-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Indonesia Saatnya Kembangkan Energi Nuklir Untuk PLTN Capai Zero Karbon 2050

    Senin, 13 September 2021, September 13, 2021 WIB Last Updated 2021-09-13T02:55:12Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    Indonesia Saatnya Kembangkan Energi Nuklir Untuk PLTN Capai Zero Karbon 2050

    Jakarta, indometro.id - 
    Indonesia sudah saatnya mengembangkan energi nuklir untuk mencapai Zero Karbon pada tahun 2050, karena belum ada energi baru terbarukan (EBT) yang mampu mencapai nol persen karbon. Dari data yang ada mengenai EBT belum ada hasil 100 persen zero karbon di tahun 2050. Oleh karena itu, Indonesia mutlak harus mengembangkan energi nuklir untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mencapai zero karbon 2050.

    Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan untuk mencapai zero carbon pada 2050, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) harus menggunakan 100% energi baru terbarukan (EBT) untuk seluruh pembangkit listrik. 

    "Data menunjukan hingga akhir 2020, energi fosil pada bauran energi pembangkit listrik masih sebesar 87,85%, yang dominasi batu bara sebesar 57,22%, sedangkan EBT baru mencapai sebesar 12,16%. Capaian EBT itu masih jauh di bawah target ditetapkan sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050 sepanjang keekonomiannya terpenuhi," kata Fahmy melalui surat elektronik yang diterima indometro.id, Senin (13/9/2021). 

    Fahmy menjelaskan terkait Peraturan Pemerintah Nomor 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang juga mematok target kapasitas pembangkit listrik sekitar 115 giga watt (GW) pada 2025 dan 430 GW pada 2050.

    "Target itu untuk memenuhi pemanfaatan listrik per kapita sekitar 2.500 kilo watt per hour (KWh) pada 2025 dan pada 2050 sekitar 7.000 KWh. Pemenuhan target kapasitas pembangkit tersebut diharapkan menggunakan EBT untuk mencapai 100% EBT," jelasnya. 

    Menurutnya, untuk meningkatkan EBT dalam bauran energi seusai target ditetapkan, PLN sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya, di antaranya menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Tenaga Listrik Atap (Rooftop). 

    PLN juga telah mengembangkan berbagai inovasi terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara. PLTU-PLTU itu dapat menghasilkan listrik energi bersih, yang lebih ramah lingkungan. 

    "Namun, tetap saja kapasitas pembangkit listrik EBT masih kecil. Tanpa ada upaya terobosan, PLN diproyeksikan tidak akan dapat mencapai 100% EBT, yang dipersyaratkan untuk mencapai zero carbon  pada 2050," ujarnya. 

    Kemudian Fahmy menuturkan salah satu upaya terobosan itu adalah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sejak sekarang. PLTN adalah pembangkit listrik daya thermal yang menggunakan reaktor nuklir, dengan uranium sebagai bahan utama untuk menghasilkan panas yang sangat besar.

    "PLTN termasuk energi bersih, yang dapat melengkapi (complemtary) dalam bauran energi pembangkit listrik. PLTN sekaligus dapat mengatasi kelemahan Pembangkit Listrik EBT, yang tidak dapat memasok listrik secara penuh (intermittent) dalam setiap waktu," tuturnya. 

    Fahmy beralasan, bahwa pasokan listrik PLTS menjadi berkurang pada saat cuaca mendung dan hujan. Pasokan listrik PLTB ditentukan tinggi-rendahnya tiupan angin. Dalam kondisi tersebut, PLTN dapat memasok listrik pada saat PLTS dan PLTB mengalami penurunan pasokan listrik.

    Agar pengembangan PLTN di Indonesia dapat berjalan lancar dibutuhkan beberapa prasyarat. Pertama, komitmen yang kuat dari kepala negara untuk merealisasikan PLTN. 

    "Paling tidak komitmen itu serupa dengan komitmen Presiden Joko Widodo dalam membangun jalan toll di Indonesia," ungkapnya. 

    Kedua, Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus merealisasikan komitmen Joko Widodo dengan mengubah KEN, yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhhir, harus diubah menjadikan energi nuklir sebagai energi prioritas. 

    Ketiga, melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat (public acceptances rate) terhadap penggunaan PLTN. Selama ini tingkat penerimaan masyaarakat terhadap PLTN masih sangat rendah. Salah satunya disebabkan oleh trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara, di antaranya Jepang, Rusia dan Ukrania. 

    "Namun, kemajuan teknologi reaktor nuklir terbaru, yang digunakan oleh Rostov Rusia, dapat mencegah terjadinya kecelakaan nuklir hingga mencapai nol persen (zero accident). 
    Tanpa mengembangkan energi nuklir," ungkap dia. 

    Fahmy menegaskan, sangat sulit bagi PLN untuk mencapai 100% EBT Pembangkit Listrik, yang menjadi syarat untuk mencapai zero carbon pada 2050. 

    "Untuk mencapai zero carbon tersebut, saatnya bagi Indonesia untuk secara serius dan terus-menerus  mengembangkan energi nuklir pembangkit listrik," tukasnya. 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini