecuali pelaku tiga orang dan korban,” kata Iptu Syarif Ginting, Jumat (31/1/2020).

    Syarif mengatakan, pascakejadian, korban memang melapor ke pos satpam, tapi ketiga pelaku saat itu sudah berhasil melarikan diri. 

    “Korban kemudian membuat laporan ke Polsek Sunggal dan kami langsung cek TKP. Dapatlah rekaman CCTV,” katanya.

    Namun, rekaman CCTV tidak cukup membuat polisi bisa mengetahui identitas para pelaku. Polisi juga telah mencoba mencari lokasi ponsel korban terakhir.

    “HP-nya kan dicuri, kami tracking. Tapi titik terakhir di Binjai dan HP-nya sudah mati. Hingga saat ini kami mencari para pelaku. Perkembangan nantinya tetap kami beritahu kepada korban,” katanya.


    berita ini bersumber dari inews
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini