-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Harga Premium Naik Atau Tidak, Risikonya Sama-sama Besar buat Jokowi

    redaksi
    Kamis, 11 Oktober 2018, Oktober 11, 2018 WIB Last Updated 2018-10-11T07:41:20Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    Premium kosong di SPBU Pertamina
    Premium kosong di SPBU Pertamina
    INDOMETRO.ID - Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membatalkan kenaikan harga BBM jenis Premium pada Rabu (10/10) menimbulkan kebingungan. Inkonsistensi kebijakan harga BBM pun mendapat sorotan dari sejumlah pihak.



    Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sutrisno Iwantono, berpendapat bahwa sebenarnya harga Premium naik atau tidak sama-sama berisiko besar. Karena itu, pemerintah dalam posisi serba salah.
    Kalau harga Premium naik, pasti memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Kenaikan harga Premium akan diikuti peningkatan biaya produksi dan harga barang-barang kebutuhan pokok.


    Apalagi di tahun politik, kenaikan harga Premium dikhawatirkan mempengaruhi elektabilitas Jokowi.
    "Kenaikan harga BBM tentu memberatkan dunia usaha dan ekonomi secara keseluruhan. Biaya produksi barang-barang naik, beban rakyat berat," kata Iwantono kepada salah satu media online, Kamis (11/10).

    BACA JUGA:

    Namun tidak menaikkan harga Premium juga bukan kebijakan yang baik. Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) bakal makin membengkak dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin melemah. Sebenarnya ada cukup alasan bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
    Jokowi, Dies Natalis Universitas Sumatera Utara, Medan
    Presiden RI Joko Widodo saat menghadiri Dies Natalis Universitas Sumatera Utara (USU), Senin (8/10/2018).
    "Harga minyak dunia kan lagi naik signifikan, kita net importir minyak. Kenaikan itu membuat subsidi membengkak dan menjadi salah satu penyebab defisit transaksi berjalan. Sebenarnya salah satu cara mengurangi defisit itu adalah dengan kenaikan harga BBM. Jadi kenaikan harga cukup punya alasan," papar Iwantono.
    Karena itu, bagi dunia usaha yang penting bukan harga BBM naik atau tidak naik, tapi kebijakan pemerintah yang konsisten dan memberikan kepastian.
    "Ini dilema. Kalau BBM enggak naik, beban ekonomi kita berat. Tapi kalau BBM naik, beban rakyat berat. Pilihan mana pun tidak enak. Tapi jangan aturan sudah ditetapkan kemudian mendadak dibatalkan, kita jadi ragu pada kebijakan pemerintah," tegasnya.(kmrn)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini