-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Masjid Sebagai Pusat Bela Negara

    redaksi
    Rabu, 25 Juli 2018, Juli 25, 2018 WIB Last Updated 2018-07-25T07:29:47Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    Masjid Sebagai Pusat Bela Negara
    Nasaruddin Umar
    INDOMETRO.ID- MASJID, mushalla, langgar, surau, meunasah, dan pon­dok pesantren pernah men­gukir sejarah sebagai pusat bela negara. 

    Tidak sedikit jumlah tempat ibadah terse­but menjadi markas dan pusat bela negara bahkan menjadi pusat pergerakan umat dalam memperjuangkan kemerdekaan. Tidak heran kalau di zaman penjajahan Be­landa dan Jepang selalu menjadi salah satu pusat perhatian yang menyedot energi mereka. 

    Ternyata bukan hanya di Indonesia, di nega­ra-negara lain seperti di Timur Tengah, masjid juga selalu menjadi pusat bela negara dalam menumpas penjajahan. Tidak sedikit jumlah masjid dan mushalla di Indonesia yang rusak, hancur, dan dibakar lantaran rumah ibadah ini dijadikan benteng perlindungan umat.


    Rumah ibadah sebagai pusat bela negara amat dahsyat, karena memiliki daya motivasi yang luar biasa. Jika rumah ibadah menjadi sim­bol perjuangan dalam bela negara, maka peman­dangannya seperti yang pernah terjadi di zaman revolusi kemerdekaan negeri kita. Beduk-beduk masjid dan lonceng-lonceng gereja dan klenteng menggelorakan semangat umat dan rumah-ru­mah ibadah menjadi basis pengumpulan massa. Dengan teriakan dan jargon Allahu Akbar, bisa menciutkan nyali tentara kolonial. Sebab, jika per­juangan sudah menggunakan bahasa agama, maka yang akan muncul ialah: 'Isy kariman au mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid). 

    Masjid Nabi dapat dijadikan contoh dalam hal ini. Selain digunakan untuk berbagai kepentingan kemanusiaan dan kemasyarakatan, masjid Nabi secara khusus sering digunakan sebagai tem­pat latihan militer, latihan perang-perangan, dan latihan bela diri, guna memperkuat keterampi­lan umat dalam membela diri dan menghadapi musuh. Taktik, strategi, dan teknik-teknik peperangan dengan mendatangkan penasihat militer profesional dibahas dan digladiresikkan di masjid. Sudah barang tentu di dalamnya ada berbagai jenis persenjataan, baik ringan maupun berat. 

    Masjid Nabi dalam kondisi dan keadaan ter­tentu berfungsi sebagaimana layaknya camp militer, yang di dalamnya tersimpan berbagai macam jenis senjata dan amunisi. Penase­hat militer Nabi yang terkenal dengan nama Salman Al-Farisi, merancang teknik peperan­gan dan bela negara (umat) di masjid. Ia per­nah mengusulkan kepada Nabi agar benteng yang dibuat untuk melindungi komunitas Ma­dinah ialah menggali parit (khandaq), bukan­nya membangun benteng yang tinggi. Selain biayanya murah juga dapat dikerjakan dengan mudah dan cepat. Nabi pun menerima usulan itu dan ternyata efektif sekali karena benteng itu tidak bisa diloncati kuda-kuda musuh. 

    Di masjid, Nabi pernah menginstruksikan umat­nya agar mengajarkan anak-anaknya memanah, menunggang kuda, belajar berenang, dan latihan memanjat pohon atau tebing. Selain berfungsi se­bagai olahraga, juga penting artinya untuk pem­belaan negara dan umat. Nabi sendiri sangat terampil olahraga bela diri. Suatu waktu ketika masih di Mekah, ia diminta menantang si juara bertahan tak terkalahkan, Rukanah namanya, dalam olahraga gulat tradisional Arab. Rukanah yang tinggi besar dibanting dan di-KO Nabi dalam ronde ketiga, di depan penonton yang amat ra­mai. Sejak itu Rukanah mengurungkan niat untuk melanjutkan hobinya sebagai pegulat profesional. Walaupun tubuh Nabi relatif kecil dibanding Ruka­nah, tetapi keterampilan yang dimiliki Nabi mem­buat Rukanah bertekuk lutut. 

    Masjid sebagai pusat bela Negara perlu mendapatkan perhatian khusus bagi kita se­mua. Mesjid dan mushalla saja berjumlah sekitar 800 ribu bertebaran di tengah-tengah masyarakat dalam wilayah kesatuan RI. Jika ini diprogram sebagai pusat bela Negara, maka akan sangat efektif dan efisien. Yang penting fungsi utama rumah ibadah sebagai pusat iba­dah mahdhah tidak terganggu dan hal ini bisa diatur. Agak ironis jika dahulu masjid menjadi pusat pergerakan untuk meraih kemerdekaan, kemudian menjadi pusat bela negara mengaw­al NKRI, tiba-tiba ada masjid digunakan untuk merongrong kewibawaan negara. Masjid dan NKRI sudah merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan oleh apapun. (rmol)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini