-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Tiket Pesawat Mahal, Kunjungan ke Danau Toba Terpengaruh, BPODT Berharap Harga Tiket Segera Normal

    redaksi
    Selasa, 18 Juni 2019, Juni 18, 2019 WIB Last Updated 2019-06-18T03:34:42Z

    Ads:

     Empat pemain alat musik Tiongkok Guzheng tampil di Toba Caldera World Music Festival, Kabupaten Tobasa. Acara ini bukan sekadar hiburan, tapi diharapkan memberikan dampak positif kepada warga sekitar.
    MEDAN,INDOMETRO.ID Mahalnya harga tiket pesawat domestik membuat para wisatawan berpikir ulang untuk menggunakan transportasi udara. 

    Kondisi ini justru berpengaruh pada penurunan jumlah penumpang di Bandara Silangit Internasional, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut.
    Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) mencatat, penurunan penumpang di Bandara Silangit mencapai 10 persen. Penurunan terhitung sejak Januari hingga Mei 2019 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
    “Waktu kita cek ke Angkasa Pura II, Bandara Silangit masih relatif oke dibanding bandara yang lain. Year to year penurunan dihitung Januari sampai April memang turun sekitar 10 persen, tapi bandara lain bisa turun hingga 15 sampai 20 persen. 

    Jadi semua terdampak namun bandara Silangit paling kecil,” kata Direktur Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo kepada wartawan, Senin (17/6).
    Disebut Arie, mahalnya harga tiket pesawat memang menjadi masalah nasional. BPODT beharap harga tiket bisa kembali normal. Supaya kunjungan bisa terus meningkat. Khususnya ke kawasan Danau Toba. 

    BPODT yakin, soal tiket pesawat yang mahal bisa berakhir dalam waktu dekat. “Kita berharap harga tiket bisa kembali normal. Supaya, pariwisata kita terus meningkat,” ujarnya.
    Kata Arie, Bandara Silangit terus mengalami perkembangan. Infrastruktur di sana terus dibangun untuk meningkatkan kualitas pelayanan. “Infrastrukturnya terus dibangun, bandaranya makin bagus, runway-nya makin panjang, apron makin lebar,” ujarnya.
    Saat ini sudah ada empat kali penerbangan internasional. Khususnya rute dari Malaysia. “Kita lihat data setiap mereka sampai, kita selalu di-share datanya. Pas lebaran kemarin ada yang bahkan mencapai 90 persen dari total seat,” ujarnya.
    Untuk meningkatkan kunjungan wisata, BPODT juga berkoordinasi dengan semua pihak. Mulai dari Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas (3A) dipersiapkan dengan baik.
    Menyikapi data kunjungan Wisman ke Sumut menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Bulan April 2019 mengalami kenaikan 1,13 persen, Arie menyakini kalau kunjungan Wisman ke Sumut itu berkunjung ke Danau Toba. 

    “Kunjungan itu didominasi dari Malaysia. Mereka datang ke Sumut untuk berkunjung ke Danau Toba. Jadi memang sudah ada pasar tersendiri di Danau Toba,” kata Arie.
    Karenanya, kata Arie, bukan hanya penerbangan yang harus disasar tapi juga destinasinay, kesiapan hotel, dan makanan halal. “Kemarin ada juga masukan dari pihak Airasia agar ada di sana kantor imigrasi dan sekarang sudah mulai dibangun. Jadi satu-satu kita sisir, apa persoalan untuk dibenahi di sana,” pungkasnya.
    Toba Caldera World Music Festival Sukses
    Guna menarik wisatawan berkunjung ke Danau Toba, acara bertaraf internasional berupa Toba Caldera World Music Festival (TCWMF) digelar di Bukit Singgolom, Desa Lintong Nihuta, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), sejak 14-16 Juni 2019. Melalui even ini, diharapkan mampu menembuhkan perekonomian masyarakat sekitar.
    Dirut BPODT, Arie Prasetyo mengatakan, event ini sebagai penarik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara untuk berkunjung ke Danau Toba. “Potensi seperti ini yang harus terus kita kembangkan. Jadi punya nilai ekonomi kepada masyarakat,” sebut Arie kepada wartawan di Kantor BPODT di Kota Medan, Senin (17/6) siang.
    Dengan menampilkan musisi internasional dan nasional, Arie menyebutkan, perpaduan event ini untuk memperkenalkan produk unggulan khas Danau Toba seperti ulos, kopi dan kuliner berbumbu andaliman. 

    Hal ini, menjadi potensi pertumbuhan ekonomi masyarakat. “Ini juga salah satu daya tarik dari TCWMF. Pengunjung bisa menikmati produk khas Kawasan Toba. Memberikan dampak positif untuk perekonomian masyarakat,” tutur Arie.
    Arie mengatakan, sebelum menggelar TCWMF, pihaknya bersama stakeholder lainnya sudah berkoordinasi dengan masyarakat. 

    Masukan-masukan dari masyarakat selalu dikedepankan. “Kita harus tetap mendengarkan masukan dari masyarakat. Kita ingin TCWMF adalah event yang juga dari masyarakat, kita kerjakan bersama-sama masyarakat. Jadi punya keunikan sendiri,” jelas Arie.
    Paling tidak, kelak terus berkembang TCWMF atau pun event lainnya yang digelar di Bukit Singgolom bisa memberikan dampak ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat Danau Toba. “Jadi musik Batak ini semakin mendunia. Didukung juga dengan kreatifitas milenial yang mungkin selama ini belum terangkat,” sebut Arie.
    Arie menjelaskan, TCWMF juga memberikan edukasi kepada masyarakat melalui workshop yang diisi para maestro. Dengan itu, acara ini bukan sekedar hiburan. Namun, memberikan dampak positif kepada warga sekitar. “Saya harapkan ini bisa jadi ajang pembelajaran. Masyarakat harus memanfaatkan workshop dengan para maestro dari Indonesia,” ungkap Arie.
    Ia berharap, TCWMF menjadi agenda tahunan di kawasan Toba. Bukit Singgolom diprediksi kembali menjadi tuan rumah TCWMF. “Tahun depan insha Allah akan kita lakukan lagi yang ketiga. Jadi kedepan akan lebih banyak lagi negara yang ikut ke sini,” ujarnya.


    Dengan ini, Arie mengatakan TCWMF sebagai event yang menyedot kunjungan wisatawan ke Danau Toba.”Karena tagline world music cukup baik di dunia. 

    Jadi Indonesia punya Danau Toba sebagai branding di Internasional. Pastinya pariwisata bakal akan terangkat juga,” tandasnya.(sp)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini