-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Ancaman Topan Hagibis,Mengancam Hujan Dan Angin Terburuk dalam 60 Tahun

    redaksi
    Sabtu, 12 Oktober 2019, Oktober 12, 2019 WIB Last Updated 2019-10-12T01:53:01Z

    Ads:

    Ilustrasi Topan Super Hagibis melanda Jepang.
    ist


    INDOMETRO.ID – Topan Hagibis sedang mendekati Jepang, mengancam menghantam ibu kotanya dengan hujan dan angin terburuk dalam 60 tahun. 

    Hal ini membuat seluruh warga Jepang bersiap melindungi diri.

    Mereka menghentikan segala aktivitas, pabrik dan sistem kereta bawah tanah dihentikan. Penyelenggaraan Piala Dunia rugby dan Grand Prix Formula Satu ditunda. Bahkan Tokyo Disneyland pun tutup. 

    Demikian dilansir dari The Guardian, Sabtu, 12 Oktober 2019.

    Topan Super Hagibis, yang berarti 'kecepatan' dalam bahasa Tagalog, Filipina, diprediksi akan tiba di di pulau utama Honshu pada siang hari nanti, sebulan setelah salah satu topan terkuat yang melanda Jepang dalam beberapa tahun terakhir menghancurkan 30.000 rumah dan menyebabkan listrik padam secara luas.
    Topan Hagibis juga disebut bisa menjadi badai terkuat yang melanda Tokyo sejak 1958. Badan Meteorologi Jepang juga memperingatkan warganya untuk bersiap menghadapi gelombang tinggi dan badai.

    "Topan itu dapat membawa rekor curah hujan dan angin," kata seorang pejabat Badan Meteorologi Jepang dalam konferensi pers.

    Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, memerintahkan menteri kabinetnya untuk melakukan yang terbaik untuk menjaga keselamatan rakyat.
    Para pejabat di prefektur Chiba, timur Tokyo, yang dilanda angin Topan Faxai sebulan yang lalu, telah mengatakan kepada warganya untuk menyiapkan pasokan makanan dan air untuk tiga hari.

    Hal ini membuat beberapa supermarket kehabisan air kemasan botol dan baterai. 

    Pengguna Twitter mengunggah foto-foto rak supermarket yang kosong dan bertukar tips tentang cara mempersiapkan gangguan air dan pemadaman listrik.

    Sementara itu, diketahui bahwa banyak dari 30.000 rumah yang hancur akibat Topan Faxai bulan lalu belum diperbaiki.
    Topan Hagibis juga membuat dua pertandingan Piala Dunia rugby pada hari Sabtu dibatalkan. 

    Sedangkan pertandingan hari Minggu besok, 13 Oktober 2019, antara tuan rumah, Jepang dan Skotlandia juga tampaknya akan dibatalkan.

    Penyelenggara Grand Prix Formula Satu Jepang juga membatalkan semua sesi latihan dan kualifikasi yang dijadwalkan pada hari ini. 

    Sementara babak kualifikasi akan diadakan pada hari Minggu, sebelum perlombaan terakhir, yang akan berlangsung sesuai rencana.

    ANA Holdings membatalkan semua penerbangan domestik menuju dan dari dua bandara utama Tokyo mulai Jumat sore kemarin. 

    Maskapai tersebut dan saingannya, Japan Airlines Co, juga membatalkan beberapa penerbangan menuju dan dari bandara yang melayani kota-kota besar Osaka dan Nagoya.

    Sebagian besar penerbangan yang beroperasi dari dan ke bandara itu akan dibatalkan pada hari Sabtu, kata kedua maskapai di situs resmi mereka.

    Operator kereta mengatakan mereka akan menangguhkan kereta peluru antara Tokyo dan Nagoya di Jepang tengah dan sebagian besar operasi antara Nagoya dan Osaka, di Jepang barat, mulai Sabtu pagi. 

    Sebagian besar jalur kereta api dan kereta bawah tanah di Tokyo juga akan ditutup.

    Tokyo Disneyland mengatakan akan menutup taman bermain mereka pada hari Sabtu. 

    Ini adalah pertama kalinya Tokyo Disneyland tutup karena cuaca sejak badai salju pada tahun 1984.

    Raksasa ritel Seven & I Holdings mengatakan akan menutup supermarket dan department store di Tokyo. Toyota Motor Corp juga mengumumkan penangguhan produksi di tiga pabrik.

    Gelombang badai kemungkinan besar terjadi di sepanjang pantai Pasifik Honshu pada hari Sabtu dan Minggu. Begitu juga hujan lebat diprediksi akan terjadi, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor.

    Sebagai informasi, Jepang terakhir dilanda topan super pada tahun 1958 silam. Saat itu Topan Ida, yang dikenal sebagai Topan Kanogawa dalam bahasa Jepang, menewaskan lebih dari 1.000 orang.

    berita ini bersumber dari viva

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini