Ruteng, NTT, Indometro.id - Kepala Tenaga Panas Bumi (KTPB) PLTP Ulumbu, Roya Ginting, mengatakan Geotermal menjadi sumber energi alternatif ditengah keterbatasan pasokan listrik di wilayah kabupaten Manggarai. Energi Panas Bumi atau Geotermal menjadi satu-satunya pilihan karena memiliki dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan cukup besar. Energi ini bersifat ramah lingkungan, bersih, hijau dan rendah polusi. Tingkat H2S nihil. Kami telah mengujinya secara berkala.
Fluida yang ditarik dari dalam bumi membawa campuran beberapa gas, diantaranya karbon dioksida (CO ko ko2), hidrogen sulfida (H2S), metana (CH4), dan amonia (NH3).
Hal ini diungkapkan Roya Ginting kepada para wartawan yang berkesempatan mengunjungi PLTP Ulumbu di Desa Wewo, kecamatan Satarmese kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur 18 Juni 2025.
Roya Ginting menjelaskan bahwa geotermal merupakan sumber energi yang stabil tidak bergantung pada faktor iklim yang tidak menentu seperti sinar matahari, air dan angin.
"Geotermal adalah sumber energi yang bersih dan berkelanjutan. Ketersediaan sumber energinya tidak berubah, tidak seperti pembangkit listrik tenaga surya yang bergantung pada sinar matahari atau pembangkit listrik tenaga angin yang bergantung pada ketersediaan angin," ujarnya.
Roya Ginting mengatakan, Flores oleh pemerintah pusat telah ditetapkan sebagai "ikon pulau geotermal" (icon Flores Geothermal Island) berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 2268K/30/MEM/2017 tanggal 19 Juni 2017.
Ada 21 lokasi potensi Geothermal di pulau Flores beberapa diantaranya ada di Manggarai yaitu di Ulumbu, Poco Leok dan di Wae Pesi, kecamatan Reo, kabupaten Manggarai.
Merespons berbagai polemik yang berkembang pada masyarakat selama ini mengenai dampak buruk Geotermal, Roya membantahnya. "Banyak informasi yang beredar selama ini bahwa proyek geotermal tidak ramah lingkungan dan membahayakan masyarakat. Kita bisa lihat dan bandingkan fakta yang ada di Ulumbu, proyek ini sama sekali tidak berbahaya. Silahkan dicek, belasan tahun kami beroperasi, puji Tuhan kami baik-baik saja dan masyarakat disini sama sekali tidak merasa terancam," terangnya.
Ia berharap agar pembangunan proyek geotermal dapat segera dilaksanakan untuk mencukupi kebutuhan listrik di wilayah ini yang masih kurang daya listrik.
Sementara Agradi Aryatama, Tim Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLTP Ulumbu, menegaskan proses ekstraksi fluida panas bumi dari perut bumi hingga menghasilkan listrik yang disalurkan ke jaringan. Energi Panas Bumi yang disebut (geotermal) ini, kata dia, bersumber dari tekanan uap air akibat dari proses pemanasan alami karena magma", Air hujan meresap ke dalam tanah pada kedalaman 1.000-3.000 meter hingga reservoir, di atas lapisan ini air yang tertampung berubah menjadi uap karena suhu panas yang berasal dari magma. Tekanan uap ini kemudian dimanfaatkan untuk memutar turbin yang akhirnya menghasilkan listrik," katanya.
Gredy juga menjelaskan perbedaan geotermal dengan tambang. Perbedaan geotermal dan tambang; geotermal menghasilkan listrik dari panas bumi sedangkan tujuan pertambangan mengambil batu bara, logam dan mineral dari dalam bumi. Berdasarkan cara kerja, geotermal mengalirkan uap panas bumi melalui pipa kecil diameter 60cm. Bentuk fisik geotermal sumur kecil, ada pipa 60 cm dan instalasi pembangkit. Pertambangan mengakibatkan lubang besar. Berdasarkan limbah geotermal, nihil, air dikembalikan ke perut bumi. Sedangkan limbah pertambangan yaitu limbah padat, air asam tambang, dan potensi pencemaran.
Resiko lingkungan geotermal rendah, terukur, dan dapat dimitigasi. Resiko lingkungan pertambangan tinggi bergantung jenis dan skala kegiatan. Geotermal masuk dalam energi terbarukan (renewable).
Gredy menuturkan, "Geotermal bukan tambang, karena cara kerjanya tidak melibatkan pengambilan bahan galian dengan menggali, mengebor, dan mengangkut material yang meninggalkan lubang besar, tetapi energi Panas Bumi" jelasnya.
Kepala desa Wewo Laurens Langgut mengatakan kehadiran Geothermal memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar seperti adanya penerangan listrik, adanya bantuan terhadap pengobatan gratis, pemberian sembako, program holtikultura, bantuan pembangunan rumah gendang 250 juta, dan sanitasi. Tidak ada dampak buruk dari pengembangan geotermal. Tidak ada kekurangan air di desa Wewo. Sawah tadah hujan di Lingko Pateng berkekurangan air bukan karena geotermal tapi karena sawah tadah hujan, katanya
Pernyataan Kepala Desa Wewo dikuatkan oleh penjelasan Kepala Desa Lungar, Eduardus Joman. Menurut Eduardus Joman (65) bahwa kehadiran Geothermal di desa Lungar, kecamatan Satarmese sudah disosialisasikan di desanya. Kenapa sekarang baru ada penolakan geotermal, kenapa tidak dari dulu, katanya dengan nada bertanya. Seharusnya dari dulu penolakannya, bukan sekarang ini.
Fais Yonas Boa, tokoh muda desa Wewo, mengungkapkan dampak nyata proyek geotermal ini hanya adalah terlihat pada korosit sing. Tidak ada dampak negatif PLTP Ulumbu terhadap tanaman termasuk manusia dan hewan.
Sebagai generasi muda membutuhkan kemajuan dan indikator kemajuan harus membutuhkan listrik, kita wajib dukung. Jika merugikan kita singkirkan, jika menguntungkan silahkan dilanjutkan, kata Yonas.
Hal menarik ketika para awak media diajak melihat langsung Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu di desa Sewo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara siang itu. Uap panas bumi yang keluar dari sumur 1, sumur, dan sumur 3 cukup besar menandakan potensi panas bumi yang signifikan dalam bumi di wilayah tersebut.
Sebanyak 26 jurnalis Manggarai melaksanakan kegiatan Site Visit PLTP Ulumbu 1-4 (4x2,5 MW) yang diselenggarakan oleh PT. PLN (Persero) UIP Nusa Tenggara di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. Dalam giat ini hadir juga Kepala Desa Wewo Laurensius Langgut dan kepala desa Lungar Eduardus Joman, Pendamping PKH, Tokoh Pemuda, Fais Yonas Boa dan Pendamping Kelompok Tani. (****)





Posting Komentar untuk "Geothermal; Energi Baru Terbarukan Ramah Lingkungan, Bersih, Hijau, Rendah Polusi, Begini Kata KTPB PLTP Ulumbu "