Foto
INDOMETRO.ID- Kenaikan harga telur dan ayam yang terjadi sejak Lebaran lalu berefek panjang. Badan Pusat Statistik (BPS) menuding kedua sumber protein ini menjadi penyumbang inflasi Juli.
Kepala BPS Suhariyanto menerangkan, sepanjang Juli tahun ini, inflasi tercatat sebesar 0,28 persen. Angka tersebut lebih kecil dari inflasi Juni 2018, yang sebesar 0,59 persen, tetapi lebih tinggi dibanding Juli 2017, sebesar 0,22 persen.
Sedangkan inflasi tahun kalender Januari-Juli 2018, tercatat sebesar 2,18 persen, dan inflasi tahun ke tahun sebesar 3,18 persen. "Inflasi Juli 2018, paling besar disumbang oleh kelompok pengeluaran bahan makanan. Inflasinya sebesar 0,86 persen dengan andil sebesar 0,18 persen," kata dia, di Kantor BPS Jakarta, kemarin.
Beberapa komoditas yang dominan menyumbang inflasi adalah telur ayam ras dan daging ayam ras. Di mana harga telur saat ini menyentuh Rp 30 ribu, sedangkan harga daging ayam di kisaran Rp 30-40 ribu per kg.
"Sebulan terakhir, andil inflasinya 0,08 persen dan kenaikan harga telur ini terjadi di 72 kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Di Banjarmasin, bahkan mencapai 21 persen kenaikannya," ucap Suhariyanto.
Sedangkan untuk daging ayam ras, andil inflasinya sebesar 0,07 persen. Kemudian, diikuti beberapa komoditas bumbu-bumbuan dan sayuran seperti cabe rawit 0,03 persen, kacang panjang 0,02 persen, serta untuk bayam, tomat, jeruk yang sebesar 0,01 persen. Disusul oleh kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, olaharaga yang terjadi inflasi sebesar 0,83 persen dengan andil 0,07 persen.
Menurutnya, berdasarkan pemantauan di 82 kota Indeks Harga Konsumen, tercatat 68 kota terjadi inflasi, sedangkan 14 kota lainnya mengalami deflasi. Adapun inflasi tertinggi terjadi di kota Sorong yang sebesar 1,47 persen. Sementara itu, inflasi terendah terjadi di tiga kota, yakni Depok, Banyuwangi, dan Surabaya yang sebesar 0,33 persen.
"Sedangkan deflasi tertinggi, terjadi di Ambon sebesar minus 1,45 persen dan terendah terjadi di Palembang minus 0,01 persen," katanya.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan, inflasi dari bahan pangan yang saat ini terjadi dikhawatirkan akan terus berlanjut di Agustus. "Ini melihat tekanan dari biaya impor pangan yang naik karena pelemahan kurs rupiah," kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Selain telur dan daging ayam, ia memprediksi, inflasi Agustus secara musiman akan didorong oleh harga daging sapi yang naik karena Idul Adha.
"Momentum Asian Games di Agustus juga berpengaruh terhadap kenaikan konsumsi makanan jadi, biaya transportasi dan akomodasi perhotelan," lanjut Bhima.
Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno meminta, pemerintah all-out mengendalikan harga telur dan ayam yang sampai kini masih melambung di atas harga normal. Jika dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan akan mengganggu pasokan protein masyarakat.(rm)
|
BPS Salahkan Harga Telur Dan Daging Ayam
redaksi
Kamis, 02 Agustus 2018, Agustus 02, 2018 WIB
Last Updated
2018-08-02T09:29:54Z
Komentar