-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Lain Di Dunia Maya Lain Di Dunia Nyata

    redaksi
    Selasa, 14 Agustus 2018, Agustus 14, 2018 WIB Last Updated 2018-08-14T07:13:50Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    Lain Di Dunia Maya Lain Di Dunia Nyata
    jokowi dan prabowo
    INDOMETRO.IDPolling Pilpres 2019 sedang menjamur di dunia maya. Hasilnya beragam. Mayoritas dimenangkan Prabowo Subianto. Sementara Jokowi hanya unggul di satu, dua polling. Ini berbeda dengan di dunia nyata. Seluruh lembaga survei kompak menilai Jokowi lebih unggul.

    Polling paling ngetop dibuat Iwan Fals, di akun Twitter miliknya, @iwanfals. Penyanyi lagu Bento ini bikin polling pada 10 Agustus tak lama setelah Prabowo-Sandi mendaftar. Ia bikin tiga pilihan. JokMar, PraSan, dan gambar orang. JokMar adalah Jokowi-Maruf Amin dan PraSan adalah Prabowo Sandi. Sementara gambar orang mungkin maksudnya golput atau tidak memilih. Hasilnya? dari 50.216 pengguna, JokMar hanya mendapat 27 persen. Sementara PraSan mendapat 68 persen. "Cieee ciee, PraSan menang niyee," cuit @ iwanfals sehari kemudian. 

    Kemenangan Prabowo juga terjadi di polling bikinan Senator utusan Jakarta, Fahira Idris. Membuat polling selama dua hari, 10-11 Agustus, hasilnya memenangkan Prabowo atas Jokowi. Polling dengan pertanyaan: tanggal 17 April mau pilih siapa? Hasilnya, Prabowo-Sandiaga 79 persen, Jokowi-KH Ma’ruf Amin 16 persen, dan golput atau tidak memilih lima persen. Hasil akhir ini berasal dari 38.146 suara. 

    Pada tanggal 10, Ketua Progres 98 Faizal Assegaf juga bikin polling di akun miliknya, @faizalassegaf. Di polling ini menarik jika diperhatikan. Saat awal-awal kemunculannya, Prabowo sempat unggul telak hingga 72 persen. 24 persen lainnya memilih Jokowi-Maruf dan 4 persen ragu-ragu atau golput. 

    Berdurasi hingga satu pekan, polling itu pun berbalik keunggulan. Hingga semalam, sudah 122.001 akun berpartisipasi. Hasilnya, 67 persen memilih Jokowi-Maruf Amin, 31 persen memilih Prabowo dan 2 persen ragu-ragu atau golput. 

    Mengapa bisa berubah drastis seperti itu? Saat dikontak Rakyat Merdeka, semalam, Faizal mengatakan terkejut polling awalnya sempat diserang akun palsu alias buzzer. 

    "Di awal ada, bisa dilihat dari pemilihnya. Saat mencapai angka 30 ribu, ternyata di penayangan analisa baru sekitar 17 ribu. Berarti ada hantu. Menembus 40 ribu baru mulai normal," ucap Faizal. 

    Menurutnya, hasil polling sulit dijadikan rujukan seseorang itu benar-benar pilihan rakyat di dunia nyata atau tidak. Bahkan ia mengamini apa yang terjadi di dunia maya bisa lain dari apa yang terjadi di dunia nyata. "Misalnya di polling Iwan Fals, itu dilakukan cuma satu hari. Jadi rentan diserang buzzer, kalau saya satu minggu," katanya. 

    Faizal mengklaim polling buatannya bukan pesanan. Ini sebatas mencari tahu apa kehendak netizen. Jika berjalan alamiah tanpa gangguan buzzer hasilnya akan lebih objektif. "Ini kan ruang publik dan difasilitasi Twitter, tapi jangan juga hasilnya di mobilisasi, membentuk opini. Hasilnya pasti ada keraguan jadi tidak bisa dijadikan data valid," terangnya. 

    Menurutnya, wajar saja jika suatu kelompok merasa terpompa harapannya dengan mengamini hasil polling Twitter. Namun perlu diingat, hasil ini tidak bisa berdiri secara independen. Bisa saja dimasuki buzzer sehingga hasilnya tidak bisa disamakan dengan dunia nyata. 

    Sebelumnya, Wasekjen Gerindra Andre Rosiade mengaku gembira dengan hasil polling yang banyak mengunggulkan Prabowo. Kata dia, hal itu menunjukkan pilihan Prabowo berpasangan dengan Sandi jadi nilai tambah Pak Prabowo. "Ada unsur kekinian, ada unsur milenial di mana pengguna medsos kalangan milenial sehingga kita lihat di berbagai polling medsos Pak prabowo menang," kata Andre dua hari lalu. 

    "Ini tanda tanda kemenangan Prabowo. Dulu kan 2014 kalau polling-polling ini Pak Jokowi menang, sekarang hampir polling-polling Pak Prabowo menang. Saya belum lihat Jokowi menang di polling apapun," tuntasnya. 

    Guru Besar Institut Ilmu Pertanian (IPB) yang juga pakar statistik Khairil Anwar Notodiputro, angkat suara soal maraknya polling capres di Twitter. Menurut dia, polling ini hanya cukup dijadikan ajang lucu-lucuan saja. 

    "Bisakan hasil polling di Twitter kita percayai? Pada umumnya polling di Twitter tidak sahih secara metodologi. Jadi tidak usah dipercaya. Cukup dijadikan lucu-lucuan dan/atau hiburan aja,"  terang Khairil lewat akun Twitter @kh_notodiputro, Senin (13/8) lalu.(rmol)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini