Artikel - indometro.id - Jika melihat berita akhir-akhir ini tentang demo dan ijazah palsu Jokowi, sepertinya Indonesia sedang berada di fase ambang kehancuran, dan semua ini tidak lepas dari tingkah Jokowi yang dengan congkak, seolah dengan sengaja mengencingi otoritas Prabowo Subianto, Presiden yang sah saat ini.
Sebuah skandal politik tiba-tiba saja muncul, yang membuat darah seperti mendidih ketika melihat rombongan Sespimmen Polri, calon-calon pimpinan polisi masa depan, dengan penuh arogansi mendatangi rumah Jokowi dan meminta arahan, seolah Jokowi masih sebagai Presiden saat ini, seolah Prabowo tak lebih dari seorang pecundang yang tidak pantas untuk mengomandoi Polri! Kunjungan Sespimmen Polri bukan hanya sekadar pelanggaran tata cara maupun etika, melainkan lebih tepat disebut sebagai pengkhianatan terang-terangan yang bisa membuat negara ini terbakar dalam konflik yang berdarah. Jokowi, yang seharusnya sudah menjadi sisa-sisa ampas politik, ternyata masih haus akan kekuasaan, dan dia tidak segan menghianati bangsa demi ambisinya.
Narasi "matahari kembar" (dua kekuasaan antara Jokowi dan Prabowo), bukan lagi sekadar gosip, tetapi sebuah kenyataan pahit yang siap meledakkan Indonesia. Jokowi, dengan liciknya, seperti sedang memanfaatkan Polri yang akan digunakan sebagai alat untuk menjegal Prabowo, di mana TNI sudah menegaskan kesetiaan pada Presiden Prabowo. Bayangkan, baru enam bulan Prabowo menjabat, tapi otoritasnya sudah diinjak-injak oleh mantan Presiden yang gila kuasa ini. Drama perebutan kekuasaan ini bukan hanya soal harga diri Prabowo yang dihancurkan, tetapi soal masa depan 270 juta rakyat Indonesia yang terancam menjadi korban perang sipil-militer yang mengerikan. Jokowi, seperti dengan sengaja, telah menyalakan api konflik yang bisa membakar habis negara ini.
Polri Berkhianat dan Potensi Makar
Mari biarkan saya untuk bertanya secara blak-blakan saja tanpa perlu mengirimkan OTK seperti hari itu, “Apakah Polri telah menjadi pengkhianat bangsa?”. Pada 17 April 2025, Sespimmen Polri (para polisi yang seharusnya jadi pemimpin masa depan), dengan penuh keberanian yang bodoh mendatangi rumah Jokowi di Solo untuk meminta arahan. Padahal, aturannya sudah sangat jelas, bahwa Polri berada di bawah Presiden yang sedang menjabat secara langsung, yaitu Prabowo, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Jokowi sudah menjadi mantan sejak Oktober 2024, namun kenapa dia masih berani mengatur Polri? dan Polri dengan congkaknya nurut saja seperti anjing penjilat! Come on, dude, hal ini bukan hanya sekedar pelanggaran, tapi tanda-tanda makar, sebuah upaya kotor untuk melawan pemerintahan yang sah, dan Polri adalah pelaku utamanya. Apakah selama 10 tahun kepemimpinan Jokowi sudah membuat Polri lupa, bahwa eksistensi Polri digunakan sepenuhnya untuk melindungi negara dan rakyat, bukannya malah melindungi Jokowi yang saat ini sudah purna tugas ?
Bayangkan, Sespimmen Polri ini yang merupakan calon-calon pemimpin seperti Kompol dan AKBP, di mana mereka yang akan pegang komando di masa depan justru meminta arahan kepada Jokowi? What the fuck? Are you really fucking kidding us? Jika sekarang saja mereka (Polri) sudah lebih setia ke Jokowi daripada Prabowo, apa yang akan terjadi nanti? Apakah mereka akan menjadi budak Jokowi? siap menjalankan agenda kotor untuk melindungi dinasti politiknya (Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution)? Polri seharusnya netral, melindungi rakyat, namun kini mereka malah menjadi alat Jokowi untuk merebut kekuasaan. Kejadian ini sebuah pengkhianatan terbesar terhadap rakyat Indonesia, dan Prabowo sebagai Presiden terlihat seperti pecundang yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Mirisnya, kejadian ini menunjukkan betapa gobloknya Prabowo dalam mengendalikan Polri. Seharusnya, Prabowo langsung saja menggebuk anggota Polri yang terlibat, buat mereka merasa takut dan sadar siapa bos sebenarnya. Namun hingga sekarang, tidak ada tindakan tegas, Prabowo hanya diam seperti orang bodoh. Nah yang saya takutkan, kejadian seperti kunjungan Sespimmen akan membuat Polri semakin berani, dan tentunya juga membuat Jokowi semakin congkak. Jika dibiarkan? Hal ini bukan hanya tentang makar “kecil”, tapi bisa berubah menjadi pemberontakan besar yang menghancurkan pemerintahan Prabowo dan mengorbankan rakyat Indonesia. Rasa-rasanya, sejarah sudah mengajarkan kita, seperti pada 1965, ketika ketidaksetiaan institusi keamanan memicu kudeta berdarah yang menewaskan ratusan ribu orang. Apakah Prabowo mau menjadi Presiden yang membuat sejarah kelam itu terulang lagi ?
Jokowi Mengibarkan Bendera Perang ?
Jokowi, dengan arogansi yang bikin saya mual, sepertinya sudah mengibarkan bendera perang terhadap Prabowo! Dengan memanfaatkan Polri sebagai pasukan pribadinya, dia menantang otoritas Prabowo secara terang-terangan. Sementara itu, TNI sudah menegaskan kesetiaan pada Prabowo melalui UU TNI yang baru disahkan pada Maret 2025 (Brookings, 2022). UU ini tidak hanya membuat TNI loyal kepada Prabowo, tapi juga memberi mereka kuasa yang lebih besar untuk ikut campur di urusan sipil, seperti memegang jabatan di Kementerian. Artinya? TNI adalah benteng Prabowo, namun Polri justru menjadi pasukan kotor Jokowi. Dan jika RUU Polri disahkan menjadi UU yang baru, bisa-bisa terjadi perang antar bintang yang semakin membuat Indonesia menjadi bertambah gelap.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika TNI dan Polri, dua institusi bersenjata terbesar di Indonesia, saling berhadapan? TNI yang setia sama Prabowo akan menggebuk Polri yang menjadi pion Jokowi. Dengan potensi konflik seterang ini, peristiwa yang akan terjadi bukan hanya tentang perang kekuasaan antara dua orang, tapi perang antar-institusi yang bisa membuat jalanan dipenuhi oleh darah. Sejarah Indonesia sudah penuh dengan konflik mengerikan seperti ini, misalnya pada 1998, ketegangan antara militer dan polisi sering memicu bentrokan yang membuat rakyat takut untuk keluar rumah (Aspinall & Mietzner, 2019). Jika situasi seperti ini dibiarkan, kita bisa melihat perang berdarah yang lebih besar, dan Jokowi akan yang menjadi biang keladinya.
Jika saya mengacu pada Teori Concordance Theory dari Rebecca L. Schiff, teori ini dapat membuka mata kita tentang potensi konflik yang bahaya ini. Rebecca berkata bahwa negara akan aman jika militer, pemerintah, dan rakyat mempunyai kesepakatan yang jelas soal peran militer. Tapi yang sedang terjadi di Indonesia sekarang, kesepakatan itu sudah hancur lebur. Jokowi seolah sudah merebut Polri, sedangkan TNI terlihat setia kepada Prabowo, dan rakyat? Hanya bisa menonton dengan perasaan takut. Tanpa kesepakatan, teori ini prediksi akan memicu konflik besar yang akan meledak, dan yang sedang kita hadapi? perang kotor antara Jokowi dan Prabowo yang siap membuat Indonesia menjadi hancur.
Jokowi, dengan ambisi gila kuasanya, telah menyalakan api yang akan membakar habis bangsa ini!
Investor Kabur
Di sisi lain, potensi konflik antara TNI dan Polri, tentunya akan membuat investor asing ketakutan dan kabur dari Indonesia. Coba kita tengok, per 21 April 2025, LG Energy Solution (LGES) dari Korea Selatan mengumumkan batal investasi di proyek baterai mobil listrik senilai 142 triliun rupiah ($8,45 miliar) (ET Auto, 2025). Padahal, proyek ini sudah berjalan sejak tahun 2020, dan mereka tentunya sudah membangun pabrik pertama pada 2024 dengan kapasitas 10 Gigawatt jam per tahun. Tapi, mereka tiba-tiba mundur dengan alasan "kondisi pasar dan lingkungan investasi." Apa artinya? Saya asumsikan, mereka takut dengan situasi politik di Indonesia yang mulai panas karena ulah Jokowi. Investor bukanlah orang bodoh, mereka tahu bahwa negara ini sedang di ambang kekacauan besar.
Sayangnya, bukan hanya LGES yang takut, investor lain juga bisa kabur atau berpikir ulang untuk menaruh uangnya di Indonesia. Di Papua, misalnya, investor asing sudah lama menghadapi risiko karena konflik dengan kelompok separatis seperti Free Papua Movement (Petra International Journal of Business Studies, 2025). Jika ditambah dengan drama politik di tingkat nasional seperti sekarang ini, siapa yang berani ambil risiko? Indonesia sebenarnya sedang membutuhkan uang yang besar (/lebih dari $1 triliun), untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060 (Taylor & Francis, 2025). Namun jika investor terus saja kabur, harapan itu hanya akan menjadi omong kosong, dan ekonomi kita akan ambruk total.
Agency Theory dari Peter D. Feaver menurut saya bisa menjelaskan kenapa investor kabur, karena di dalam teori ini disebutkan bahwa pemerintah (Prabowo) sebagai "bos", harus bisa mengendalikan anak buahnya (Polri). Namun, nyatanya Prabowo gagal total di mana Polri malah menampakan loyalitasnya kepada Jokowi. Investor melihat kejadian ini sebagai tanda, bahwa Prabowo adalah pemimpin penakut yang tidak bisa mengendalikan negara. Investor takut uang mereka akan hilang jika Indonesia kacau, makanya mereka lebih memilih untuk kabur. Jokowi, dengan ulahnya yang kotor, telah membuat Indonesia menjadi tempat yang menakutkan untuk bisnis. Jokowi tidak hanya mengkhianati Prabowo, tapi juga mengkhianati rakyat yang masih butuh investasi untuk hidup yang lebih layak!
Rakyat Lagi-Lagi yang Jadi Korban
Di tengah drama kotor ini, siapa yang akan paling menderita? Tentunya kita semua, rakyat biasa yang sudah muak dengan janji-janji manis para elite. Jika Polri dan TNI sampai bentrok karena perang kekuasaan antara Jokowi dan Prabowo, rakyat yang akan jadi korban utamanya. Bayangkan, jalanan penuh dengan kerusuhan, pasar ditutup, anak-anak takut untuk pergi ke sekolah, dan para orang tua akan kehilangan pekerjaan. Kita sudah pernah melihat kejadian seperti ini pada 1998, ketika konflik politik dan ekonomi berhasil membuat rakyat sengsara. Orang kelaparan, toko-toko dibakar, dan nyawa melayang. Sekarang, kita sedang berada di ambang situasi yang lebih mengerikan, dan sekali lagi, Jokowi adalah biang keladinya.
Ketika LGES pergi, proyek besar seperti pembangunan pabrik baterai mobil listrik batal, artinya lapangan kerja yang seharusnya ada untuk rakyat juga telah hilang. Belum lagi, target besar seperti nol emisi karbon pada 2060 semakin sulit untuk tercapai, dan hal itu berarti lingkungan kita akan semakin rusak di mana udara kian kotor, banjir makin sering, dan rakyat kecil yang jadi korbannya. Rakyat yang sudah susah mencari kerja untuk hidup layak, akan semakin terpuruk, sementara Jokowi dan elite politik lainnya asyik bermain kuasa tanpa peduli dengan penderitaan kita.
Nah yang paling membuat hati ini terasa seperti terbakar, rakyat tidak punya kuasa untuk menghentikan drama ini. Kita hanya bisa menjadi penonton, berharap para pemimpin sadar sebelum semuanya terlambat. Tapi, melihat betapa angkuhnya Jokowi dan betapa lemotnya Prabowo untuk bertindak, harapan itu terasa seperti mimpi kosong. Rakyat Indonesia, yang sudah lama sabar dengan janji-janji manis, lagi-lagi akan menjadi korban dari ambisi kotor Jokowi yang siap membuat negara ini hancur.
Prabowo, buka mata Anda lebar-lebar. Jokowi telah mengencingi otoritas Anda, dan Anda hanya diam saja seperti pecundang yang tidak punya nyali? Come on, seriously? Polri, yang seharusnya menjadi alat negara di bawah komando Anda, kini seperti menjadi budak Jokowi yang siap untuk menghancurkan pemerintahan Anda. Jika Anda tidak segera bertindak, negara ini akan terbakar dalam perang berdarah, dan Anda akan menjadi Presiden paling goblok dalam sejarah.
Hentikan pengkhianatan ini sekarang, gebuk anggota Polri yang berani lawan Anda, batasi peran Jokowi sebagai mantan Presiden, dan tunjukkan bahwa Anda adalah pemimpin sejati.
Rakyat menuntut keadilan, dan jika Anda gagal, Jokowi akan tertawa di atas tumpukan penderitaan rakyat yang Anda biarkan hancur !
(Source : Hara Nirankara)
Posting Komentar untuk "Pengkhianatan Polri dan Ancaman Perang Berdarah"