Ruteng, NTT – Indometro.id -- Upacara adat Wagal menjadi salah satu momen paling sakral dalam budaya Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Tradisi ini menandai secara resmi bahwa seorang perempuan telah masuk ke dalam suku (wa’u) pihak laki-laki setelah menjalani pernikahan adat. Pasangan yang berbahagia ini adalah Paulus Ino Polce (suami) dengan Karolina Dian (isteri). Keduanya telah melangsungkan adat wagal pada Sabtu 25 Oktober 2025 lalu di kampung Rii, Desa Beamese kecamatan Cibal kabupaten Manggarai.
Ritus Wagal bukan sekadar seremoni budaya, melainkan simbol penyatuan dua keluarga besar yang diikat oleh restu leluhur dan Tuhan. Dalam pelaksanaannya, hewan kurban yang digunakan biasanya seekor babi jantan disertai ayam atau kambing jantan, tergantung pada kebiasaan adat di masing-masing daerah.
Dalam ungkapan adat Manggarai disebutkan:
“Cikat sa’i kina; wagak sa’i kaba, ela le lancung sili; worok eta golo pateng wa wae; acer nao wase wunut.”
Maknanya adalah ikatan cinta sejati suami istri yang tidak dapat dipisahkan oleh apa pun. Sebagaimana dalam kitab suci disebutkan, “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia.”
Ritual ini juga menjadi bentuk doa dan harapan agar rumah tangga yang dibangun oleh kedua mempelai selalu diberkati, sehat jasmani dan rohani, serta berlimpah rezeki. Ungkapan adat “Wake caler ngger wa saung bembang ngger etan, temek ata lembek mbaru ata ikut; wiko le ulung wae jengok lau wai” menggambarkan harapan agar pasangan selalu hidup dalam keteduhan, keharmonisan, dan keberkahan.
Makna Wagal bagi Dua Keluarga Besar
Dalam upacara Wagal yang digelar pada Sabtu, 25 Oktober 2025, antara Paulus Ino Polce dengan Karolina Dian bertindak sebagai juru bicara adat (tukang torok) Hendrikus Mandur menjelaskan bahwa ritual ini bukan sekadar prosesi simbolik, tetapi memiliki makna historis yang mendalam.
Menurutnya, penyatuan ini menjadi ikatan adat yang kokoh antara dua keluarga besar — anak rona Cumbi Lait Desa Kakor, Kecamatan Ruteng dan anak wina Rii Beamese, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai.
“Ritus ini tidak boleh dianggap sekadar budaya, karena di dalamnya terkandung nilai luhur penyatuan dan tanggung jawab antar dua keluarga besar,” ujar Hendrikus.
Tongka tiba (tetua adat), Klemes Wereng, menambahkan bahwa makna Wagal mencerminkan hubungan saling melengkapi antara kedua pihak.
“Acara ini adalah ikatan cinta anak rona dan anak wina. Seperti ungkapan adat ‘Wae teku tedeng, toe salang tuak landing salang wae’, yang berarti kedua pihak harus saling menopang dan menjaga satu sama lain,” ujarnya.
Rangkaian Acara Berlanjut ke Roko
Upacara yang dihadiri oleh sekitar 30 orang dari keluarga anak wina Rii dan puluhan anggota keluarga anak rona Lait ini berlangsung penuh khidmat dan haru. Seusai Wagal, rangkaian acara dilanjutkan dengan Roko, sebuah perjamuan adat yang digelar pada Minggu, 26 Oktober 2025, di Kampung Rii Desa Beamese kecamatan Cibal kabupaten Manggarai.
Ritus Wagal menjadi bukti bahwa nilai-nilai kekerabatan, cinta kasih, dan penghormatan terhadap leluhur masih dijaga kuat oleh masyarakat Manggarai hingga saat ini. Semogaa selalu berbahagia buat kedua mempelai.
(Yos G dan Tim)




Posting Komentar untuk "Ritus Wagal: Simbol Resmi Perempuan Masuk ke Keluarga Lelaki dalam Tradisi Manggarai "