-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Pakar: Penerbangan Berbiaya Murah Tak Berhubungan Standar Keselamatan

    redaksi
    Selasa, 06 November 2018, November 06, 2018 WIB Last Updated 2018-11-06T02:04:44Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    image_title
    Ketua Ombudsman RI, Amzulian Rifai (kiri) dan Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie (kanan)
    INDOMETRO.ID  Pemerhati atau pakar dunia penerbangan, Alvin Lie, mengoreksi pendapat sebagian kalangan yang menganggap pola bisnis penerbangan berbiaya murah atau low-cost carriersebagai biang sejumlah kecelakaan pesawat, seperti halnya pada pesawat nahas Lion Air JT-610.

    Pada dasarnya, kata Alvin, penerbangan berbiaya murah tak berhubungan langsung dengan standar keselamatan. Biaya murah hanyalah strategi efisiensi atau penghematan dengan memangkas sejumlah komponen biaya, tetapi standar keselamatan tidak dikurangi.
    Mantan anggota DPR itu mencontohkan konsekuensi biaya murah, di antaranya kenyamanan di dalam pesawat: jarak antarkursi yang lebih rapat dibanding pada penerbangan berbiaya mahal; minim atau bahkan tak ada makanan dan minuman, fasilitas check in atau ruang tunggu, dan lain-lain.
    “Standar keselamatannya sama; low-cost carrier itu hanya untuk efisiensi,” kata Alvin dalam perbincangan dengan tvOne dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi pada Selasa, 6 November 2018.
    Dia tak memungkiri fakta bahwa Lion Air memang lebih sering delay atau menunda penerbangan dibanding maskapai lain di Indonesia. Namun, katanya, itu tetap tak berhubungan dengan standar keselamatan penerbangan.
    BACA JUGA:

    PAN Sudah Putuskan Pengganti Taufik Kurniawan

    Alvin menjelaskan, fenomena delay biasanya terjadi karena kepadatan lalu lintas penerbangan atau jarak antar-penerbangan yang rapat. Di antara beberapa dampaknya ialah satu penerbangan pesawat bisa tertunda sekian lama untuk menurunkan penumpang di satu bandara karena tak tepat waktu mendarat, sementara pesawat itu mesti segera terbang lagi untuk rute berikutnya.
    Satu keterlambatan saja untuk menurunkan penumpang di sebuah bandara, dia mengingatkan, sudah cukup untuk membuat pesawat itu terlambat di bandara-bandara berikutnya. Pada saat yang sama, demi efisiensi itu, maskapai dituntut mampu menjalankan banyak penerbangan untuk meningkatkan keuntungan bisnis.(vv)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini