-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Korban Pola Pembantaian Psikis Di Indonesia,Cobaan Sangat Berat Seorang Anak Kecil Adinda Syafira Di Negara Berdasarkan Hukum Ini

    Minggu, 18 September 2022, September 18, 2022 WIB Last Updated 2022-10-23T06:11:41Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    .                            Adinda Syafira

    Tebing Tinggi,(Indo Metro).- Pembantaian psikis,inilah cobaan berat seorang anak kecil bernama Adinda Syafira (8 tahun/foto inzert) anak kandung Eddy Hartono  seorang jurnalis warga Jalan Jend.Sudirman Gang Pancasila (Gang Mesjid) Lingkungan III Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi,pada tanggal 18 September 2022 pagi di dekat rumahnya beraktifitaslah oknum-oknum dengan polanya mengusik dan mengganggu ketenangan dan kenyamanan Eddy Hartono dan anak-anak kandungnya yang ada di rumah.

    Adinda Syafira dari akhir Juli 2022 hingga minggu ke-2 September 2022 mengalami sakit.Adinda Syafira sekolah di SDN 165728 Jalan K.L.Yos Sudarso di belakang Kantor Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi. Pola-pola yang dilakukan yakni dengan pola ucapan-ucapan dan pemunculan rekaman suara anak kandung Eddy Hartono dan orang-orang. Inilah contoh dampak perlindungan hukum dan ham sangat buruk di Kota Tebing Tinggi.

    Manusia-manusia "doyan" memunculkan rekaman suara keluarga Eddy Hartono adalah fenomena sangat buruk di Kota Tebing Tinggi (Sumatera Utara). "Manusia-manusia sangat jahanam dan sangat keji berkeliaran di Kota Tebing Tinggi".Dampak "umur cukup otak kurang di negara berkembang".Saya tahu lokasi-lokasi mana saja di Kota Tebing Tinggi yang kerap memunculkan rekaman suara anak-anak kandung saya ketika saya melintas dengan sepeda motor,"ujar Eddy Hartono.

    Eddy Hartono sudah pernah mengirim surat pengaduan-surat pengaduan ke MPR RI,DPR RI,Bapak Panglima TNI.Terakhir via pos kilat khusus, Eddy Hartono sudah pernah mengirim surat pengaduan-surat pengaduan dikirim via pos kilat khusus pada 2 Juni 2020 dan 29 Mei 2020. Tgl.3.4 dan 8,15 Juni 2021 Eddy Hartono kembali mengirim surat pengaduan-surat pengaduan ke DPR RI via pos kilat khusus.Dalam 4 surat pengaduan tersebut Eddy Hartono meminta bantuan DPR RI agar berkenan menyampaikan 4 surat pengaduan itu ke MPR RI.Bapak Panglima TNI.Eddy Hartono meminta perlindungan hukum konstitusi. 

    Eddy Hartono mengutarakan,"saya berjuang demi bangsa dan negara ini melalui internet hingga ke luar negeri.Dalam cobaan sangat berat dan susah,saya terus berusaha berbuat semampunya.Inilah konsekwensi membela bangsa dan negara serta konsekwensi dalam kondisi serta situasi sangat buruk,ada resiko dendam,bahaya.Di kota kecil ini saya dilahirkan dan dibesarkan,dari serta di kota kecil ini saya berbakti."

    "Lihat postingan-postingan Eddy Hartono di facebook website Panglima TNI,facebook website Kodam I Bukit Barisan dan di instagram eddyhartono2022,chanel youtube dengan menulis di kolom pencarian : Eddy Hartono Tebing Tinggi,"kata Eddy Hartono. 

    "Dampak penegakkan hukum yang sangat buruk maka kesewenang-wenangan dan semena-mena terjadi terhadap Eddy Hartono dan anak-anak kandungnya.Para oknum sangat angkuh dan sangat remeh bermunculan melampiaskan dendam,benci,iri dengki dan seperti perbuatan premanisme terhadap Eddy Hartono dan anak-anak kandungnya.Teror,intimidasi adalah perbuatan sangat biadab apalagi terhadap anak kecil.Upaya-upaya dan penganiayaan psikis diterapkan sebagai upaya bentuk tekanan upaya mencelakakan secara lahir dan batin.Kami belum mengalami kritis atau mati,kita lihat nanti jika peristiwa ini terjadi terhadap kami.Negara Indonesia berdasarkan hukum.Islam mengajarkan jadilah generasi pembela tanah air yakni negara,"tandas Eddy Hartono. 

    Eddy Hartono mengatakan,"terkutuklah manusia-manusia yang dengan upaya sangat jahatnya berusaha mempermalukan,menyakiti,menghujam Eddy Hartono dan anak-anak kandungnya.Terkutuklah manusia-manusia yang dengan segala strategi sangat jahat untuk menghujam dan mempresure psikologis Eddy Hartono dan anak-anak kandungnya.Terkutuklah manusia-manusia yang secara sengaja berniat sangat jahat dengan memunculkan rekaman keluarga Eddy Hartono yang sudah wafat dan anak-anak kandung Eddy Hartono saat jadi korban kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran ham ,termasuk juga rekaman suara Eddy Hartono.Inilah doa saya (Eddy Hartono) pada Allah SWT jika masih ada manusia-manusia menjalankan sangat jahatnya terhadap kami hingga pertengahan September 2022 dan hari,bulan,tahun selanjutnya.Terlalu pedih dan pahit duka yang kami alami.Di lokasi kawasan kami berdomisili ada oknum-oknum sangat angkuh mengusik ketenangan kami yang di rumah khususnya di saat malam atau akan tidur dan jam tidur.Siapa yang iba atau kasihan melihat Adinda Syafira (usia 8 tahun/anak kandung Eddy Hartono) seorang generasi Islam,saat akan tidur dan tidur ada para oknum menerapkan pola mengusik ketenangan di didekat rumahnya.Inilah contoh sangat keji dan biadab di Indonesia ini sekarang.Dengan segala program pembangunan nasional,ternyata dibalik itu semua ada kebiadaban dan kekejian di negara berdasarkan hukum ini. Ada pembantaian psikis diterapkan di Indonesia di Jalan Jend.Sudirman Gg.Pancasila (Gg.Mesjid) Lingkungan III Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi-Sumatera Utara."Lihat di chanel youtube,tulis di kolom pencarian : Eddy Hartono Tebing Tinggi.

    Eddy Hartono menyatakan,"Kami yang jadi korban,maka kami yang menginginkan siapa yang harus dihukum..Saya tak mau jadi korban siasat sangat jahat para oknum.Karena saya tahu,lokasi-lokasi mana di Kota Tebing Tinggi masih sangat angkuh memunculkan rekaman suara keluarga kami dan memunculkan ucapan-ucapan menghujam kami.Di era Orde Baru tidak ada fenomena sangat parah seperti sekarang ini."Tahu saya,siapa-siapa aparat hukum yang terlibat melakukan kekahatan terhadap kami..Kami adalah penganut Islam,tahu berbuat kebajikan pada orang-orang.Shasa Aprilia dan Karina tahu  siapa-siapa di tahun 2015 menangis-nangis menyampaikan keluh kesahnya.".(Dy Hart).
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini