Sepasang Suami Istri Lansia Alami Kebutaan, Parkinson, Stroke Menahun Menanti Uluran Tangan Para Dermawan

 







BUTUH BANTUAN HUKUM ?









Ruteng, NTT, Indometro.Id - Sungguh pilu dan menyayat hati, perjalanan hidup sepasang suami istri lanjut usia yang keduanya mengidap penyakit kronis menahun. Mereka hidup di sebuah rumah petak sederhana di Jalan Satar Tacik belakang kantor Pengadilan Agama kabupaten Manggarai di RT. 014/RW 04 kelurahan Satar Tacik kecamatan Langke Rembong kabupaten Manggarai. 

Mereka memiliki 6 orang anak, 3 orang perempuan dan 3 orang anak laki-laki. Semuanya telah berkeluarga dan tinggal jauh dari mereka berdua. Ada yang tinggal di Timor Leste dan ada yang tinggal di Manado Sulawesi Utara. Mereka berdua saat ini diurus oleh anak kedua mereka yang tidak bekerja.

Suaminya bernama Arnoldus Dika usia sekitar 79 tahun. Kepada para wartawan pada 15 Mei 2025 lalu di rumahnya, Arnoldus mengaku pindah dari Bajawa tahun 1960 silam untuk mencari kerja di Ruteng. Arnoldus muda bekerja sebagai tukang kayu dan tukang batu yang dibimbing oleh bruder-bruder SVD di Katedral Ruteng. Arnoldus berkisah bahwa dirinya salah satu tukang yang mengerjakan Gereja Paroki Kumba yang megah itu.

Saat ini, tubuh tinggi, kekar nan atletis itu tampak lemah tak berdaya karena termakan usia dan digerogoti berbagai penyakit. Arnoldus mengalami Kebutaan sejak beberapa tahun lalu. Mata sebelah kanan sudah dioperasi dan dapat melihat. Namun matanya yang sebelah kiri masih alami Kebutaan. Meskipun demikian Arnoldus masih bisa berjalan. Sungguh berbeda dengan keadaan istrinya.

Istri Arnoldus bernama Yuliana Ama umur sekitar 68 tahun.

Yuliana muda juga berasal dari Bajawa bekerja di Cancar kecamatan Ruteng. 

Pasangan ini menikah tahun 1976 silam, tahun depan akan rayakan pernikahan emas mereka.

Kondisi Yuliana jauh lebih parah dari sang suami. Sejak 2019 lalu, dia mengalami stroke, saraf dan Parkinson. Dia hanya bisa berbaring sepanjang hari dengan tak berdaya ditempat tidurnya. Jika ingin makan minum atau ke kamar mandi harus dibantu oleh seseorang. Dia juga bisa dibantu dengan kursi roda. Meskipun stroke, saraf dan Parkinson namun mama Yuliana masih lancar berkomunikasi. 

Keduanya mengeluh kesulitan biaya hidup sehari-hari. Meskipun demikian mereka tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah. "Pernah pak Lurah ke sini menyuruh ambil beras sisa warga di kantor lurah. Hanya sekali itu saja," kata Arnold.

Arnoldus mengatakan untuk terapi saraf istrinya seminggu sekali membutuhkan biaya Rp. 200.000 di dokter saraf. Ada kiriman dari anak-anak tapi tidak seberapa, ujarnya mengeluh.

Arnoldus yang merasa amat gembira didatangi wartawan mengatakan agar mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk bisa membiayai kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan bantuan pengobatan dirinya sendiri dan pengobatan istri tercintanya Yuliana.

Lelaki tua berperawakan tinggi ini juga memohon uluran tangan dari para dermawan dimana saja berada untuk bisa meringankan sedikit beban hidup yang dialaminya. Jika ada yang berhati mulia untuk bisa meringankan sedikit beban keluarga ini bisa langsung ke alamat di atas.  

(****)

Posting Komentar untuk "Sepasang Suami Istri Lansia Alami Kebutaan, Parkinson, Stroke Menahun Menanti Uluran Tangan Para Dermawan "