Seorang ibu sedang menikmati gulungan ombak di Pantai Cepi Watu Borong. |
INDOMETRO.ID - Tak terasa roda waktu sudah memasuki putaran ke sebelas usia Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur Timur, sejak
terbentuk 23 Nopember 2007 lalu.
Daerah otonom baru hasil pemekaran kabupaten Manggarai ini merupakan kabupaten bungsu dari dua daerah pemekaran di Manggarai Raya. Kabupaten Manggarai Barat, Ibukota Labuan Bajo merupakan ‘kakak sulungnya’. Manggarai Barat menjadi
kesohor karena binatang purba, Komodo bahkan jadi merk destinasi
wisata nasional di Indonesia.
Sebaliknya kabupaten induk Manggarai terkenal dengan rumah adat tradisional Wae Rebho di Kecamatan Satar Mese Barat dan penemuan fosil manusia pendek di Liang Bua, Kecamatan Rahong utara. Sedangkan Manggarai Timur baru mulai menggarap beberapa potensi alam yang tersebar di beberapa wilayah Kecamatan.
Ada beberapa destinasi wisata di Manggarai Timur Ada danau Ranamese yang dikitari pepohonan hijau. Danau ini terkenal karena bentangan danaunya yang panjang nan luas. Ada aneka ikan bermukim di sana. Warga setempat sering menangkap ikan dan belut untuk lauk pauknya.
Tak jarang juga mereka pasarkan hasil tangkapannya, aneka jenis burung ada di hutan ini. Monyet-monyet sering bermain di seputaran danau itu. Alam sekitar tetap awet terjaga karena sudah menjadi area tanggung jawab Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Dua orang ibu sedang berselfi ria usai menikmati indahnya pantai itu. |
Masih di Manggarai Timur, di Kecamatan Sambi Rampas ada bunga teratasi raksasa Konon danau teratai ini menjadi yang terbesar kedua di dunia setelah Italia. Bila musim mekar tiba rona bunga-bunga indah begitu mempesona.
Pada air dan akar pohon teratai hidup aneka ikan dan belut, Warga sekitar sangat menjaga keaslian lokasi sekitarnya. Sebab pesona teratai menjadi kebanggan warga setempat khususnya dan Kabupaten Manggarai Timur pada umumnya.
Tak jauh dari lokasi itu hidup satwa langkah binatang komodo, bedanya dengan komodo labuan bajo hanya pada ukuran tubuh dan warnah kulitnya. Postur tubuh Komodo Pota, Sambi Rampas lebih lancip dan ramping, warnah kulitnya kuning keemasan.
Sementara di jantung ibukota Kabupaten Manggarai Timur ada pantai Cepi Watu. Pantai ini memiliki daya tariknya yang luar biasa sudah dikembangkan sejak masih menjadi tanggung jawab kabupaten induk Manggarai, namun belum maksimal, masih sebatas destinasi wisata
dengan fasilitas alakadarnya.
Sejak Manggarai Timur menjadi otonom berbagai fasilitas di lokasi itu dibenahi Infrastruktur pelengkap sudah mulai tercukupi..
Pantai Cepi Watu menjadi menarik, bukan hanya sebatas lengkungan pantai dengan pasir putihnya, tetapi juga bentangan pantainya cukup panjang. Masih dalam radius pantai itu ada dermaga bongkar muat hasil komoditi. Selain itu liukkan dedaunan magrow menjadi sedotan inspirasi yang menakjubkan.
Pantai Cepi Watu dengan segala kazanah alamnya menjadi butiran kekayaan yang melengkapi posana pantai itu. Nelayan sering melaut karena ikan sering bermain di perairan pantai itu. Saban hari terutama pada hari raya atau liburan pantai itu dikerubuti warga bukan hanya masyarakat lokal tetapi non lokal.
Mereka datang menikmati alam yang memesona sekaligus mandi pada pantai itu. Sungguh Pantai Cepi Watu menampilkan panorama yang unik, sebab hutan Mangrove mengitari sepanjang bibir pantai itu menampilkan pemandangan yang eksotik.
Kawasan pepohonannya jenaka. Liukkan dedaunan ditingkah semilir angin laut memuaskan dahaga mata. Tak pelak, pepohonan yang langkah itu awet terjaga.
Siang hari siulan burung-burung terdengar merdu. Seperti melodi orkestra amat menghibur, bila senja merayap angsa-angsa putih bertengger manja di beberapa dahan pohon itu, usai mengais makan didanau Rana Lobha dan persawahan sekitar sambil tertengger mereka mengelus bulu-bulunya di kejahuan arah barat sunset mulai perlahan
turun, pantulan sinar keemasan merona sungguh menakjubkan.
Pada bahu dermaga sisi kiri-kanan sejumlah orang mancing ikan mereka duduk santai sambil menjagakan alat pancinganya. Ada juga anak-anak remaja menepihkan sepeda motor dan berselfi ria di pantai itu Nelayan-nelayan mulai turun melaut setelah memasarkan hasil tangkapanya kepada mama-mama lele.
Berada di bibir Pantai Borong saat petang menjelang sungguh terhibur, seakan-akan terbang melayang pada tingkat ekstase kepuasan batin yang luar biasa. Lelah raga bisa terpuaskan.
Sebab ketika kita duduk bermenung di bibir pantai itu, sambil menyaksikan butiran ombak pecah menampar tanggul dan tiang dermaga alam bawa sadar kita terhentak. Ada getaran yang membersitkan harapan, ada guratan kekaguman merekam
asa dari bahasa alam setempat.
Bila menoleh ke arah kiri kita dapati deretan batu alam dengan segala macam akuistiknya. Juga dedauanan yang yang tumbuh berkanjang di atas bahu tanjung yang menjorok ke laut. Pendek kata Pantai Cepi Watu-Borong dengan rona jenaka pemandangan alam memberikan kepuasan bathin yang luar biasa.
Namun pantai dengan segala pesonannya itu belum terurus dengan baik.
Masih pakai metode lama. Tunggu ada event atau moment-moment tertentu
baru didandani. Padahal pantai dengan segala keragaman alamnya
tersebut menjadi aset yang kaya makna. Bukan hanya bagi wisatawan,
para usaha kuliner, tetapi bagi daerah Manggarai Timur itu sendiri.
Memang hingga saat ini belum masuk kategori ada apa-apanya, sebab semuanya masih berserakkan dengan desain kepentingan event semata kita akan rasakan ketika event berlangsung di mana suasana pantai itu gegap gempita dengan segala ragam tampilannya.
Tetapi riuh redah gebiar di pantai itu akan redup saat event berakhir, fasilitas yang
ada pun merana tak terurus. Para usaha kuliner hanya bertahan beberapa minggu usai event itu berlangsung, namun selalu berakhir pedih. Mereka akhirnya angkat kaki sambil menenteng cemas.
Adalah Yos Marto, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Manggarai Timur. Pada diri beliau ada darah seni. Ia tak jemu-jemu memikirkan tentang Pantai Cepi Watu Borong di sepanjang area pantai tersebut. Ia menunjukkan kepedualian yang besar. Sedari awal ia konsen urus semuanya.
Bahkan ketika terpaan banjir dan kikisan abrasi menderah pantai itu, ia rela melakukan semuanya. Ia berusaha memulihkan semuanya. Kondisinya kini mulai normal.
Kepada wartawan media ini Yos Marto mengaku Pantai Cepi Watu-Borong adalah kekayaan bathiniah daerah Manggaraai Timur. Menyadari hal itumaka PNS yang juga arsitek ini memiliki kepedulian dan mimpi indah kedepannya.
Mimpinya bukan tanpa alasan. Sudah lama ia memendam harapan, menitih buih untuk menghidupkan pantai Cepi Watu-Borong. Setidaknya patena indah berbalut rupiah itu tidak lekang digilas waktu. Tidaktidur karena kelalaian ‘pemiliknya.’
Karena itu ia mendesainya agar potensi Pantai Cepi Watu Borong jauh lebih berjiwa, bermakna apabila dikemas sebagai ikon pariwisata Manggarai Timur. Untuk mewujudkan mimpi-mimpi indah itu, dibawah liukkan dahan-dahan mangrow ia berhening.
Membiarkan alam bawah sadarnya melukis kanvas kehidupan. Ia bermenung dalam imajinasiyang “sesak”. Pada petak waktu yang damai, di hadapan layar laptopnya
ia melukis harap pada pendar sunset senja di Pantai Cepi Watu Borong
itu.
“Saya sudah mendesain seluruhnya, pelan-pelan kita racik bersama hasil olah rasa saya ini. Perlu kerja sama lintas sektor, kita jadikan Pantai Cepi Watu-Borong dengan mangrove yang ada ini sebagai kekhasan pariwisata di wilayah kita,” katanya.
Menurutnya, tidak sulit untuk mengurusnya. Asalkan semua perangkat
terkait punya pemahaman yang sama. Punya kepedulian dan keprihatinan.
Punya perspektif rasional dan progresif. Dengan itu maka semua desain
yang sudah disiapkan bisa ditularkan secara baik.
Sejauh ini, terangnya keterlibatan jajaran terkait masih sekenanya saja. Masih sebatas moment dengan kontribusi masal. Keterlibatan demikian belum sampai pada esensi yang sesungguhnya. Semestinya setiap tahun dalam porsi yang pantas kita meracik bersama tahap demi tahap. Sebab semangat bersama dan sama-sama kerja berimbas pada hasil yang
memuaskan bersama juga.
Memang jauh sebelum narasi kecil ini diserbaluaskan melalui media ini, sejak masa kepemimpinan Drs. Yoseph Tote-Agas Andreas, SH.MHum, pemberdayaan pantai Borong mendapat perhatian.
Namun belum terukur dan berkelanjutan. Kita harapkan di masa pemerintahan Ande Agas-Stefanus Jaghur, Pantai Cepi Watu Borong semakin cantik didandani. Makin menukik pemberdayaannya, fasilitas dikemas dengan apik bukan hanya pada moment-moment tertentu, tetapi menjadi agenda tetap melalui kucuran dana yang memadai.
Penataan yang apik, terencana, terstruktur dan berkelanjutan akan
menambah daya sedotannya. Kita akan menghirup, menyadap energi positip
yang menghibur dan menyegarkan kita para pengunjungnya.(Canesius/Ntt)