| Foto |
Sejak resmi diuji coba Januari lalu, program ini jalan di tempat. Belum ada perkembangan signifikan mengenai jumlah koperasi yang berminat dalam program tersebut. Dari target 11 koperasi, baru dua koperasi angkutan umum yang bergabung. Yakni Koperasi Wahana Kalpika dan Budi Luhur.
Kedua koperasi itu telah mengikuti uji coba OK OTrip dengan harga tunggal Rp 5.000 sampai ke tujuan yang dimulai 15 Januari hingga 15 April. Uji coba pun diperpanjang (kedua) hingga 15 Juli karena saat itu tidak ada penambahan jumlah armada.
Berdasarkan data dari PT Transjakarta, hingga kini baru 123 unit dari 2.000 yang ditargetkan ikut dalam tarif tunggal OK OTrip.
"Ke depan akan ada penambahan operator yang join," ujar Budi Kaliwono, Dirut PT Transjakarta, di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/7).
Melihat hal itu, pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai, kegagalan OK OTrip itu karena skema bisnis yang ditawarkan tidak menguntungkan operator.
"Perlu pendekatan lagi, dan penjelasan detail yang memihak operator," ujarnya saat dihubungi, kemarin.
Dikatakan Djoko, ketika sudah terjadi kesepakatan bisnis, bukan berarti program OK OTrip akan berjalan sempurna sesuai yang diharapkan.
Makanya dia menyarankan agar program tersebut dapat diselaraskan dengan diberlakukannya lagi pelarangan kendaraan roda dua melintas di jalan protokol.
Bagaimanapun juga, kesuksesan pemerintah untuk menyediakan angkutan yang layak dapat dinilai dari berpindahnya pengendara pribadi ke angkutan umum.
"Kalau tidak, akhirnya program ini hanya sekadar bagi-bagi uang tanpa target jumlah penumpang yang akan diangkut," tandas Djoko.
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menilai, Gubernur Anies Baswedan gagal meyakinkan operator bahwa program ini menguntungkan. Terutama terkait masalah tarif per kilometer.
"Kalau mau berjalan, ya bagaimanapun caranya Gubernur harus bisa yakinkan operator. Ini kan program mereka yang sudah dibangga-banggakan." katanya.
Anies, lanjutnya, tidak harus malu meneruskan program Gubernur DKI sebelumnya. Yakni, mengajak Kopaja bergabung dengan PT Transjakarta. Saat itu, bus bobrok diganti dengan baru yang lebih memadai sesuai standar dari PT Transjakarta. Yakni ber AC dan pintu selalu tertutup. Bus ini pun hanya berhenti di halte-halte yang telah ditentukan. "Harga tiket tetap Rp 3.500 tanpa batasan waktu," tegasnya.
Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, minimnya angka partisipasi koperasi untuk bergabung pada program OK OTrip bukan suatu alasan untuk menghentikan kebijakan tersebut.
Pihaknya akan kembali membahas secara khusus mengenai kesepakatan harga rupiah per kilometer antara PT Transjakarta dengan operator yang kerap menemui jalan buntu.
Sandi yakin, hasil pembahasan itu akan membuahkan hasil penambahan jumlah armada di akhir bulan ini. Hingga akhir tahun, ia sesumbar mencapai angka 2.609 armada yang akan bergabung di program OK OTrip.
"Sesuai dengan perintah Pak Gubernur, major breaktrought di bulan ini. Kita ingin tingkatkan jumlah dari para operator yang terlibat. Akhir tahun ini targetnya 2.609 armada yang bergabung," ungkapnya.
Mengenai kondisi ini, anggota Komisi Perhubungan DPRD DKI Yuke Yurike telah memprediksi sejak program tersebut diluncurkan. Sebab, minimnya minat koperasi untuk bergabung dalam OK OTrip karena skema harga rupiah per kilometer yang kurang menguntungkan bagi para sopir angkot.
"Dalam program tersebut ada patokan jarak tempuh 190 kilometer untuk satu hari. Sementara enggak semua trayek memiliki jarak tempuh yang disyaratkan," paparnya.(rmol)
Kedua koperasi itu telah mengikuti uji coba OK OTrip dengan harga tunggal Rp 5.000 sampai ke tujuan yang dimulai 15 Januari hingga 15 April. Uji coba pun diperpanjang (kedua) hingga 15 Juli karena saat itu tidak ada penambahan jumlah armada.
Berdasarkan data dari PT Transjakarta, hingga kini baru 123 unit dari 2.000 yang ditargetkan ikut dalam tarif tunggal OK OTrip.
"Ke depan akan ada penambahan operator yang join," ujar Budi Kaliwono, Dirut PT Transjakarta, di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/7).
Melihat hal itu, pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai, kegagalan OK OTrip itu karena skema bisnis yang ditawarkan tidak menguntungkan operator.
"Perlu pendekatan lagi, dan penjelasan detail yang memihak operator," ujarnya saat dihubungi, kemarin.
Dikatakan Djoko, ketika sudah terjadi kesepakatan bisnis, bukan berarti program OK OTrip akan berjalan sempurna sesuai yang diharapkan.
Makanya dia menyarankan agar program tersebut dapat diselaraskan dengan diberlakukannya lagi pelarangan kendaraan roda dua melintas di jalan protokol.
Bagaimanapun juga, kesuksesan pemerintah untuk menyediakan angkutan yang layak dapat dinilai dari berpindahnya pengendara pribadi ke angkutan umum.
"Kalau tidak, akhirnya program ini hanya sekadar bagi-bagi uang tanpa target jumlah penumpang yang akan diangkut," tandas Djoko.
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menilai, Gubernur Anies Baswedan gagal meyakinkan operator bahwa program ini menguntungkan. Terutama terkait masalah tarif per kilometer.
"Kalau mau berjalan, ya bagaimanapun caranya Gubernur harus bisa yakinkan operator. Ini kan program mereka yang sudah dibangga-banggakan." katanya.
Anies, lanjutnya, tidak harus malu meneruskan program Gubernur DKI sebelumnya. Yakni, mengajak Kopaja bergabung dengan PT Transjakarta. Saat itu, bus bobrok diganti dengan baru yang lebih memadai sesuai standar dari PT Transjakarta. Yakni ber AC dan pintu selalu tertutup. Bus ini pun hanya berhenti di halte-halte yang telah ditentukan. "Harga tiket tetap Rp 3.500 tanpa batasan waktu," tegasnya.
Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, minimnya angka partisipasi koperasi untuk bergabung pada program OK OTrip bukan suatu alasan untuk menghentikan kebijakan tersebut.
Pihaknya akan kembali membahas secara khusus mengenai kesepakatan harga rupiah per kilometer antara PT Transjakarta dengan operator yang kerap menemui jalan buntu.
Sandi yakin, hasil pembahasan itu akan membuahkan hasil penambahan jumlah armada di akhir bulan ini. Hingga akhir tahun, ia sesumbar mencapai angka 2.609 armada yang akan bergabung di program OK OTrip.
"Sesuai dengan perintah Pak Gubernur, major breaktrought di bulan ini. Kita ingin tingkatkan jumlah dari para operator yang terlibat. Akhir tahun ini targetnya 2.609 armada yang bergabung," ungkapnya.
Mengenai kondisi ini, anggota Komisi Perhubungan DPRD DKI Yuke Yurike telah memprediksi sejak program tersebut diluncurkan. Sebab, minimnya minat koperasi untuk bergabung dalam OK OTrip karena skema harga rupiah per kilometer yang kurang menguntungkan bagi para sopir angkot.
"Dalam program tersebut ada patokan jarak tempuh 190 kilometer untuk satu hari. Sementara enggak semua trayek memiliki jarak tempuh yang disyaratkan," paparnya.(rmol)


Posting Komentar untuk "Operator Tak Untung, OK OTrip Bisa Gagal..."