-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Pengalaman Saya Jadi Surveyor Politik di Masa Pemilu yang Panas

    Kamis, 25 April 2024, April 25, 2024 WIB Last Updated 2024-04-24T23:38:01Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
              



    Meskipun tahun ini adalah tahun terberat yang pernah dirasakan oleh kita, tapi penyelenggaraan pilkada tetap berjalan, bahkan untuk beberapa daerah terhitung panas. Contohnya pilkada Jayapura yang disinyalir akan sangat seksi, sebab para paslon banyak yang memiliki kekerabatan dengan eksekutif di kabinet. Ya, sebab itulah  pilkada di daerah ini cukup ramai diperbincangkan oleh khalayak ramai.

    Saya sendiri hanya sekadar tahu dari berita, serta dari teman-teman yang berasal dari daerah itu tidak punya andil dan hak juga karena saya sendiri adalah orang yang ber-KTP di luar Jayapura Tapi, yang pasti adanya pilkada yang panas tersebut juga menjadi ladang rezeki bagi beberapa orang.  Ladang rejeki? Maksudnya uang amplop,  yang pasti ini bukan uang panas.

    Sebagai ,daerah  yang dikenal politiknya kencang melulu, adanya perhelatan akbar demokrasi selalu disambut dengan sukacita oleh sebagian besar masyarakat Mulai dari tingkat daerah sampai negara, baik itu pemilihan wali kota , Bupati sampai pemilihan gubernur di Papua Walaupun, kadang-kadang ada survei politik dan itu pun jarang juga.

    Mungkin ada di antara pembaca yang tidak tahu, kalau penghitungan suara cepat atau quick count itu dilakukan oleh surveyor politik, bahkan masalah popularitas paslon yang seringkali muncul di layar kaca Anda itu berkat surveyor politik juga. Inilah cerita pengalaman saya sebagai surveyor politik yang penuh asam garam dan manisnya yang cuma sedikit.

    Menjadi surveyor politik itu bisa dibilang cukup menyenangkan apalagi kalau kita bisa bepergian ke beberapa Kabupaten di Papua dan bisa melihat langsung kehidupan masyarakat.

    Mungkin juga salah satu faktor mengapa banyak termasuk saya menjadi surveyor politik karena pekerjaannya “terlihat mudah” dibandingkan dengan pekerjaan paruh waktu lainnya. Sekilas, cuman datang ke rumah-rumah warga dan bertanya-tanya saja, setelah selesai tapi kenyataannya pahit

    Pertama, untuk bertanya kepada warga itu tidak bisa asal dan ada sistem dan teknik yang disyaratkan oleh pihak lembaga survey. Harus ke kelurahan dahulu, terus melihat daftar RW serta RT mana saja yang ditugaskan untuk kita, baru datang ke RW untuk meminta daftar warga. Belum lagi nanti menggunakan metodologi yang diterapkan oleh pihak lembaga survei agar tidak sembarang orang bisa kita wawancara.

    Kedua, pilihan politik itu seram  Beda pilihan politik itu tidak kalah menyeramkan dengan Anda dituduh aliran sesat, apalagi kalau masuk ke wilayah yang cenderung memihak salah satu paslon. Apalagi, terakhir kali saya melakukan survei itu saat pilkada  tahun 2020 lalu di lima Kabupaten ( Mamberamo Raya,Kerom,Pegunungan Bintang,Yahukimo dan Kabupaten Yalimo )


    Saya di datangi banyak orang, kadang-kadang ditanya seperti mengintrogasi, dan kadang-kadang ada saja provokasi yang membuat seakan saya dari partai politik yang tidak disukai warga setempat, capek hati dan pikiran. Saya seringkali harus pura-pura, bersilat kata, dan manis-manis agar mengerti dan tidak salah paham. Salah-salah, saya malah bisa dihakimi warga setempat.

    Ketiga, risiko diusir juga besar. Banyak warga yang tidak kooperatif dan bahkan menganggap para surveyor hama. Ditolak mentah-mentah?  Pernah. Dituduh kader  partai . Banyak tidak  enaknya. Yang paling parah  adalah ditolak pihak RT atau RW, sebab kadang-kadang mereka yang pejabat lokal setempat harusnya lebih paham, ini kadang-kadang malah mencurigai serta dituduh yang bukan - bukan.

    Memang betul, kadang-kadang surveyor politik banyak yang berasal dari partai dan tugasnya lebih berat dari lembaga survei politik biasa,  Resiko berat dan  takut salah. Lalu, di sisi lain juga saya juga mendapat pengalaman yang lumayan besar saat survey

    Saya bisa bertemu dengan masyarakat yang majemuk, melihat langsung kondisi warga dalam bingkai politik dan cerita-cerita lucu yang sangat aneh di masa politik. Seperti contohnya, pemilih paslon ternyata belum tentu memilih partai penyokong paslon, bahkan ada yang tidak tahu partai apa saja yang mendukung paslon yang warga setempat pilih. Malahan ada yang salah mengira kalau partai yang ia coblos adalah pendukung paslon.

    Belum lagi kalau bertemu dengan RT yang ramah, itu bisa satu RT disuruh kumpul dan berbaris, padahal hanya beberapa orang saja yang akan diwawancarai. Sungguh antusiasme yang cukup unik. Para surveyor memang diberikan souvenir untuk hadiah wawancara, rasanya melihat orang-orang diwawancarai berterima kasih kepada kita hanya karena dikasih hadiah kecil itu rasanya Terharu.

    Saya cuman pesan, jangan keras-keras ke para surveyor, soalnya mereka kebanyakan modal ingin membantu untuk memgetahui peta politik kekuatan kandidat .Surveyor politik Malahan, banyak yang bukan pemeggang KTP tempat pilkada diselenggarakan, tapi tetap jadi surveyor karena mencari pengalaman serta ikut andil berkontribusi bagi kemajuan Bangsa dan Negara..* silas tokoro.


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini