-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Didakwa Terima Suap dari Mantan Gubsu, Helmiati Dituntut 4 Tahun

    redaksi
    Selasa, 14 Mei 2019, Mei 14, 2019 WIB Last Updated 2019-05-14T02:26:28Z

    Ads:

    Anggota DPRD Sumut Helmiati duduk di kursi roda saat menjalani sidang tuntutan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (13/5/2019).
    JAKARTA,INDOMETRO.ID Mantan anggota DPRD Sumut Helmiati dituntut empat tahun penjara oleh jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

    Helmiati juga dituntut membayar denda Rp200 juta subsider tiga bulan kurungan.
    “Kami menuntut supaya majelis hakim menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan korupsi secara bersama-sama,” ujar jaksa Trimulyono Hendradi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (13/5).
    Dalam pertimbangan, jaksa menilai Helmiati tidak mendukung pemerintah dalam program pemberantasan korupsi. Namun, jaksa mempertimbangkan Helmiati yang sedang dalam tahap pemulihan akibat terserang stroke.
    Helmiati juga dinilai bersikap kooperatif dengan mengakui dan menyesali perbuatan. Selain itu, Helmiati juga sudah menyerahkan uang suap yang diterima kepada KPK sebesar Rp474,5 juta. Selain pidana penjara, jaksa juga menuntut agar Helmiati membayar uang pengganti sebesar Rp20,5 juta. Jumlah itu sisa uang yang belum diserahkan Helmiati kepada KPK.
    Dalam kasus ini, Helmiati dinilai terbukti menerima uang Rp495 juta. Menurut jaksa, uang tersebut diduga diberikan agar Helmiati dan anggota DPRD lainnya memberikan pengesahan terhadap Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan (LPJP) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumut Tahun Anggaran 2012, dan pengesahan APBD Perubahan TA 2013.
    Kemudian, agar memberikan persetujuan pengesahan APBD TA 2014 dan APBD Perubahan TA 2014. Selain itu, persetujuan pengesahan APBD TA 2015. Selain itu, agar anggota DPRD Sumut menyetujui LPJP APBD Tahun Anggaran 2014 dan menolak menggunakan hak interpelasi pada 2015. (sp)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini