-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Ini Dia Biang Kerok Gula Seret di Toko Ritel

    redaksi
    Jumat, 20 Maret 2020, Maret 20, 2020 WIB Last Updated 2020-03-20T06:56:47Z

    Ads:


    indometro.id-Asosiasi Gula Indonesia (AGI) buka suara terkait kelangkaan gula yang terjadi akhir-akhir ini. Dengan langkanya barang di pasar, harga gula naik di atas harga eceran tertinggi (HET), yang semestinya tak lebih dari Rp 12.500/kilogram (kg) kini bisa mencapai Rp 18.000/kg.

    "Ya itulah hukum ekonomi. Barang langka, harga bisa naik 200-300%," kata Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi kepada detikcom, Kamis (19/3/2020).

    Direktur Eksekutif AGI Budi Hidayat menyebut kelangkaan gula yang terjadi akhir-akhir ini lantaran kebijakan impor dari pemerintah yang dinilai terlambat.

    "(Gula seret) itu karena impornya datangnya telat. Itu yang jadi pemicu. Kalau itu datang tepat waktu saya pikir nggak terlalu banyak lah kurangnya," ungkap Budi.

    Budi cerita, awalnya diputuskan impor sebanyak 495.000 ton pada Oktober 2019, namun yang terealisasi hanya 438.000 ton. Dari total impor itu, diperkirakan sampai akhir Maret ini baru masuk semua dan hanya cukup sampai kebutuhan Ramadhan.



    "Awalnya kan sudah dilakukan rakortas (rapat koordinasi terbatas) pada Oktober 2019, disetujui ada 495.000 ton. Nah itu sudah datang semua apa belum? Itu yang jadi pemicu (gula seret). Dari 495.000 ton tapi dapat izin 438.000 ton. Kalau itu surat izin impornya cepat keluar, pelaksanaannya cepat dilaksanakan akan lebih cepat datangnya. Nggak sampai Maret lah orang dari Oktober 2019. Tapi itu baru keluar Januari sebagian, Februari sebagian," terangnya.

    Dengan naiknya harga gula di pasar, perlukah HET direvisi?

    Pengusaha Minta Harga Acuan Gula Naik Jadi Rp 14.000/Kg
    Direktur Eksekutif AGI, Budi Hidayat mengatakan petani tebu meminta Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 tahun 2020 yang mengatur harga gula direvisi. Permintaan ini lantaran petani tak bisa menikmati keuntungan dengan harga yang ditetapkan.

    "Kalau permintaan petani sih minta direvisi (HET) karena dengan harga sekian mereka tidak bisa menikmati keuntungan," kata Budi kepada detikcom, Kamis (19/3/2020).

    Belum lagi petani harus membagi hasil pendapatan dengan pabrik yang mengolah tebu menjadi gula tersebut.

    "Di Jawa kan sebagian besar tebunya milik petani. Kecuali di luar Jawa yang tanahnya sendiri. Kalau di Jawa kan hampir 90% tebunya petani. Jadi bagi hasilnya 66% milik petani, yang 34% milik pabrik gula yang giling tebunya itu. Jadi bagi hasil," terangnya.

    Hal serupa dikatakan oleh Tenaga Ahli AGI, Yadi Yusriadi. Menurutnya HET perlu direvisi menjadi Rp 14.000/kg untuk meningkatkan semangat petani menanam tebu.

    "HET sebaiknya direvisi naik menjadi Rp 14.000/kg untuk meningkatkan animo petani menanam tebu. Petani dan produsen gula tidak menikmati kenaikan harga (gula) karena sudah terjual gulanya," ucapnya.

    Harga Gula di Toko Online Tembus Rp 22.000/Kg
    Kenaikan harga gula juga terjadi di toko-toko online, seperti di platform e-commerce. Menurut hasil analisis Telunjuk.com, sejak awal Maret 2020, harga gula di 4 platform e-commerce ternama di Indonesia sudah naik 76%.

    Kenaikan tersebut puncaknya pada hari Minggu (15/3) lalu, di mana harga gula di toko online mencapai Rp 22.000 per kilogram (kg). Atau naik Rp 9.500 dari harga acuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 7 tahun 2020 yaitu Rp 12.500/kg. Hasil analisis tersebut diperoleh dari 5.610 transaksi atas gula 1 kg bermerek.

    Namun, kenaikan harga ini juga diiringi oleh penjualan gula hingga 2.000% pada hari Senin (16/3) lalu. Kemudian, estimasi transaksi sejak 1-16 Maret 2020 mencapai 1.991 transaksi.

    Untuk memenuhi stok gula, pemerintah menambahkan kuota impor 550.000 ton gula. Kuota tersebut akan menambahkan volume impor yang sudah ditetapkan sebelumnya yakni 438.802 ton. Sehingga, total gula impor yang akan masuk Indonesia mencapai 988.802 ton.

    "Gula kita akan tambahkan 550.000 ton dan sudah akan masuk sebagian akhir bulan sekitar 216.000 ton. Kondisi sekarang di distributor 159.000 ton," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto dalam konferensi pers di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020).

    Selain itu, pada teleconference Rabu (18/3/2020), Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Indrasari Wisnu Wardhana menjabarkan, untuk importasi gula kristal mentah (raw sugar) akan masuk Indonesia sebanyak 268.000 ton hingga akhir Maret 2020. Raw sugar tersebut perlu diolah menjadi Gula Kristal Putih (GKP) selama beberapa hari sebelum masuk ke pasar pada awal April 2020.

    "Jadi akan menjadi gula di awal April nanti," ujar Wisnu.

    Pemerintah juga membatasi pembelian gula di toko ritel modern untuk mencegah aksi spekulan, yakni memborong gula untuk dijual kembali dengan harga yang sangat tinggi. Pembatasan itu ditetapkan dalam Surat Nomor:B/1872/III/Res.2.1/2020/Bareskrim tentang pengawasan ketersediaan Bapokting, masyarakat yang berbelanja di toko ritel modern hanya diperbolehkan membeli beras maksimal 10 kilogram (kg), gula maksimal 2 kg, minyak goreng maksimal 4 liter, dan mie instan maksimal 2 dus.

    Berita ini sudah terbit di detikfinance
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini