-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Nyaris Bentrok di Depan Bawaslu Sumut

    redaksi
    Kamis, 23 Mei 2019, Mei 23, 2019 WIB Last Updated 2019-05-23T06:36:40Z

    Ads:

    Massa yang tergabung dalam GNPF Sumut dihadang dengan kawat berduri saat aksi di depan kantor Bawaslu Sumut, Jalan Adam Malik Medan, Rabu (22/5) siang.
    MEDAN,INDOMETRO.ID – GELOMBANG aksi massa terkait polemik Pemilihan Umum 2019 kian masif di Kota Medan, Rabu (22/5) siang. 

    Elemen masyarakat yang berunjukrasa pun terpecah dua. Ada yang menolak penetapan hasil Pemilihan Presiden (PIlpres), ada pula yang mendukung KPU alias menolak gerakan massa (people power).
    Amatan Sumut Pos, aksi massa tersebut terlihat di dua titik yakni di seputaran Kantor KPU Sumut, Jalan Perintis Kemerdekaan dan seputaran Kantor Bawaslu Sumut, Jalan H Adam Malik Medan. Akan tetapi yang paling menyita perhatian, demo massa di seputaran kantor Bawaslu Sumut. Selain jumlah massa yang hadir dua kali lipat dari jumlah massa demo di KPU Sumut, juga nyaris terjadi bentrokan. Sebab di lokasi tersebut juga terdapat kelompok massa pro capres 01, Jokowi-Ma’ruf Amin.
    Aparat kepolisian juga tampak intensif mengawal jalannya aksi di seputaran kantor Bawaslu Sumut. Bahkan sebelum massa pendemo hadir di lokasi, kawat berduri sudah dipagari sebagai pembatas antara kedua kubu baik yang pro ataupun kontra. Massa aksi pendukung capres 02, Prabowo-Sandi misalnya, mereka ditempatkan di seputaran Tugu Adipura atau simpang Jalan Adam Malik sampai ke Jalan Amir Hamzah. Sedangkan kubu pendukung capres 01, ditempatkan di Jalan Adam Malik sampai batas arah Jalan Wakaf.
    Pengunjuk rasa pendukung capres 02, dimotori dari elemen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPFU) Sumut dan beberapa elemen mahasiswa, kaum emak-emak serta milenial. Dari kubu satunya lagi, merupakan gabungan mahasiswa di Kota Medan yang dimotori mahasiswa UMSU. Aktivitas aksi dimulai sekitar pukul 14.30 WIB. Dimana kedua kubu saling menyampaikan orasi sesuai arah dan tujuan masing-masing.
    Namun pada waktu memasuki waktu Salat Ashar, di mana massa aksi Capres 02 ingin menggelar Salat Ashar berjamaah, mereka merasa mendapat hasutan dari kubu massa aksi capres 01. Bahkan sempat terlihat massa capres 02 menggoyang-goyangkan pagar kawat berduri, karena menilai provokasi dari kubu capres 01 semakin kencang. Beruntung dari mobil komando oleh orator aksi dan juga berkat kesigapan aparat kepolisian, berhasil menenangkan ketegangan tersebut. “Saudara-saudaraku mohon jangan terpancing, jangan membalas orasi mereka. Kita di sini aksi damai bukan anarkis,” ujar orator sembari disambut pekikan Allahu Akbar, Allahu Akbar oleh massa aksi lainnya.
    Sebelumnya para orator dari massa aksi capres 02, secara bergiliran menyampaikan orasinya. Salah satu yang menyita perhatian adalah dari unsur emak-emak, yang naik ke atas mobil komando. Wanita yang dipanggil bunda tersebut menyoroti lemahnya Jokowi sebagai presiden, dalam bersikap atas tewasnya rakyat yang menyuarakan kebenaran saat bentrokan di Jakarta dengan aparat kepolisian.
    “Kalau di masa Presiden Suharto, satu orang rakyatnya saja ada tewas, dia sudah mundur. Ini dari informasi yang kami tahu, sudah tujuh orang yang tewas dia mau minta dua periode. Ya Allah berikan azab yang pedih untuk pemimpin zholim negeri ini, untuk rezim zholim Indonesia saat ini,” katanya.
    Ketua Gerakan Pengawal Fatwa Ulama Indonesia, Ustad Heriansyah mengatakan, senjata terakhir yang mereka miliki hanyalah tinggal doa. Melalui pengeras suara, ia mengomandoi agar massa tam henti-hentinya untuk untuk melantunkan doa kepada mereka yang berlaku curang. “Kepada Bawaslu Sumut yang berada di dalam gedung Bawaslu itu untuk jangan curang agar tidak ada kekacauan. Kami cinta damai. Lebih cinta lagi kebenaran. Maka dari itu, tidak akan ada kedamaian kalau ada kecurangan terus menerus dipelihara dan dipertontonkan,” ujar Heriansyah.
    Di akhir orasinya, Heriansyah mengajak rekan-rekannya untuk mendoakan para syuhada atau rakyat pencari keadilan atas pelaksanaan demokrasi curang di Indonesia yang tewas di Jakarta, dini hari kemarin, semoga diberi tempat terbaik di surga Allah kelak. “Mereka-mereka yang sudah berjuang itu adalah rakyat Indonesia, bagian dari bangsa ini. Kita pun yang ada di sini juga akan menyusul mereka. Apakah kita semua siap mati di jalan Allah? Siap jihad menegakkan keadilan di negeri ini? Kelak kita akan ceritakan pada Allah bersama syuhada yang meninggal itu bahwa pemimpin negeri ini zholim, tidak adil dan suka menindas rakyatnya. Takbir..!!” pekik dia yang disambut Allahu Akbar.. Allahu Akbar oleh massa aksi.
    Kata Heriansyah, mereka kembali berkumpul di depan kantor Bawaslu Sumut bukan semata-mata karena mendukung salah satu paslon capres. Melainkan karena melihat masifnya kecurangan Pilpres 2019, intimidasi terhadap umat Islam, ulama dan rakyat kecil. “Kami datang lagi ke sini dalam keadaan lapar dan haus, bukan karena ingin sekadar ganti presiden. Kami ingin keadilan dan keberanan tegak di negeri ini. Kami tidak mau negeri ini dikuasi paham-paham komunis. Kami tidak ingin negeri ini asetnya dijuali ke asing dan aseng. Kami mau bangsa ini adil, makmur dan rakyatnya sejahtera,” tukas dia.
    Informasi yang diperoleh Sumut Pos, selain terus menyuarakan agar KPU mendiskualifikasi paslon capres 01, massa aksi melanjutkan aktivitas dengan Salat Ashar berjamaah dan buka puasa bersama di seputaran Jalan Adam Malik Medan. Terlihat mereka sudah membawa bekal sendiri untuk berbuka puasa, sekaligus tenda dan alas untuk salat berjamaah. “Sekarang mereka bisa teriak menang dan menang, mereka terus intimidasi rakyatnya sendiri. Tapi lihat satu dua hari lagi, mereka akan meratapi kekalahannya karena sudah zholim dan berbuat curang,” sambungnyas.
    Sementara itu, Ketua Forum Umat Islam (FUI) Sumut Indra Suheri mengungkapkan pihaknya berdoa kepada Allah agar tidak ada orang berniat mengganti ideologi Pancasila. Hal tersebut disampaikan Indra saat berorasi di depan massa yang menamakam dirinya Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR).
    “Kami berdoa kepada Allah dari orang-orang yang ingin merongrong Pancasila dengan ideologi lain. Kami menentang segala bentuk kejahatan dan kezaliman,” ucapnya, Rabu (22/5).
    Indra mengajak semua elemen menjaga persatuan dan berjuang bersama-sama melawan kebatilan.”Kita aka tetap istiqomah menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila,” tambahnya.
    Indra menjelaska pihaknya tak akan membiarkan pihak-pihao yanh mengadudomba, memecah belah bangsa. Kami akan melawan yang di bibirnya hanya mengatakan cinta NKRI dan Pancasila namun tergiur untuk merampas negeri ini,” katanya

    Tolak People Power

    Dari amatan di depan kantor KPU Sumut, massa aksi yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Islam Nusantara (AMIN), menolak dengan lantang gerakan massa atau people power. “Mahasiswa Islam Nusantara menolak people power sebagai upaya memperkeruh iklim sosial masyarakat Indonesia khususnya di Provinsi Sumut, dan mendukung TNI/Polri untuk mengawal keamanan negara serta menindak tegas bagi kelompok yang ingin membuat kisruh keamanan dan ketertiban masyarakat,” kata orator aksi, Safaruddin Hasibuan dari atas mobil komando.
    Pihaknya meminta seluruh tokoh agama se-Nusantara untuk menjadi peredam tensi politik pasca Pemilu 2019. Sebab menurut mereka, di Pemilu 2019 ini telah menjadikan masyarakat terpolarisasi dan cenderung terpecah-belah dan pihaknya mengindikasi ada kelompok tertentu yang mempekeruh suasana dengan melakukan propaganda berupa people power.
    “Kami mengapreasi penyelenggara pemilu seperti KPU, Bawaslu dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Undang-undang yang berlaku dan menolak elit politik yang melempar opini menyesatkan serta mengompori masyarakat untuk melakukan kegaduhan,” lanjut Safaruddin.
    Aksi massa AMIN juga mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian, baik dari satuan Brimob maupun Polda Sumut. Di sepanjang jalan depan kantor KPU, selai terlihat sudah dipagari kawat duri sebagai pembatas juga ada sejumlah kendaraan pengaman massa. Seperti ‘raisa’, baraccuda, dan water canon. Sementara di area dalam kantor, puluhan aparat kepolisian dilengkapi senjata laras panjang berbaris rapi.
    IMM Minta Tunda Penetapan Hasil Pemilu
    Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Medan menilai, pelaksanaan Pemilu 2019 yang berlangsung jauh dari yang kata adil, jujur dan bersih. Berorasi di balik pagar kawat berduri tepat di depan Kantor Bawaslu Sumut, Rabu (22/5), mereka mengecam kinerja KPU dan Bawaslu Sumut. Tuntutan mahasiswa, agar penetapan hasil Pemilu ditunda.
    Massa menilai kinerja yang diperlihatkan oleh KPU maupun Bawaslu RI belum sesuai harapan yang diinginkan. Menurut mereka masih banyak terjadi hal tidak diinginkan terjadi. Koordinator aksi massa IMM, Angga Fahmi dalam orasinya menyatakan banyak kejanggalan yang terjadi sehingga membuat risih perasaan masyarakat. Ia menyebut KPU dan Bawaslu RI telah ‘mati’.
    “Teman-teman ikuti kata-kata saya. Innalilahi wa innailaihi rojiun telah berpulang ke rahmatullah KPU dan Bawaslu RI,” kata Angga mengomandoi massa.
    Dalam aksi itu, IMM Kota Medan juga mempunyai beberapa tuntutan. Diantaranya IMM Medan meminta supaya para korban yang meninggal dalam proses pemilu dilakukan otopsi untuk menjawab kejanggalan-kejanggalan, terkhusus Sumut. “Kami juga meminta agar KPU menunda penetapan hasil pemilu 2019 sampai kecurangan yang tersistematis, struktur dan masif ditindak tegas. Karena banyak kejanggalan-kejanggalan yang didapati dari hasil perolehan suara,” teriaknya dari bali toa pengeras suara.
    IMM Kota Medan juga menuntut supaya memberikan kebebasan dalam berargumen termasuk di media. Karena itu merupakan bagian dari demokrasi. “Kami juga menuntut supaya UU ITE direvisi, karena itulah yang membungkam masyarakat dan mahasiswa yang beraktivitas di dunia IT,” tutur Angga.
    Terakhir massa juga meminta agar elit politik negeri ini turut turun meredakan suasana panas yang terjadi di negeri ini. “IMM Kota Medan meminta supaya para elit politik rendah hati dan menahan diri serta mencegah sikap provokatif,” jelas Angga.
    Hingga sore, aksi massa di depan Kantor Bawaslu Sumut terus menebal. Kantong massa kian para pendukung pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden 02 mulai berdatangan dan memadati kawasan Jalan Adam Malik, Medan. Kuranglebih seribuan orang para pendukung yang didominasi pakai serba putih dengan membawa poster dan bendera berlafas tauhid mulai berkerumum sejak pukul 14.00 WIB hingga memuncak jelas waktu shalat Ashar, sekira pukul 15.48 WIB.
    Namun tampak langkah mereka terhenti beberapa meter dari depan Kantor Bawaslu Sumut. Lagi-lagi massa terhalang pagar kawat beduri polisi. Pasukan gabungan dari Polwan, Sabhara, dan Brimob yang dilengkapi dengan tameng, pentungan dan senjata gas air mata, juga sudah disiapkan di lokasi mengawal aksi.
    Sama seperti di Jakarta, ketika polisi kabarnya mendeteksi ada sekolompok massa provokator, pasa aksi yang berlangaung di depan Kantor Bawaslu Sumut Namun polisi juga mengamankan orang yang membawa senjata tajam dan senpi mirip pistol diduga ingin melakukan provokasi.
    Informasi yang dihimpun, orang tersebut mengendarai sepeda motor jenis matik dan menyelip diantara massa. Orang yang dicurigai membawa senjata langsung ditangkap petugas berpakaian preman.
    Kasat Reskrim Polrestabes Medan AKBP Putu Yudha Prawira membenarkan penangkapan ini.Ia menyebut ada dua pria yang dicurigai membawa senjata di tengah kerumunan massa,
    “Betul, sudah diamankan. Mereka menyusup di antara pengunjuk rasa. Untuk identitas pelaku belum ada, karena kami masih melakukan pengamanan,” ungkapnya saat dikonfirmasi wartawan.
    Ia mengatakan saat ini pihaknya masih memeriksa dua orang tersebut di Mapolrestabes Medan.”Kita cari tahu apa maksud dan tujuannya. Kita akan tindak tegas bila ia memang berniat untuk memprovokasi,” pungkasnya. (sp)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini