-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    WADUH...Para Napi Bakar Lapas Narkotika Kelas 3 Langkat, 200-an Kabur

    redaksi
    Jumat, 17 Mei 2019, Mei 17, 2019 WIB Last Updated 2019-05-17T02:43:48Z

    Ads:

    Seorang warga berjalan di samping tiga unit mobil yang hangus dibakar narapidana saat terjadi kerusuhan di Lapas Narkotika Hinai, Langkat, Kamis (16/5) siang.
    LANGKAT,INDOMETRO.ID – Emosi para narapidana di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Narkoba di Jalan Simpang Ladang Estate, Desa Cempa, Kecamatan Hinai, Langkat, Sumut, mencapai puncaknya. 

    Mereka mengamuk dan mengejar petugas sipir yang melakukan penganiayaan terhadap seorang napi yang kedapatan memiliki narkoba. Akibatnya, sejumlah fasilitas di lapas dirusak dan dibakar. Bahkan, sekitar 200-an napi kabur.
    INFORMASI dihimpun Sumut Pos, peristiwa ini terjadi sejak pukul 13.45 WIB. Saat itu pintu pengunjung yang berada di tengah sedang buka tutup untuk menerima pengunjung. Beberapa pengunjung juga sudah masuk untuk menjenguk sanak saudara mereka di lapas tersebut. Demikian juga dengan logistik makanan yang hendak keluar, melalui pintu yang berada di sebelah kanan lapas.
    Ketika para pengunjung masuk ke lapas, saat itu juga petugas lapas diketahui berinisial AT, mendapati seorang napi memiliki narkoba. Sipir tersebut langsung mengamankan napi yang biasa disapa Ajo itu, tidak hanya diamankan, ternyata sipir dan rekan-rekannya menganiaya Ajo.
    Kabar penganiayaan itu langsung menyebar ke seluruh penghuni Lapas. Tak senang rekan mereka dianiaya, puluhan napi lantas mengejar sipir yang melakukan penganiayaan. Emosi mereka memuncak. Sebab selama ini mereka kerap mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dan penganiayaan dari para sipir. Seperti makan tidak sesuai indeks yang ada, remisi yang sudah dijanjikan tidak diberikan kepada tahanan, serta perlakuan semena-mena pihak Lapas dan pengutipan liar (pungli) yang sering dilakukan.
    Para napi mengamuk dengan merusak sejumlah fasilitas di dalam lapas. Sepeda motor yang terparkir di dalam lapas dibakar.
    Tidak sampai di situ, mereka juga mendobrak dan membuka pintu samping yang biasa digunakan untuk mengantar logistik. Begitu pintu terbuka, ratusan napi langsung keluar dan melarikan diri.
    Sementara ribuan napi lain masih bertahan di luar lapas. Merek melakukan sweeping guna mencari sipir yang menganiaya rekan mereka tadi.
    Akhirnya, seorang sipir bernama Agripa yang diduga ikut melakukan penganiayaan, mereka amankan. Dengan emosi, mereka menganiaya sipir tersebut hingga kepalanya berdarah dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit terdekat.
    Sekitar pukul 14.30 WIB, petugas dari Kepolisian turun ke lokasi guna melakukan pengamanan. Melihat kehadiran aparat kepolisian, para napi malah melakukan pelemparan. Demikian juga dengan mobil pemadam kebakaran yang hendak masuk untuk memadamkan api, mereka lempari dengan batu. Mereka terus melakukan perlawanan dan menghalangi petugas yang hendak memadamkan api.
    Melihat amuk para napi yang belum bisa teratasi, sekira pukul 16.20 WIB, Dandim 0203/Langkat dan Kapolres Langkat berdiskusi untuk mencari solusi. Akhirnya diturunkan 1 SST Yonif 8 Marinir ke lapas tersebut untuk menenangkan narapidana. Tidak hanya itu, 1 SST Brimobdasu juga diturunkan untuk membantu Yonif 8 Marinir.
    Namun kehadiran personel Brimob ini malah mendapat penolakan dari para napi.
    Mendapat penolakan itu, personel Brimob pun diperintahkan mundur untuk menghindari konflik lebih parah. Personel marinir pun kemudian melakukan pendekatan ke napi guna mencari solusi. Akhirnya, para napi berhasil ditenangkan dan bersedia masuk ke dalam lapas dengan sejumlah tuntutan yang mereka ajukan.
    Berdasarkan negosiasi yang dilakukan, para napi mengajukan 27 poin tuntutan. Di antara terkait perlakuan petugas terhadap napi yang tidak manusiawi, fasilitas kesehatan minim dan berbayar, Justice Colaboration Regulasi, pengurusan remisi sesuai aturan, fasilitas dipungut biaya dan minim, kunjungan keluarga dibatasi, jangan ada lagi jual beli makanan, ada perpindahan ruangan tanpa alasan, pungli administrasi, ibadah dibatasi, pengurusan pembebasan bersyarat sudah bayar tapi tidak dibebaskan, dan keluhan terkait lapas yanh over kapasitas.
    Dalam tuntutannya yang dituangkan dalam beberapa secarik kertas, napi minta Kalapas (B Sitepu) dicopot, pergantian Kepala Trantib karena suka aniaya napi wanita, waktu tutup kereng ditambah, remisi jangan diundur, pengurusan PB administrasi minta jangan dipersulit, register F tidak ada, harga kantin diturunkan, dan minta Karupam jangan non-muslim semua.
    Dari tuntutan itu juga diketahui, Kalapas diduga berbisnis pulsa, dan ada dugaan istri Kalapas ikut campur urusan di dalam Lapas. Istri Kalapas diduga berbisnis jualan makanan dan minuman di dalam lapas, dan tanpa wewenang ikut-ikutan melakukan razia hingga menelanjang narapidana.
    Menanggapi puluhan tuntutan ini, Kepala Divisi Administrasi Kanwil Kemenkumham Sumut, Indah Rahayu Ningsih diwawancarai belum bisa memberikan data pasti dan keterangan lebih rinci. Pihanya masih melakukan pendataan dan mengumpulkan informasi terkait tuntutan para napi. Sejauh ini, pihaknya mendapat informasi terkait tuntutan fasilitas air dan makanan yang tidak layak sehingga napi protes.
    “Yang jelas kita harus memberikan fasilitas dan melayani dengan baik. Fasilitasnya air harus lancar dan makanan harus diperhatikan. Nanti kita cari solusinya, kita mau cek dulu kebenarannya. Soal narkotika dan dugaan pemukukan masih akan kita cek dan cek Kebenaran,” pungkansya.
    Kalapas Klas III Narkotika Langkat B Sitepu hingga kini belum bisa dikonfirmasi. Info dari oknum pegawai lapas bahwa atasan itu sedang berda di luar negeri, Yerusalem. “Kalapas gak ada banh. Bapak pergi ke Yerusalem. Itu rumahnya sudah dibakar sama napi tadi. Kalau target napi tadi marah karena mau menarget Kabid Trantib dan pegawai yang mukuli itu,” ujarnya.
    Terpisah, Kepala Trantib Lapas, Sunardi memperkirakan, napi yang melarikan diri sekitar 200 orang lebih. “Ditaksir yang lari itu ada 200 orang lebih. Kita tidak bisa dekat, di luar Lapas banyak orang (napi) itu,” katanya.
    Menurut Sunardi, mereka tidak bisa memadamkan kobaran api di lapas. Mereka hanya bisa memantau dari kejauhan, sembari menunggu bantuan Kepolisian datang.
    Napi: Sipir Arogan
    Seorang napi yang mengaku bernama Farid Maulana mengakui kalau kerusuhan tersebut disebabkan sikap arogan petugas sipir yang memukuli seorang napi. “Tadi gara-gara dipukuli warga kami. Capeklah, sampai peyot-peyotlah dipukuli,” kata napi yang mengaku tak mau kabur karena masih ingat keluarga.
    Menurutnya, mereka hanya meminta untuk dibina di dalam lapas, bukan dianiaya dan disiksa. “Kami penghuni Lapas ini butuh pembinaan supaya kami bertobat. Dan ketika kembali ke masyarakat nantinya bisa berubah. Bukan dianiaya dan dibinasakan,” ungkapnya.
    Dia juga mengungkapkan, penolakan mereka terhadap personel Kepolisian ketika hendak melakukan pengamanan, dikarenakan ketidaksukaan mereka terhadap institusi Tribrata itu. “Tak suka kami sama polisi. Orang itu yang menangkap kami.Diberinya sabu, dijualnya sabu sama kami, tapi ditangkap juga,” ungkap Farid.
    Napi lainnya juga mengakui kalau kerusuhan itu terjadi karena rasa empati mereka terhadap sesama napi yang mendapat perlakuan kasar petugas sipir. Apalagi, napi yang dipukuli itu sampai tak berdaya.
    “Kawan kami pula dipukuli orang itu sampai keluar kotoran di celananya. Bagaimana kami tak marah? Sudah itu, makanan suka-suka orang lapas saja bagikannya. Polisi kalau bisa tak usah ada di sini. Kami benci polisi. Polisi yang mengedarkan sabu di negara ini. Di lapas orang itu juga, orang itu yang nangkap kami,” ujar pria bertatto di lengannya itu.
    Menurutnya, alasan petugas menghajar Ajo lantaran menggunakan narkoba di dalam Lapas. “Ajo dianiaya dengan ditendang, dipijak-pijak. Cekikan dan pukulan dari oknum petugas lapas berinisial AT tepatnya di depan Blok T5,” ungkapnya lagi.
    Napi yang emosi tak terima dan menuntut balas. Beberapa orang pegawai Lapas juga sempat tertahan di salah satu ruangan, sebelum diselamatkan napi lainnya.
    Oknum pegawai lapas membeberkan, ribuan napi marah mengincar pegawai AT dan Kepala Trantib Lapas, Sunardi. Hingga saat ini dua oknum Lapas ini belum bisa ditemui dan menghilang. “Orang itu tadi ngincar pegawai yang mukuli itu. Tapi sampai sekarang nggak tahu kami di mana dia sekarang. Mereka mau cari Kepala Trantibnya. Makanya tadi rumah Kalapas (B Sitepu) dibakar orang itu, tiga mobil dibakar. Kalapas posisinya di Yerusalem kalau nggak salah,”ungkap pegawai lapas yang minta nama tidak dipublikasikan.
    Diketahui Lapas menampung 1.635 napi dengan luas area 8 Hektare, mencakup Lapas Klas III Narkotika dan Lapas Pemuda yang berdampingan gedung.
    Penjagaan Diperketat
    Pantauan Sumut Pos hingga tadi malam, kondisi di Lapas Narkotika Kelas III Hinai, sudah kondusif. Namun beberapa aparat kepolisian dan TNI masih terlihat berjaga disekitaran lokasi. Kondisi ini dilakukan guna mengantisipasi tahanan kembali melarikan diri.
    “Tak tahu sampai kapan kami bertahan di sini. Sebab, kami mendapatkan perintah untuk terus bertahan dan berjaga-jaga,” kata seorang personel TNI yang menenteng senjata laras panjang.
    Penjagaan diperketat dikarenakan beberapa pintu lapas terlihat rusak. Beberapa pekerja pun mulai melakukan perbaikan dengan melakukan pengelasan. Terlihat situasi lapas gelap gulita, hal ini dikarenakan listrik dilapas mengalami kerusakan.
    Sebelumnya, Kapolda menyatakan, pihaknya tetap mengerahkan pasukan berjaga terus. Selain itu Kapolda akan berkoordinasi dengan Dirjen Kemenkumham untuk melakukan perbaikan sistem dan infrastruktur lapas yang rusak akibat dibakar dan dihancurkan ribuan napi.
    “Kapasitas napi di dalam ada 1.635, saat ini sedang dihitung berapa yang kabur dan berapa yang ada di dalam. Sementara sudah 92 orang yang kabur diamankan kembali,” jelasnya.
    Terkait motif, Kapolda mengatakan, kerusuhan dipicu rasa empati sesama napi di dalam lapas yang mendapat tindakan kekerasan dari petugas lapas. Di mana seorang napi diduga dianiaya setelah kedapatan membawa sabusabu.
    “Informasi yang kami perolah karena ada napi yang kedapatan membawa sabu-sabu. Kemudian mendapat perlakuan kekerasan dari petugas lapas. Sehingga menimbulkan empati dari teman-teman sesama napi sampai terjadi begini,” ungkap Kapolda Sumut.
    Kepala Divisi Administrasi Kanwil Kemenkumham Sumut, Indah Rahayu Ningsih diwawancarai terkait jumlah napi yang kabur belum bisa memberikan data pasti. Pihaknya masih melakukan pendataan dan mengumpulkan informasi terkait tuntutan para napi.
    Sejauh ini, pihaknya mendapat informasi terkait tuntutan fasilitas air dan makanan yang tidak layak sehingga napi protes. “Yang jelas kita harus memberikan fasilitas dan melayani dengan baik. 
    Fasilitasnya air harus lancar dan makanan harus diperhatikan. Nanti kita cari solusinya, kita mau cek dulu kebenarannya. Soal narkotika dan dugaan pemukukan masih akan kita cek dan cek kebenarannya,” pungkasnya. (sp)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini