-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Mimpi Manis di Jembatan Cambir

    redaksi
    Kamis, 09 Mei 2019, Mei 09, 2019 WIB Last Updated 2019-05-09T07:12:12Z

    Ads:

    Jembatan Cambir Salah satu ivent daerah yang berpusat di muara Wae Bobo,Pantai Borong Cepi Watu
    FLORES NTT, INDOMETRO.ID - Entah apa yang merasuki alam bawah sadar saya  ketika berada di pendar Jembatan Cambir, di Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. 

    Saya tidak mampu menemukannya, sebab pahatan jingga di langit, ditingkah semilir membuat angan liar terus berkelana ke mana-mana. Tak ada simpul yang membuat saya harus berhenti sejenak. Ia terus melompat mencakar akal kesadaran.

    Saya  terus membiarkannya dalam teduh yang bening, menusuk bilik hati, melingkar kesadaran dan keadaban. Lalu kembali pulang pada sudut-sudut bathin,  Pelan menggemahkan. Ada gelora yang lentik, menukilkan  kerindiun, ada rintihan yang berkecambah, dahaga mendamba agar ‘patena’ yang ada itu dapat mendulang rupiah.

    Rinduku memahat, mengiang impian yang diracik bersama meski hanya potongan-potongan cerita yang terlepas,  tutur  yang berujung dalam diam semuanya memutar layar ingatan. Terbetik harap, terungkap cita, “seandainya tempat ini   secepatanya dipoles dalam olah rasa yang hangat dan dalam, akan bermakna bagi sesama!


    Setengah menengada  jingganya langit balutan awan putih  tipis-tipis di ujung pandangan mata, seolah-olah membekas hasrat  yang masih angan-angan itu. Sedang gerombolan pipit terbang datar, meliuk 
    Bulir-bulir padi menguning menyapa hangatnya rasa, riak-riak air
    mengalir tak putus. “Ah.. Cambir… padamu  tersimpan mutiara berbalut rupiah yang masih  terselubung”.




    Jembatan yang menghabiskan dana miliaran rupiah itu tidak hanya menjadi lintasan yang aman, tetapi serentak menabur harapan yang dalam. Saat letih menderah dan senja mulai merangkak malam, kita bisa berhening sambil menatap beningnya aliran air. Disana tergurat kekuatan, melumat dalam sukma yang dalam.

    Berada di tempat ini saya jadi ingat   sosok-sosok  penggagasnya, Drs. Yoseph Tote, M.Si-Agas Andreas, SH.MHum, Ir. Kasmir Gon, MT dan Ir.  Yos Marto.  Sosok- sosok inilah yang cakap menerawang harapan warganya. 


    Dalam peran masing-masing mereka  mengelobarasi lebih luas nan menukik agar lintasan yang menghubungkan Cambir, Sola, Podol, Gurung, Pau hingga Melar dan Me’rah menjadi pendek dan dekat. 

    Lintasan ini pula menjadi alternatif  bagi warga  dari wilayah ini yang hendak bepergian ke Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur, atau ke Lehong pusat pelayanan adminisitrasi.

    Borong sebagai pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat, sejauh ini sudah menunjukkan geliat  yang bagus dan menjanjikan.  Dinamikanya bertindih tepat dengan fasilitas yang tersedia  di pasar Borong. 


    Tempat    perjumpaan  penjual dan pembeli  di lokasi tersebut sudah teratak apik. Dengan itu pertukaran kepentingan dan aliran kebutuhan antar warga  berjalan normal. Tidak ada tumpang tindih, meski disiplin warga pengguna  pasar perlu ditingkatkan.

    Sementara Lehong sebagai  sentral pelayanan adminisitrasi perkantoran tak diragukan lagi. Semuanya sudah  berjalan  baik, kecuali beberapa unit pelayanan  yang bergantung pada signal satelit dan  penerangan PLN. 


    Gangguan signal satelit yang hilang muncul dan penerangan listrik PLN yang timbul tenggelam  mengakibatkan pelayanan di Lehong sering terganggu. Karena itu perlu pembenahan yang seius agar  semuanya lancar. 

    Yang diharapkan, semoga dengan program Indonesia terang yang dicanangkan Presiden Joko Widodo benar-benar terwujud sehingga pelayanan yang membutuhkan aliran listrik bisa berjalan semestinya.

    Selain jadi pusat pelayanan administrasi,   Lehong juga  berpotensi menjadi tempat pertumbuhan  pemukiman baru. Sebab lahan seputar kompleks perkantoran itu masih sangat luas. Mayoritas lahan itu masih ‘tidur lelap’. 


    Yang dibutuhkan adalah pembenahan  serius terhadap rencana tata ruang kota sesui  karakter budaya dan ekologis-selarasalam. Hanya dengan itu, kelak bangunan rumah penduduk tidak mampet.Tidak berpotensi jadi daerah kumuh.

    Jembatan Cambir  menjadi salah satu lintasan alternatif  bagi warga yang  mau berurusan  dengan dua tempat  pusat pelayanan masyarakat tersebut. Usia jembatan itu baru seumur jagung. Seperti jembatan pada umumnya bangunan itu kokoh. 


    Yang membedakan dengan jembatan-jembatan lain di Manggarai Timur adalah  bantalan jalannya yang  panjang  dari dua sisi jalan masuk  badan jembatan itu.  Aliran air pun deras
    sehingga  cocok untuk arum jeram. Di situlah keunikan jembatan itu.

    Semula, rencana pembangunan jembatan itu ditengarai soal. Banyak nada-nada sinis berbalut heran. Ada kesan seolah-oleh pemborosan uang daerah. Menghambur-hamburkan uang negera, karena belum saatnya jembatan itu dibangun. 


    Sebab terlalu banyak jembatan yang dibangun di sungai itu.  Tercatat mulai dari bibir pantai Borong-Cepi Watu hingga Kembur sudah enam unit jembatan. Belum lagi ke wilayah hilirnya.

    Argumentasi penolakan rencana pembangunan jembatan tersebut sangat
    rasional. Sebab fakta menunjukkan masih banyak lintasan jalan yang
    belum ditingkatkan dengan aspal.  


    Masih banyak  pemukiman penduduk yang terisolasi akibat jalan aspal belum ada Menyadari fakta itu, maka beberapa warga menggugat kebijakan itu. “Mengapa harus bangun jembatan  itu lagi? Bukankah ada lintasan lain yang bisa ditapaki yang  menghubungkan wilayah Borong dan Lehong? Itulah litani argumentasi yang disodorkan guna  ‘membatah’ rencana  pembangunan jembatan itu.

    Namun kini ketika semuanya sudah bangun, ketika kita berada di atasbantal jembatan itu, termaktub kesan, betapa hebatnya Drs. Yoseph Tote, M.Si, Agas Andreas, Kasmir Gon dan Yoseph Marto  yang telah mendesai semuanya sehingga  alur transportasi masyarakat berjalan lancar. Betapa indah dan mengagumkan ketika menghela napas di atas jembatan itu. Semuanya indah. Alam bawah sadar kita akan mengetuk-ngetuk akhlak dan keadaban kita.

    Lebih jauh dari itu, ternyata sang penggagas, Drs. Yoseph Tote-Agas Andreas, SH.MHum  memiliki target jangka panjang untuk masa depan Manggarai Timur. Sebab aliran sungai pada jembatan tersebut sangatderas. Dapat dijadikan aset daerah yang mendatangkan uang.


    Karena itu tahap demi tahap dipersiapkan dengan memperhitungkan kemampuan keuangan daerah, potensi dan obsesi masa depan Manggarai Timur. 
    Dalam kesadaran itulah, Cambir dengan segala tohokkan dan mimpi manis masa
    depannya jembatan tersebut dibangun.

    Kepala Dinas Pekerjuaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ir. Yos Marto, dalam salah satu kesempatan diskusi  menjelaskan, aliran sungai Wae Bhobho   dari Jembatan Cambir hingga bibir pantai Borong-Cepi Watu ada dalam satu klaster perencanaan  terpadu dan berkesinambungan terkaitpemberdayaan wisata Borong-Cepi Watu. 


    Karakter masing-masing potensi tersebut adalah kekayaan yang perlu diramu dalam satu-kesatuan yang utuh dan menguntungkan. Semangatnya selalu selaras alam dan budaya
    lokal Manggarai Timur.

    “Liukan sungai  Wae Bobho yang membentang dari jembatan Cambir  hingga muara bibir pantai Borong-Cepi Watu, pusat destinasi wisata kuliner menjanjikan asa mendalam. Tinggal bagaimana kita meng-update-nya agar bernilai rupiah. Pada ruas mana potensi   diletakkan,” katanya.

    Yos Marto merincikan, langkah pertama yang dibuat daerah adalah membereskan bibir pantai Borong, Cepi  Watu.  Tanggul-tanggul pada bibir pantai di sungai  Wae Bobho dibangun ajar tidak terkikis banjir dan ambrasi. 


    Pada bentangan tanggul-tanggul sepanjang bibir pantai menjadi pusat kuliner,  langkah kedua adalah  normalisasi sungai Wae Bobho dengan membangun turap pengaman pada dinding-dinding sungai. Tujuanya  mengurangi luapan air ke tempat pemukiman warga dan melokalisir aliran sungai. 

    Bila aliran sungai sudah normal, maka langkah berikutnya  adalah memberdayakan aliran sungai itu dengan olahraga uji nyali  arung  jeram. Pesertanya  bisa macam-macam atau
    komunitas tertentu yang memiliki minat  pada  alam dan sungai.

    “Kalau  normalisasi sungai sudah ok, aliran  airnya  sudah terlokalisir, maka kita rangsang publik dengan arung jeram. Olahrga ini menantang dan uji nyali memang, tetapi  kita buat sebagai rangsangan publik. 


    Kita ciptakan momentnya hanya saja perlu dukungan terutama  di bibir pantai Aneka masakan dan minuman, sugguhan pementasan budaya pun sudah siap dengan cara itu tidak bakalan jenuh. Bahkan memicu animo masyarakat dan wisatawan  semakin baik, ”katanya penuh optimis.

    Menurutnya,  desain-desain yang telah ada dapat dipastikan bahwa sungai Wae Bobho, Pantai Cepi Watu-Borong, hutan magrow dan kuliber di Pantai Borong menjadi satu-kesatuan yang telah dipersiapkan  secara matang. Tinggal bagaimana pembenahannya agar potensi yang ada tersebut mendatangkan keuangan bagi daerah.

    Apa yang sudah dimulai di beberapa titik wisata itu  semata-mata demi mem-booming-kan lokasi pariwisata  muara Wae Bhobho, Pantai Borong-Cepi Watu,  karena itu selama ini beberapa event penting selalu berpusat di tempat itu. Harapannya dengan semakin gebyarnya pantai itu optimalisasi pemberdayaannya berjalan serentak dan berkesinambungan.


    “Memang ini butuh waktu. Butuh kontribusi dan tanggung jawab moral bersama, Saya sangat yakin potensi yang kita miliki ini sangat kaya dan mahal. Saya sudah pulang dari beberapa daerah pariwisata, potensinya tidak jauh berbeda dengan yang kita miliki. 

    Bahkan potensi kita sangat unggul.  Jauh lebih menjanjikan. Lebihnya di daerah lain karena  sudah memberdyakanya. Kita belum terlambat. Kita optimis semua
    akan beres pada waktunya. Kita berharap  keberpihakan dari kita
    semua,” pintanya.

    Gubernur NTT, Viktor B Laiskodat, dalam salah satu kunjungan ke Manggarai Timur belum lama ini menandaskan bahwa pariwisata merupakan industri tanpa asap, dengan  incam dari industri tersebut sangat menjanjikan. 


    Karena itu pemerintah kabupaten, pelaku usaha dan pemerhati budaya agar bergerak beriringan dalam mendongrak potensi pariwisata di setiap daerah.

    Dan ketika mengunjungi Pantai Borong-Cepi Watu di muara  Wae Bobho pada kesempatan itu, Gubernur Laiskodat menyatakan kekagumannya, bahwa potensi di wilayah itu sangat eksotik, memiliki wajah cerah dan nilai jual yang tinggi. 



    Yang perlu dibenahi adalah sarana dan prasarananya, jika semua perlengkapan  sudah tersedia dengan baik niscaya tempat itu jadi rebutan, digandrungi dan dikunjungi banyak wisatawan.

    “Pemerintah daerah tidak main-main dengan urusan pariwisata, Pemerintah bertekat di setiap titik destinasi wisata harus punya merk dan kekhasan sehingga memicu animo wisatawan. Saya harap di Manggarai Timur mulai pikirkan dan lakukan yang terbaik sehingga memiliki nilai jual,” pinta Gubernur Laiskodat. (Kanisius Lina Bana)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini