-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Aiptu Tembak Istri Lalu Bunuh Diri Dengan Cara Menembak Kepalanya Sendiri

    redaksi
    Senin, 07 Oktober 2019, Oktober 07, 2019 WIB Last Updated 2019-10-07T04:14:53Z

    Ads:

    ist

    SERGAI, INDOMETRO.ID – Seorang personil kepolisian yang bertugas Satres Narkoba Polres Sergai, Aiptu Pariadi (47), diduga menembak mati istrinya, Fitri Handayani (45), sebelum bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri. 

    Peristiwa berlangsung di Dusun VI Pematang Kayu Arang, Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan, Serdangbedagai, Sumut, Sabtu (6/10) malam. 

    AWALNYA malam itu sekira pukul 22.00 Wib, anak korban, Faisal Dwi Apandi (16) alias Ical, terbangun dari tidurnya karena mendengar suara letusan tembakan sebanyak 2 kali. 

    Terkejut mendengar suara letusan tembakan, Faisal keluar dari kamarnya dan melihat ibunya, Fitri Handayani telah terkapar bersimbah darah di atas kasur, tepat di depan TV di ruang keluarga.

    Saat bengong melihat ibunya terkapar bersimbah darah, Faisal masih melihat ayahnya (Aiptu Pariadi) berdiri di depan pintu ruang tamu tengah, memegang pistol miliknya. Sang ayah kemudian mengarahkan pistol ke kepalanya sendiri dan menembaknya 1 kali.

    Dorrr! Seketika Aiptu Pariadi terjatuh bersimbah darah dan tewas di lokasi. Syok dan ketakutan, Faisal anak kedua dari tiga bersaudara itu.

    langsung berteriak sambil berlari kencang ke rumah kakeknya yang hanya berjarak 20 meter dari rumah korban. “Kakekkkk… tengok dulu bapak sama mamak di rumah,” jerit Faisal kepada kakeknya Pairan (70).

    Bersama cucunya, keduanya bergegas ke rumah korban. Pairan terkejut dan menangis melihat anak dan menantunya sudah tewas bersimbah darah. “Astagafirullah allazim… kok beginilah,” ucap Pairan.

    Peristiwa ini pun diberitahukannya kepada menantunya yang juga anggota Polri, Aiptu Heri Siswanto, dengan cara meneleponya.

    “Saat kutelepon, nomor hape menantuku tidak aktif. Lalu aku mencoba mendatangi rumah mereka dan memberitahukan kejadian ini,” bilang Pairan. 

    Bersama Aiptu Heri, Pairan pun bergegas menuju ke rumah korban. Selanjutnya, Aiptu Heri memberitahukan kejadian ini kepada Satreskrim Polres Sergai.

    Tidak berapa lama, Tim Inafis dan Satreskrim Polres Sergai datang melakukan olah TKP di lokasi.

    Turut hadir dalam olah TKP itu Kapolres Sergai AKBP H Juliarman Eka Putra Pasaribu, Waka Polres , Sat Narkoba, Sat Intelkam, Si Propam, Tim Inafis Polres Sergai dan Kapolsek Perbaungan.

    Dari hasil olah TKP di lokasi, ditemukan barang bukti pistol jenis revolver milik Polri, silinder senpi 3 buah selongsong peluru, dan 2 butir peluruh aktif. Selanjutnya jenazah pasutri itu diboyong ke RSUD Sultan Sulaiman guna dilakukan otopsi.

    Usai diotopsi, kedua jenazah dibawa ke rumah duka menggunakan mobil ambulans milik Polres Sergai dan RSUD Sultan Sulaiman, dengan pengawalan Satlantas Polres Sergai.

    Saat iringan mobil ambulans tiba di rumah duka, isak tangis pihak keluarga tak terbendung. 

    Ketiga anak korban pun sesenggukan menahan sedih, melihat kedua orang tuanya dikafani untuk dikebumikan di TPU dusun I Desa Naga Kisar Kecamatan Pantai Cermin.

    Kesaksian Anak & Tetangga

    Kesaksian para tetangga, awalnya mereka terkejut mendengar suara letusan senjata api dari rumah yang dihuni personel Aiptu Pariadi, Sabtu malam. 

    Sugianto mengaku mendengar tiga kali suara tembakan dari rumah Pariadi. Tak lama kemudian juga terdengar suara anak mereka menangis. Saat peristiwa itu terjadi, kedua korban berada di rumah bersama dua anaknya yang tengah tertidur. Sementara anak pertamanya belum pulang ke rumah.

    Udin, salah seorang warga menjelaskan masyarakat sekitar penasaran mendengar anak korban memanggil kakeknya untuk segera datang ke rumahnya. Begitu sampai rumah korban, Udin melihat kedua korban telah tewas. 

    “Sudah meninggal dan bagian kepalanya sudah berlumuran darah. Kayak ada lubang bekas tembakan. Jarak mayatnya paling 3 meter aja,” ujarnya.

    Kapolres Serdang Bedagai, AKBP Juliarman Pasaribu membenarkan dugaan bahwa Aiptu Pariadi menembak istrinya sebelum bunuh diri. 

    “Diduga ada dua tembakan (ke istri korban), sesuai keterangan saksi anaknya sendiri.Pandangan kasat mata, ada tiga luka di kepala. Artinya ada tiga kali letusan senjata api,” kata ,” ujar Juliarman, Minggu (6/10). 

    Diketahui Pariadi dan Fitri memiliki tiga anak. Sebelum ditemukan tewas mengenaskan, keduanya sempat cekcok di ruang tengah rumah mereka. Saat itu, dua anak korban berada di rumah. 

    Sedangkan anak sulungnya sedang keluar rumah. Percekcokan diketahui dari keterangan anak korban. Sebelum cekcok, keduanya bahkan sempat tidak saling berkomunikasi. 

    “Kata anaknya mereka tidak saling komunikasi,” ungkap AKBP Juliarman. Namun belum diketahui secara pasti apa permasalahannya.

    Hingga kini kasus tewasnya pasangan suami istri itu masih diselidiki. “Sesuai prosedur yang berlaku masih dalam penyelidikan apa yang menjadi penyebab motif pelaku. Pas di lokasi ada di tangannya (pistol). Istri korban diduga ada dua lubang di bagian depan,” kata Juliarman, Minggu (6/10). 

    Tentang Aiptu Pariadi, Juliarman mengaku selama ini tidak ada masalah. “Sehari-hari di kantor bagus, tak pernah ada masalah. Baik supel, suka bercanda,” ujar dia.

    Di rumah duka, Kapolres mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya atas peristiwa tersebut dan meminta keluarga tetap bersabar. 

    Menurut Kapolres, selama bertugas almarhum Aiptu Pariadi telah memberikan dedikasi dan loyalitas yang sangat baik kepada Polres Sergai. 

    “Almarhum tidak pernah membuat perbuatan tercela dan selalu menjadi suri tauladan dan menjadi rekan yang baik sesama rekannya. Mudah-mudahan amal ibadah almarhum dan istri diterima di sisi-Nya,” kata Kapolres.

    Kapolres juga memberikan tali asih kepada ketiga anak korban. 

    Kasatnarkoba Polres Sergai AKP Martualesi Sitepu mengatakan, jajaran Satnarkoba Polres Sergai sangat terpukul atas peristiwa yang menimpa personilnya. 

    “Semasa hidupnya, Aiptu Pariadi adalah Kepala Tim (Katim) 1 di Satnarkoba Polres Sergai. 

    Selama ini ia diandalkan di lapangan,” katanya.

    Psikiatri: Biasanya Gangguan Jiwa

    Terkait insiden pembunuhan dan bunuh diri oleh Aiptu Pariadi, Polda Sumut melalui Bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam) membentuk tim untuk melakukan penyelidikan internal. 

    “Sudah kita bentuk tim dan langsung bekerja berkoordinasi dengan penyidik di lapangan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah kasus itu seperti dugaan sementara atau karena ada faktor dari peristiwa lain,” ujar Kepala Bidang Propam Polda Sumut, Kombes Pol Yofie Girianto, kepada wartawan, Minggu (6/10).

    Tim yang dibentuk beranggotakan empat orang, dipimpin oleh Kepala Sub Bidang Pengamanan Internal (Subbid Paminal), AKBP Sugeng Riyadi. 

    “Selain berkoordinasi dengan penyidik Satreskrim Polres Sergai, penyidik (Paminal) ini juga melakukan penyelidikan sendiri.

    Mereka akan melakukan penelusuran terhadap rekam jejak Aiptu P (Pariadi),” sebutnya.

    Rekam jejak yang ditelusuri yaitu selama pelaku berdinas atau bertugas, komunitas internal Polri maupun interaksi sosialnya di luar kedinasan.

    “Selain itu, kita juga melakukan pendalaman terhadap motif atas modus peristiwa,” tandasnya.

    Menanggapi kejadian tersebut, psikiater dari Fakultas Kedokteran (FK) USU, Dr dr Elmeida Effendy MKed KJ SpKJ (K) mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan seseorang nekat bunuh diri. 

    Meski dirinya belum bisa terlalu jauh berkomentar karena kasusnya masih dalam penyelidikan polisi, ia menduga motif awal karena adanya cekcok atau pertengkaran.
    Menurut Elmeida, metode yang digunakan untuk bunuh diri bermacam-macam. 

    Mulai dari gantung diri, menyayat diri, menelan racun dan obat-obatan dalam dosis besar, menembak diri, dan lain sebagainya. Seringkali, bunuh diri terjadi secara tiba-tiba dan tidak terprediksi. 

    “(Bunuh diri) biasanya ini dilakukan oleh orang yang memiliki ganguan jiwa, hidup sendiri, tidak punya keluarga atau teman yang mendukung, pengguna zat adiktif atau narkoba dan sebagainya,” ungkap Elmeida.

    Untuk pencegahan bunuh diri, menurutnya, bisa dilakukan dengan deteksi dini dari gangguan kejiwaan yang ada. 

    Cara sederhananya adalah peka dengan lingkungan sekitar, apakah orang-orang di sekitar menunjukkan perubahan perilaku atau emosi yang labil.

    “Temani mereka dan tawarkan untuk berkonsultasi pada ahlinya. Mencegah kasus bunuh diri ini dengan penyuluhan deteksi dini gangguan jiwa di masyarakat dan pemeriksaan kesehatan jiwa gratis pada masyarakat. 

    Jadi, jangan yang kita pikir aman-aman saja ternyata sudah mengalami depresi dan berencana untuk bunuh diri,” ujarnya.

    Aksi bunuh diri ini bisa juga karena salah memanfaatkan kemajuan teknologi. Misalnya, bisa diikuti live dari media sosial seperti facebook atau instagram. 

    Hal ini bahkan bisa menginduksi orang yang melihatnya untuk melakukan hal yang sama. 

    Perlu diketahui, hal ini terjadi bagi orang yang labil emosinya dan mudah terpengaruh. Bila dia menyaksikan adegan bunuh diri live dari facebook atau youtube, maka dapat menginduksi hal yang sama. 

    “Apalagi, bagi anak-anak yang belum cukup umur dan belum mengerti dengan apa yang dilihatnya bisa meniru adegan yang ditontonnya,” jelas dia.

    Setiap tahun, kasus bunuh diri di dunia sangat besar, mencapai angka 800.000 orang. Sedangkan jumlah yang melakukan usaha bunuh diri lebih tinggi lagi, sampai 25 kali lipat. “Tingginya angka ini membuat WHO memilih satu tanggal untuk memperingati hari pencegahan bunuh diri sedunia atau world suicide prevention day yang jatuh pada setiap 10 September. 

    World suicide prevention day sudah diperingati sejak tahun 2003 lalu,” pungkasnya.

    berita ini bersumber dari sumutpos


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini