INDOMETRO.ID,JAKARTA-Muhammadiyah kembali mendapatkan pengakuan dunia internasional atas konsistensinya dalam gerakan pengendalian tembakau. Dalam momen Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tanggal 31 Mei 2021 yang lalu – World Health Organization (WHO) memberikan penghargaan “South-East Asia Region World No Tobacco Day Award” kepada Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi keagamaan di Indonesia yang berkomitmen memajukan kebijakan dan program pengendalian tembakau di Indonesia dan Asia Tenggara. Penghargaan WHO ini menjadi pelecut semangat bagi seluruh lapisan Persyarikatan Muhammadiyah untuk konsisten dalam memperjuangkan masyarakat sehat yang bebas dari rokok.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menjelaskan,Muhammadiyah sudah lama terlibat dalam kampanye pengendalian tembakau.“Saya tahu persis bagaimana gerakan ini dimulai dari tahun 2005, sangat panjang dan berliku-liku,” katanya dalam Ngaji Virtual Muhammadiyah Membangun Kesehatan Bangsa yang disiarkan secara langsung melalui aplikasi Zoom dan Youtube pada Sabtu,(12/06/202).
Menurut Mu’ti, Muhammadiyah amat serius bergerak di pengendalian tembakau.Perjalanan yang sebenarnya sudah dimulai puluhan tahun silam tapi baru benar-benar diseriusi sejak 2005.Pada 2010,Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menerbitkan fatwa tentang haramnya merokok pada 2010. Fatwa Haram Merokok ini dikeluarkan lagi sepuluh tahun kemudian oleh Muhammadiyah untuk merespons perkembangan rokok yang kini berinovasi menjadi rokok elektronik.
Muhammadiyah juga menetapkan seluruh amal usahanya sebagai kawasan tanpa rokok, menolak menerima sponsor dan promosi rokok hingga turut aktif dalam berbagai advokasi kebijakan dan edukasi pengendalian rokok baik di tingkat daerah maupun nasional melalui MPKU, Majelis Tarjih dan Tajdid, Perguruan tinggi dan organisasi otonom Muhammadiyah sebagaimana dilakukan oleh MTCCC/STEP UMY,UM Magelang,CHED ITB Ahmad Dahlan dan juga seluruh organisasi otonom dari IPM,NA dan elemen lainnya. Mu’ti ingin mengajak warga Muhammadiyah dan masyarakat secara umum untuk bermuhasabah dan reoritentasi bahwa penghargaan WHO ini bukan titik kulminasi perjuangan tobacco control.
“Apresiasi WHOini jadi spirit kedua karena tujuannya bukan mendapatkan WHOtapi membangun masyarakat sehat dan kuat adalah bagian dari kita mengamalkan agama Islam,”katanya. Ia menuturkan, Allah sudah berfirman hendaklah umat Islam membangun negara yang kuat. Ketentuan Allah ini ada di QS. Annisa: 9. “Allah meminta kita jangan sampai memberikan keturunan yang lemah. Pengertian ayat itu, kita harus meninggalkan keturunan yang kuat,” ujarnya.
Ketua Umum Muhammadiyah Tobacco Control Network Supriyatiningsih menuturkan, penghargaan dari WHO yang sudah diberikan saat pelaksanaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia itu merupakan komitmen Muhammadiyah yang secara social keagaamaan dan gerakan dakwah dengan terbitnya Fatwa Haram Merokok oleh Majelis Tarjih sejak 2010. “Fatwa itu mewajibkan kita mengupayakan pemeliharaan derajat kesehatan masyarakat dan menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif sehat sebagai hak masyarakat di bumi ini,”katanya. Menurut Supriyatiningsih, Muhammadiyah mengajak kepada semua elemen masyarakat untuk terus meningkatkan upaya pengendalian tembakau karena PR masih banyak.
Prevalensi perokok dewasa dan anak-anak masih meningkat (melebih target RPJMN 2019) dan dampak buruk konsumsi rokok masih meluas. “Kami juga mendukung upaya pemerintah untuk memperkuat regulasi pengendalian tembakau diantaranya dengan melakukan revisi terhadap PP 109 tentang pengamanan zat adiktif dalam bentuk produk tembakau, menaikkan tarif cukai rokok, dan melarang iklan dan sponsor rokok,” ujarnya. Ia mengingatkan, upaya pengendalian tembakau masih perlu diperkuat dan ditingkatkan. Hingga saat ini prevalensi perokok secara nasional masih tinggi yaitu 34,7 persen, dan tercatat sebagai perokok ketiga dunia dan prevalensi perokok lelaki tertinggi di dunia. Begitu juga perokok anak masih naik dari 7,2 persen pada 2017 naik menjadi 9,1 persen pada 2018. Berbagai catatan ini menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan oleh bangsa ini untuk mengendalikan konsumsi rokok. Menurut dia, Muhammadiyah tetap istiqomah dalam gerakan pengendalian tembakau, sebagai bentuk manifestasi amanah pendiri Muhammadiyah - Kyai Ahmad Dahlan- yang menyebutkan bahwa Islam harus sehat, kuat dan besar sehingga bisa menyelamatkan dunia dengan selalu membela mereka yang sengsara dan menderita (dhuafa/proletar).
Pengajian virtual yang diselenggarakan Muhammadiyah Tobacco Control Network dan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah ini dimaksudkan sebagai bentuk tasyakuran atas diraihnya penghargaan WHO, sekaligus sebagai pengingat semua komponen masyarakat sipil untuk melanjutkan perjuangan ini.( S ERFAN NURALI )
Posting Komentar untuk "Sejak Tahun 2005 Muhammadiyah Lebih Serius Berjuang Untuk Pengendalian Tembakau Di Indonesia dan Asia Tenggara "