-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Ricuh di DPRD Sumut, Pelajar Buat Ulah Melempar Batu

    redaksi
    Sabtu, 28 September 2019, September 28, 2019 WIB Last Updated 2019-09-28T06:31:35Z

    Ads:

    ist
    MEDAN, INDOMETRO.ID – Demonstrasi elemen mahasiswa di Kota Medan, tepatnya di depan Gedung DPRD Sumatera Utara, Jalan Imam Bonjol Medan yang semula tenang, tiba-tiba menjadi ricuh, Jumat (27/9) sore. 
    Hal ini dipicu ulah para pelajar yang melakukan provokasi dengan melempar batu dan petasan ke arah petugas yang berada di dalam gedung dewan.
    Awalnya, pendemo yang lebih dulu datang berasal dari rombongan pelajar SMA dari berbagai sekolah di Kota Medan. 
    Sebagian besar pelajar didominasi oleh pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan beberapa di antaranya ada yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). 
    Mereka bergerak menuju ke Gedung DPRD Sumut sekira pukul 14.00 WIB.
    Seratusan pelajar tersebut datang dari arah Jalan Kapten Maulana Lubis menuju ke arah gedung DPRD Sumut dengan berjalan kaki. Para pelajar tersebut sebagian besar mengenakan seragam Pramuka. 
    Tidak semua pelajar mengenakan seragam, di antaranya ada yang memakai jaket dan menggenakan helm.
    Para pelajar itu juga membawa poster-poster yang bertuliskan kecaman kepada pemerintah. Melihat kedatangan ratusan para pelajar tersebut, aparat polisi yang berjaga berusaha menghalau dengan mengimbau agar mereka kembali pulang. 
    Bahkan Kapolrestabes Medan, Kombes Dadang Hartanto ikut meminta para pelajar agar pulang ke rumah masing-masing. “Kamu tidak boleh ikut demo, belum cukup umur. Ayo pulang. Biarkan abang-abang mahasiswa saja yang berdemo,” imbau Kapolrestabes Medan.
    Tak sampai 10 menit para pelajar yang mayoritas berseragam pramuka tersebut langsung ditampung oleh polisi dan diangkut menggunakan truk milik Sabhara. 

    Dengan wajah lesu, mereka kemudian naik satu persatu ke dalam truk yang dikabarkan dibawa ke Mako Brimobdasu. “Ayo, naik kalian semua ke dalam truk. 
    Pelajar kok berdemo, pelajar itu tugasnya belajar,” ujar salah seorang personel polisi.
    Setengah jam berselang, rombongan pelajar lain dengan jumlah yang lebih banyak lagi, tiba dan berjalan menuju gedung DPRD Sumut. 
    Tak berapa lama kemudian, sambil membawa bendera merah putih pelajar lainnya yang berjumlah mencapai ratusan tiba setelah longmarch dari Lapangan Merdeka juga. “Hidup pelajar, hidup pelajar,” teriak mereka sembari berjalan.
    Selanjutnya, mereka menyindir pihak kepolisian dengan yel-yel. “Tugasmu mengayomi, tugasmu mengayomi, pak polisi, pak polisi, jangan ikut kompetisi,” ucapnya.
    Namun, ketika tiba pas di depan gedung wakil rakyat tersebut para pelajar bukannya menyampaikan aspirasi tapi mereka malah berkumpul sembari bernyanyi dan bersorak-sorai. 
    Melihat itu, personel Polwan langsung berupaya untuk berbaur dengan pelajar dan memberi nasihat agar pulang ke rumahnya masing-masing. Polisi meminta pelajar membubarkan diri. 
    Sebab, aksi para pelajar tersebut tidak resmi karena tak ada izin untuk unjuk rasa.
    Akan tetapi, para pelajar tetap bertahan dan tak mendengarkan imbauan yang disampaikan polisi. Bahkan, mereka sempat bersitegang dengan Polwan hingga terjadi aksi dorong-dorongan.
    Lantaran situasi mulai tak kondusif, personel polisi lainnya langsung bergerak dan menyuruh pelajar membubarkan diri. 

    Upaya polisi pun berhasil menggeser mereka mundur hingga ke persimpangan CIMB Niaga/RS Siloam.
    Pun begitu, para pelajar yang mundur mulai melemparkan batu dan benda tumpul ke arah polisi. Tak tinggal diam, polisi langsung mengejar para pelajar. Namun, ratusan pelajar itu terus menghujani batu. Tak pelak, polisi pun terpaksa mundur.
    Aksi pelemparan batu tersebut cukup lama berlangsung sekitar satu jam, meski telah diturunkan satu unit watercanon. 

    Para pelajar perlahan mundur hingga ke persimpangan Kantor Bank Sumut. 
    Di persimpangan itu, kerumunan pelajar terpecah tiga bagian karena kabur ketakutan diamankan. 

    Ada yang ke Jalan Palang Merah menuju Jalan Zainul Arifin, Jalan Sudirman dan Jalan Palang Merah/Jalan Listrik.
    Situasi pun kembali kondusif, para personel kembali ke titik lokasi utama pengamanan di depan gedung dewan. Namun, tak lama seribuan mahasiswa dari berbagai kampus tiba dan melakukan orasi. 
    Dengan menggunakan almamater masing-masing kampus, mereka menyuarakan aspirasinya yaitu menolak RKUHP, RUU KPK dan meminta rekan mereka yang ditangkap dilepaskan.
    “Hari ini kami aksi damai. 

    Jika ada yang membuat anarkis, berarti itu bukan bagian dari kami. Kami minta jika ada oknum provokator di antara kita, tangkap dan serahkan kepada pak polisi. 
    Kami hanya meminta kepada pak polisi supaya rekan-rekan kami segera dibebaskan, itu saja,” katanya sembari meneriakkan hidup mahasiswa, hidup pelajar, dan hidup rakyat Indonesia. 

    “Kami di sini dan melakukan aksi ini karena kami peduli dengan kondisi bangsa ini. 
    Kami sebagai kaum intelektual tidak mau melihat generasi penerus kami hidupnya semakin susah dari kami,” sambungnya.
    Suasana masih berjalan tertib. Orasi berhenti sejenak karena massa mahasiswa dan massa pelajar melakukan Salat Asar dan Salat Istigosoh berjamaah di jalan tersebut. 
    Kapolrestabes Dadang Hartanto, bahkan terlihat ikut salat berjamaah dengan aksi massa. Dia berada pada shaf pertama.
    Namun, usai salat yang tak sampai 10 menit, tiba-tiba aksi memanas. 

    Terjadi lempar-lemparan antara siswa dengan mahasiswa serta petugas kepolisian. Diduga aksi memanas dari pihak pelajar yang melempari botol air mineral, batu ke arah mahasiswa. 
    “Saya minta semua pelajar mundur dan kembali ke tempatnya masing-masing.
    Aksi ini tidak sesuai ketentuan (karena pelajar ikut ambil bagian),” imbau Kapolrestabes Medan Dadang Hartanto dari atas mobil komando memakai pengeras suara. 
    Pernyataan ini disampaikannya ketika melihat elemen massa mahasiswa bercampur dengan massa dari pelajar.
    Mendengar imbauan itu, elemen mahasiswa menyampaikan kepada massa pelajar agar memisahkan diri dari dalam barisan. “Percayakan sama kami abang-abang kalian. Biarkan kami yang berjuang dulu hari ini. 

    Adik-adik kami pelajar mohon keluar dulu. Kita pisahkan dulu barisan. 

    Bukan maksud kita mau memisahkan, tapi biarkan kami abang-abang kalian yang maju,” pinta koordinator aksi dari atas mobil komando.
    Kemudian, dari arah Jalan Kapten Maulana Lubis persisnya di depan Plaza Palladium, terjadi aksi lempar batu ke arah gedung DPRD Medan. Aksi lempar batu ini ternyata berasal dari pelajar. 

    Sementara para mahasiswa yang berada di depan gedung DPRD Sumut berupaya untuk meredam para pelajar agar tidak melakukan pelemparan. “Itu pelajar STM,” kata sejumlah mahasiswa di lokasi.
    Melihat aksi pelemparan semakin tak terkendali, aparat kepolisian akhirnya mengerahkan mobil water canon dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Massa pun berhamburan. Ada yang lari ke arah Jalan Kejaksaan.
    Namun massa pelajar kembali datang untuk melakukan aksi pelemparan. Bahkan massa pelajar meledakkan petasan ke arah gedung DPRD Medan secara berulang. Polisi pun kembali menyiramkan air dari mobil water canon. 

    Gas air mata juga ditembakkan. Asap tebal yang berasal dari gas air mata selimuti Jalan Imam Bonjol Medan. “Mahasiswa mundur, mundur. 

    Kasih jarak, kasih jarak,” ucap polisi yang mencoba mengamankan ratusan pelajar.
    Sementara, para pelajar berada di Jalan Raden Saleh berhamburan, melempari petugas. Dengan pakaian lengkap, petugas mencoba menembus kabut asap yang menutupi Jalan Imam Bonjol depan kantor DPRD Sumut. 

    Massa mahasiswa pun perlahan mundur dari lokasi aksi pertama. “Pak tolong jangan pakai kekerasan. Mereka adek-adek kita. Pak tolong, pak,” ucap mahasiswa yang memohon kepada petugas.
    Gas air mata tersebut sempat juga membuat kocar kacir ratusan anggota pasukan polisi yang berjaga di sekitar pintu gerbang utama DPRD Sumut akibat tiupan angin yang mengarahkan gerakan gas air mata ke arah mereka. Tidak semuanya berhembus ke arah massa yang hendak dibubarkan.
    “Tembakan gas air mata terhambat pohon jadi jatuhnya tidak jauh dari pasukan, makanya jadi ikut terhirup dan membuat mata pedih,” ujar salah seorang perwira menengah yang berusaha berlindung di dalam gedung utama guna menghindari serangan gas air mata.
    Di antaranya yang ikut kucar-kacir menyelamatkan diri dari “gempuran” gas air mata adalah Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Kombes Tatan Dirsan. Walau sudah mengoleskan odol di sekitar matanya, terlihat dia kesulitan melihat dan bernafas.
    Beruntung bagi Direktur Direktorat Reserse Narkoba, Kombes Henry Marpaung. Posisinya yang berdekatan dengan gedung utama membuatnya terhindar dari petaka gas air mata.
    Pantauan di lokasi, kurang lebih sepuluh orang polisi yang meringis kesakitan karena mata dan pernafasannya terserang gas air mata. Ada di antaranya yang muntah. Yang terjatuh saat berusaha menyelamatkan diri, dipapah.
    Para polisi wanita berusaha membantu pasukan Sabhara yang kesusahan akibat gas air mata. Kepada mereka disiramkan air dan dikipas-kipas guna meredakan rasa sakit dan perih.
    Sampai pukul 17.40 WIB polisi berusaha menghalau massa pelajar. Tembakan-tembakan gas air mata juga terus dimuntahkan. 

    Amatan Sumut Pos, upaya aparat kepolisian tersebut berhasil mengamankan aksi para pelajar. 

    Menurut keterangan Hendrik Marpaung, Direktur Reserse Narkoba Poldasu, sebanyak 113 pelajar pihaknya amankan dalam aksi gabungan itu.
    Sedangkan Kasat Sabhara Polrestabes Medan AKBP Sonny W Siregar mengatakan, pihaknya mengamankan 6 pelajar yang diduga membawa bom molotov. 

    Mereka diamankan di Lapangan Merdeka Medan sewaktu dilakukan pemeriksaan oleh personel. 

    “Jadi, mereka membawa tas lalu kita periksa dan tidak ditemukan. Karena curiga, diperiksa sepeda motor mereka dan ditemukan tiga botol bom molotov,” bebernya.
    Diutarakan Sonny, 6 pelajar tersebut dibawa ke Mako Brimobdasu. Selain itu, ada juga pelajar lainnya diamankan dan diberikan pembinaan.
    Sekitar pukul 18.15 WIB, kondisi lantas mulai mereda. Negosiasi antara Kabid Propam Poldasu bersama Direktorat Pamovit Poldasu dengan perwakilan massa mahasiswa, menjawab tuntutan mereka, berhasil memuaskan massa. 

    Adapun kesimpulan dari dialog tersebut, polisi menggaransi akan melepaskan rekan-rekan massa mahasiswa dalam waktu dekat.
    Sementara bagi pelajar yang sebelumnya diamankan, akhirnya dilepaskan polisi setelah dijemput langsung orangtuanya. 
    Adapun kondisi gedung DPRD Sumut akibat pelemparan batu dan benda keras lainnya, kembali berpecahan. Terutama pada koridor I dari gedung tersebut.
    Berita ini telah di terbitkan dan bersumber dari SUMUTPOS

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini