-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Belasan Daerah di Sumut Positif Virus Demam Babi, Belum Ada Korban Manusia

    redaksi
    Rabu, 30 Oktober 2019, Oktober 30, 2019 WIB Last Updated 2019-10-30T06:53:16Z

    Ads:

    ist

    MEDAN, INDOMETRO.ID – Sebanyak 11 kabupaten/kota di Provinsi Sumatra Utara positif tertular virus demam babi Afrika (virus african swine fever/ASF). 

    Adapun 11 Kabupaten/Kota itu, antara lain Kabupaten Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Samosir.

    Kepala Bidang Kesehatan Hewan Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Mulkan Harahap, menjelaskan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah guna mengantisipasi virus tersebut di Sumut.

    Dia mengaku sudah membentuk tim dan mengumpulkan.

    para pakar, bersama pihak kementerian turun ke empat kabupaten yang dominan populasi babi seperti di Humbang Hasundutan, Dairi, Deliserdang dan Simalungun. Itu juga untuk menguji sampel virus tersebut.

    Mulkan mengatakan, virus demam babi lebih sulit ditangani daripada virus flu burung. Sebab lapisan dari virus ini sangat banyak, tidak seperti menangani flu burung. 

    “Makanya kita mengimbau, ketika ada hewan babi yang mati, maka itu langsung dikubur.

    Jangan dibuang ke sungai atau bahkan diperjualbelikan,” ujar Mulkan kepada wartawan, Selasa (29/10).

    Lebih lanjut Mulkan mengatakan, seluruh kabupaten/kota di Sumut telah diingatkan lewat surat edaran tentang standar operasional prosedur (SOP) agar babi yang mati langsung dikubur. Virus demam babi ini, sambungnya, sebetulnya sudah pernah terjadi sejak lama. 

    Namun pada Juni 2018 lalu, virus dimaksud masuk ke daratan Cina lalu meluas ke Vietnam dan terakhir di Timor Leste.

    Sementara, hingga saat ini, sebanyak 4.071 ekor ternak babi di Sumut telah mati akibat serangan virus yang mematikan ternak berkaki empat tersebut. 

    Namun menurut Mulkan, ada tiga versi data tentang
    populasi ternak babi yang mati di Sumut hingga 29 Oktober 2019. 

    Pertama, hasil laporan petugas di lapangan sebanyak 4.071 ekor. 

    Kedua, laporan Balai Verteriner Sumut sebanyak 3.523 ekor, dan menurut laporan Isikhnas yang dilaporkan secara online sebanyak 3.101 ekor. “Yang paling banyak mengalami kematian yakni Kabupaten Dairi sebanyak 1.513 ekor dan Deliserdang sebanyak 1.328 ekor. 

    Sedangkan Kota Medan, babi yang terserang sudah dua ekor,” kata Mulkan.

    Sebagaimana diketahui ASF adalah penyakit menular pada babi dan dapat menginfeksi anggota famili Suidae, baik babi yang diternakkan maupun babi liar. 

    Penyakit ASF adalah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus golongan satu atau hama penyakit hewan karantina (HPHK) yang belum pernah ada di Indonesia dan sangat berbahaya. 

    Yang mana penyebarannya dapat melalui benda angkut, sampah sisa makanan dan lainnya.

    Begitupun Mulkan menegaskan, baik hog cholera maupun penyakit demam babi afrika tidak berdampak pada manusia. Hanya saja, sebarannya begitu cepat dan akan menimbulkan kerugian dalam jumlah yang besar bagi para peternak babi.

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatra Utara, Azhar Harahap, juga mengaku sudah melakukan mengantisipasi penyebaran virus ini dengan turun langsung ke lapangan. 

    “Kita bertemu dengan para bupati dan ada juga perwakilan bupati dan wali kota di lapangan,” kata Azhar Harahap.

    Langkah antisipasi lainnya yaitu menegaskan pelarangan perpindahan ternak babi antar desa. 

    Sehingga penyebarannya tidak cepat ke daerah lain.

    Namun, Azhar membantah kabar yang menyebutkan, sudah ada manusia yang menjadi korban virus demam babi Afrika (virus african swine fever/ASF) ini di Sumut. 

    Hal ini seiring dengan beredar foto di media sosial bahwa seorang wanita di sebut-sebut terkena virus demam babi dengan tubuh penuh bercak keunguan. Menurut Azhar, itu tidak benar atau hoax.

    “Itu penyakit lain. Jadi sampai saat ini belum ada kita temukan di lapangan, khususnya di Sumut, manusia terjangkit virus babi tersebut. Itu penyakit lain,” kata Azhar. 

    Namun sayang, dia tidak menjelaskan lebih lanjut jenis penyakit itu.

    Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, juga mengatakan hal senada. 

    Menurutnya pihaknya belum ada menerima laporan korban manusia terjangkit virus demam babi sampai saat ini di Sumut. 

    “Ada beredarnya foto seorang wanita yang disebut-sebut terkena virus babi, dengan tubuh penuh bercak keunguan, itu adalah hoax. 

    Tapi walaupun begitu, kita akan memantaunya,” ujar Alwi.

    Sementara itu, Kabid Karantina Hewan Badan Karabtina Pertanian (Barantan) drh Anes Doni, lewat WhatsApp-nya mengatakan, gejala klinis ASF pada babi yakni nafsu makan turun, lesu, sianosis (terlihat kebiruan karena kurang supply oksigen), inkoordinasi gerakan (sempoyongan bahkan lumpuh), hemoragi (perdarahan) pada kulit, muntah, diare berdarah dan abortus (keguguran terkait demam dengan suhu tinggi).

    Dikatakannya, beberapa penyakit dapat menjadi diagnosis banding/diferensial dari ASF antara lain Hog Cholera, dan PRRS (Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome) akut.

    “Untuk memastikan hanya dengan diagnosis lab (hasil uji lab). 

    Jadi, tidak bisa kita pastikan penyebab kematian pada babi itu ASF, karena ada juga penyakit lain yang menunjukkan gejala seperti itu. 

    Itu tadi, diagnosis pembandinganya Hog Cholera, dan PRRS akut. Dan, itu harus dibuktikan dengan hasil lab,” kata Doni.

    berita ini bersumber dari sumutpos

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini