Foto
SAYA suka berkunjung ke Laos, terutama ke mantan ibukotanya yaitu Luang Prabang di lembah pegunungan kawasan utara Laos yang telah ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan kebudayaan dunia.
Meski saya Nasrani, namun saya mempelajari agama mayoritas warga Laos yaitu Buddha yang ternyata mirip agama kerajaan Majapahit sebagai perpaduan Buddhisme dan Hinduisme.
Menulusuri sungai Mekkong juga merupakan pengalaman khas tiada duanya. Lbak Khaon yang terletak di Laos Selatan merupakan kawasan air terjun terluas bukan saja di Asia namun di planet bumi.
Saya baru tersadar bahwa Laos ternyata memiliki peran tersendiri dalam percaturan geopolitik dunia berkat bocoran rahasia pemerintah Amerika Serikat yang dilakukan oleh Joshua Kurlantzick lewat buku berjudul sinis tragis "A Great Place to Have a War" dengan sub judul "America in Laos and the Birth of a Military CIA".
Di dalam buku kontroversial itu, Joshua membongkar rahasia di balik perang di Laos pada tahun 60an abad XX yang merubah CIA sebagai lembaga mata-mata menjadi pelaksana agresi militer yang bahkan memegang peran kunci dalam politik luar negeri Amerika Serikat di masa Perang Dingin.
Buku kontroversial itu membongkar rahasia bahwa pada Januari 1961 Presiden USA, Jenderal Purnawirawan Dwight Eisenhower diam-diam memerintahkan CIA untuk mengobarkan perang saudara di Laos dengan mengadu domba kaum Hmong melawan kaum komunis setempat demi menghentikan laju kekuasaan komunis di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Perintah rahasia Eisenhower itu merupakan awal momentum operasi paramiliter terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
Perang saudara yang dikobarkan oleh angkara murka CIA di Laos berlanjut selama dua dasawarsa sampai ke masa kepresidenan Kennedy dan Nixon dengan membinasakan 10 persen warga Laos, mewariskan ribuan ranjau yang belum meledak di bumi Laos dan merubah wajah CIA menjadi lembaga terkejam dan terkeji di planet bumi ini.
Perang Laos mahakarya CIA menjadi template bagi Perang Proxy yang dicopy-paste oleh CIA ke seluruh pelosok dunia mulai dari Asia Tenggara, Amerika Tengah, Timur Tengah sampai ke perang melawan terorisme masa kini.
Sebagai senior fellow pada Southeast Asia at the Council on Foreign Relations, Joshua Kurlantzick menulis buku "A Great Place To Have A War" berdasar wawancara ekstensiv dengan berbagai orang-dalam CIA mau pun dokumen rahasia CIA yang baru pada awal abad XXI resmi terbuka bagi masyarakat(rm)
|
Perang Laos Merubah Wajah CIA
redaksi
Kamis, 02 Agustus 2018, Agustus 02, 2018 WIB
Last Updated
2018-08-02T07:00:15Z
Komentar