-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Ulama Serukan Pemerintahan Perdana Menteri Turun Dan Gelar Pemilu

    redaksi
    Sabtu, 05 Oktober 2019, Oktober 05, 2019 WIB Last Updated 2019-10-05T07:19:25Z

    Ads:

    Aksi unjuk rasa turunkan pemerintah dan menggelar pemilu.
    ist


    INDOMETRO.ID – Ulama syiah Irak bernama Moqtada al-Sadr meminta pemerintahan Perdana Menteri Adil Abdul-Mahdi turun, dan segera menggelar pemilihan umum (pemilu).

    Seruan ini digaungkan karena aksi unjuk rasa nasional yang melanda Irak yang sudah berlangsung tiga hari itu telah memakan puluhan korban jiwa.

    Mengutip situs DW, Sabtu, 5 Oktober 2019, al-Sadr merupakan ulama kharismatik yang memenangkan kursi parlemen terbesar pada pemilu tahun lalu, meminta seluruh pengikutnya di parlemen untuk memboikot sesi pembuatan undang-undang sampai pemerintah mengeluarkan program untuk kepentingan rakyat Irak.
    "Pemilu baru harus secepatnya dilaksanakan yang diawasi oleh pemantau internasional. Unjuk rasa telah memakan korban jiwa," ungkap ulama kharismatik tersebut.

    Dengan demikian, intervensi al-Sadr tampaknya akan mendorong warga Irak untuk melanjutkan aksi unjuk rasa sampai pemerintah benar-benar turun.

    Sementara itu, Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi, menyerukan agar rakyat Irak tenang.

    Ia menggunakan pidato yang disiarkan di televisi pemerintah untuk meminta para pemrotes supaya tidak mengikuti ‘pendukung keputusasaan’ dan untuk tidak membiarkan protes damai berubah menjadi kekerasan.

    "Tuntutan untuk melakukan reformasi dan perang melawan korupsi sudah kami jalankan. Tuntutan ini sah, dan kami tidak membuat janji seperti pepesan kosong," klaim Mahdi.

    Namun, para pengunjuk rasa mencemooh janjinya tentang reformasi politik.

    Sebagai informasi, unjuk rasa antipemerintah berubah menjadi kekerasan, di mana setidaknya 17 orang tewas di Baghdad dan 190 lainnya dilaporkan luka-luka.
    Sementara itu, sumber lain menyebutkan bahwa 59 orang tewas akibat luka tembakan polisi antihura-hara selama unjuk rasa tiga hari supaya pemerintah turun dan menggelar pemilu.

    berita ini bersumber dari viva


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini