INDOMETROMEDIA- Mahasiswa dan politik adalah kedua hal yang tidak dapat dipisahkan, kekuatan kuantitas dan kualitas didalamnya mampu mendobrak kekejaman dan kedzoliman penguasa. Kini busur panah itu telah berpindah ke tangan kita dengan tanggung jawab besar yakni mengasah dan terus mempertahankanya sebagai senjata untuk melawan setiap kedzoliman dengan bidikan yang lebih tajam.
Intensitas mahasiswa saat ini seperti mengalami permainan saklar sehingga cahayanya kadang redup kadang benderang, tentu tak sebercanda itu pastilah ada yang sembunyi di balik tembok tembok kekuasaan.
Bila kita sadari gerakan mahasiswa saat ini sudah terpolitisir melalui mahasiswa-mahasiwa yang tidak mengasah busur idealismenya. Sehingga untuk membidik sasaran kita dipaksa membiarkan mangsa itu pergi karena busur kita telah diganti dengan uang dan jabatan oleh pemimpin kita.
Di ranah mahasiwa ada elit yang mengatasnamakan mahasiwa Sebagai alat politiknya tentu kalau bukan BEM universitas yah elit mana lagi.? Kompromi dan kolaborasi yang oportunistik menjadikan tubuh bem itu sendiri hilang kepercayaanya sebagai agen of change dan agen of control.
Segala bentuk afiliasi dan kolaborasinya kami sebagai mahasiswa umum "biasa" tidak diberikan ruang untuk mengetahui kerja sama tersebut, hal ini tentu menyeleweng dari prinsip demokrasi dan musyawarah mufakat dalam tubuh pimpinan mahahsiswa.
Situasi objektif yang melahirkan opini pada mahasiswa umum adalah konsolidasi yang diadakan BEM-unindra masa kepemimpinan "WIRAYUDHA TAMA FAUZAN" tidak dikatui kelanjutanya sehingga banyak sekali asumsi asumsi yang hadir dalam pikiran mahasiwa pada umunya.
Oleh karena itu pada situasi dan kondisi COVID-19 ini kami gerakan mahasiwa unindra mengeluarkan pendapat dan kritikan melalui baner yang bertuliskan tuntutan yang tentu lahir daripada kesadaran dan idealisme kami untuk mempertahankan perjuangan dan gerak dialektis daripada mahasiswa pada umunya.
#saveBEMuniversitas
#unidramelawan
