-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Kesejahteraan Petani Tujuan Utama Pembangunan Sektor Pertanian

    redaksi
    Selasa, 17 Juli 2018, Juli 17, 2018 WIB Last Updated 2018-07-17T08:49:49Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    Kesejahteraan Petani Tujuan Utama Pembangunan Sektor Pertanian
    Kuntoro Boga Andri
    INDOMETRO.ID- Pemerintahan Joko Widodo memberikan perhatian khusus pada kesejahteraan petani. Pemerintah menyadari bahwa petani, yang sering dicap sebagai kelompok marjinal, sebetulnya adalah kunci Indonesia jika ingin mencapai kedaulatan pangan.


    "Kementerian Pertanian berkomitmen segala kebijakan dan program pertanian diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan petani. Seperti yang selalu diarahkan oleh Menteri Pertanian, nyawa dari setiap penyusunan kebijakan dan program di sektor pertanian adalah kesejahteraan petani," ungkap Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, Minggu (15/7).
    loading...

    Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, Kementan terus mengupayakan berbagai strategi. Salah satu terobosan yang dilakukan Kementan adalah refocusing anggaran. Besarnya perhatian Presiden Jokowi terhadap sektor pertanian dibuktikan dengan peningkatan anggaran pertanian secara signifikan. Pagu APBN Kementan pada tahun ini sebesar Rp 22,6 triliun, jauh meningkat dibandingkan anggaran 2014 sebesar Rp 14,2 triliun.

    "Mungkin publik banyak yang tidak mengetahui bahwa sejak 2015 pemerintah telah serius melakukan refocusing anggaran pertanian dengan tujuan meningkatkan bantuan untuk petani," katanya. 

    Pada tahun 2014, mayoritas anggaran atau sebesar 48 persen digunakan untuk belanja operasional seperti perjalanan dinas, rapat, dan rehab gedung. Sementara anggaran untuk sarana dan prasarana pertanian hanya sekitar 35 persen. 

    "Tapi, sejak 2015, komposisi komponen anggaran kami balikkan. Belanja operasional kami turunkan menjadi hanya 28 persen, sementara belanja sarpras ditingkatkan signifikan menjadi 65 persen dari total anggaran Kementan 2015," ujarnya.

    Pada tahun 2018, masih kata Boga, porsi belanja sarpras mencatat rekor baru. Untuk pertama kalinya belanja sarpras capai 85 persen dari total anggaran Kementan, atau setara Rp 19,3 triliun. Sementara sisa anggarannya sebesar 3,3 triliun digunakan untuk komponen-komponen anggaran lain yang meliputi belanja pegawai, belanja operasional, dan belanja modal. 

    Peningkatan porsi anggaran sarpras memungkinkan pemerintah untuk memberi perhatian sebesar-besarnya kepada petani. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengarahkan jajarannya untuk fokus pada upaya peningkatan kesejahteraan petani. 

    Perhatian besar kepada petani diejawantahkan melalui sejumlah program terobosan, dari mulai pembangunan infrastruktur hingga program pendampingan petani. Di bidang infrastruktur, dalam kurun waktu dua tahun, Kementan telah membangun dan merehabilitasi tiga juta hektare jaringan irigasi. Selain infrastruktur, Kementan turut meningkatkan bantuan untuk petani berupa benih dan pupuk, serta alat dan mesin pertanian (alsintan). 

    “Anggaran sarpras di antaranya digunakan untuk memberikan bantuan berupa alsintan modern kepada petani. Kami meyakini bahwa kemajuan sektor pertanian Indonesia akan sulit dicapai jika petani masih menggunakan peralatan tradisional. Untuk itu, kami terus mengupayakan petani untuk menggunakan alat pertanian modern,” ungkapnya.

    Upaya modernisasi pertanian tidak hanya terhenti pada pemberian bantuan. Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) melakukan pendampingan intensif terhadap petani dalam pengoperasian alat pertanian modern tersebut. Lewat program Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan (OPA), para penyuluh di daerah dikerahkan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada petani dalam memanfaatkan maupun merawat alat pertanian modern, seperti combine harvester, traktor roda empat, ataupun ekstravator. 

    Persoalan degenerasi petani juga turut menjadi perhatian pemerintah. Kuntoro Boga menyebutkan Kementan menyadari bahwa ada stigma di masyarakat, terutama generasi muda, bahwa sektor pertanian kurang menarik untuk dijadikan mata pencaharian. Untuk mengubah pola pikir masyarakat tersebut, Kementan melakukan sejumlah program strategis di bidang pengembangan SDM. 

    Salah satu strategi yang dijalankan Kementan adalah mentransformasi sejumlah Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan). Bila sebelumnya STPP lebih difokuskan untuk mencetak tenaga-tenaga penyuluh, Polbangtan justru diharapkan dapat melahirkan para petani muda. 

    Tidak hanya bebas biaya, lulusan yang terpilih akan mendapatkan bantuan modal untuk menjalankan usaha tani. Di Polbangtan juga akan lebih banyak praktik pertanian modern sehingga para mahasiswa Polbangtan bisa menjadi petani modern yang handal. 
     
    Program lain yang digencarkan Kementan untuk menghadang degenerasi petani adalah program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP). PWMP adalah upaya penumbuhan dan peningkatan minat, keterampilan, dan jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang pertanian yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan kemadirian jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang pertanian. 

    “Target peserta PWMP adalah generasi muda. Dalam program ini akan diberikan bimbingan, pendampingan, dan pemagangan dari hulu ke hilir kepada para peserta. Tidak berhenti di situ, para peserta akan diberikan modal usaha sehingga program aksi ini bisa menghasilkan wirausahawan di bidang agribisnis yang memiliki kompetensi dan potensi besar untuk memajukan sektor pertanian sesuai dengan kebutuhan industri dan pasar," terang Kuntoro Boga. 
     
    Di masa depan, sektor pertanian masih akan terus menghadapi berbagai tantangan dan hambatan besar. Untungnya, selama hampir empat tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, kebijakan dan program pemerintah mulai membuahkan hasil positif.

    "Melansir data Badan Pusat Statistik, rata-rata nilai tukar petani pada tahun 2017 tercatat 103,06. Nilai ini signifikan meningkat dibandingkan tahun 2014 yang rata-rata tercatat sebesar 102,03," jelasnya. 

    Boga menyebut peningkatan kesejahteraan petani tersebut linier dengan capaian produksi pangan. Nilai produksi pertanian tahun 2017 sebesar Rp 1344 triliun atau naik Rp 350 triliun dibandingkan tahun 2013. Tercatat di periode 2013-2017, terdapat kenaikan 9 persen per tahunnya. 

    "Peningkatan produksi ini juga berdampak pada peningkatan kinerja ekspor. Tercatat pada tahun 2017, ekspor pertanian meningkat Rp 441 triliun," pungkasnya.(rmol)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini