-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Dua Hari Jalur Medan-Berastagi Macet Parah, 2020 Jalan Layang Mesti Dibangun

    redaksi
    Senin, 08 Juli 2019, Juli 08, 2019 WIB Last Updated 2019-07-08T08:02:09Z

    Ads:

    Jalur Medan-Berastagi mengalami kemacetan panjang, belum lama ini . DPRD Sumut mendesak agar jalan layang segera dibangun.
    MEDAN,INDOMETRO.ID – Kemacetan panjang kerap terjadi, baik dari arah Medan menuju Berastagi, Kabupaten Karo, ataupun sebaliknya, khususnya pada akhir pekan. Kondisi ini membuat masyarakat enggan berlibur ke sejumlah objek wisata di Tanah Karo.
    Sebagai solusi, DPRD Sumut melalui Komisi D mendesak pemerintah pusat segera merealisasikan pembangunan jalan layang di kawasan Sibolangit dan Bandar Baru Sejak Jumat (5/7) malam, kemacetan panjang terjadi di daerah Sibolangit menuju arah puncak Berastagi. Hal ini membuat antrean kendaraan mengular, baik dari arah Medan menuju Berastagi, maupun sebaliknya.
    Kapolsek Pancur Batu Kompol Faidir Chaniago saat dikonfirmasi membenarkan adanya kemacetan panjang yang terjadi di area Sibolangit sejak Jumat (5/7) malam lalu. Menurut Faidir, kemacetan panjang yang terjadi itu karena adanya acara keagamaan Pekan Iman Anak dan Remaja (PIARA) di GBKP Suka Makmur daerah Sibolangit. Ada sekitar 12 ribu orang keluar masuk jalan kaki. Sehingga membuat arus lalulintas menjadi tertahan dan menyebabkan kemacetan panjang.
    Jadi, lanjut Faidir, kemacetan bukan disebabkan adanya tabrakan ataupun bencana seperti longsor. Kemacetan murni hanya karena kepadatan arus lalulintas yang terjadi di lokasi. “Acara itu ‘kan sudah berlangsung dari semalam. Macetnya karena sopir yang membawa mobil keluar masuk di sana tidak paham Medannya. Jadi mereka saling berlomba-lomba dan membuat jalan jadi tertutup,” jelas Faidir, Sabtu (6/7).
    Namun berkat kerja keras personelnya di lapangan dalam mengurai kemacetan dengan melakukan buka tutup lalu lintas, kemacetan sudah mulai teratasi. “Petugas kita berusaha mengurangi kemacetan dengan membuat jalur buka tutup. Saat ini kondisi arus lalu lintas sudah berjalan normal dan tidak macet lagi,” pungkasnya.
    Menyikapi kemacetan yang kerap terjadi di jalur Medan-Berastagi, Ketua Komisi D DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan menilai, kondisi jalan sudah sangat perlu dibenahi. Menurutnya, ada tiga opsi yang telah diajukan DPRD Sumut ke pemerintah pusat dalam membenahi jalur Medan-Berastagi yakni, membuat jalan tol, membuka jalur alternatif dan membangun jalur layang.
    “Sudah ada beberapa pilihan yang kami ajukan ke pusat untuk mengentaskan masalah kemacetan arus lalulintas dari Medan menuju Karo, pertama jalan tol, kedua jalur alternatif dan yang ketiga membuat jembatan layang di beberapa titik yang rawan, di tikungan Sibolangit dekat PDAM dan di tikungan dekat kawasan Bandar Baru terus ke atas yang banyak belokan itu. Perkembangan soal rencana ini malah sudah masuk di Musrenbang Nasional tahun ini,” ujar Sutrisno kepada Sumut Pos, Minggu (7/7).
    Klaim Sutrisno soal dimasukknya rencana pembangunan jalan layang menuju ke Tanah Karo di dalam Musrenbang Nasional akan segera terealisasikan pembangunannya di Tahun 2020 mendatang. Ia menegaskan DPRD Sumut terus mendorong agar hal itu bisa benar-benar terlaksana. “Ya, kita dorong terus.
    Secara politis kita kan sudah bolak-balik ini ke Jakarta.Di awal Agustus kita akan ke sana, ke Kementrian Bappenas, ke Komisi V DPR RI dan PU. Dan mereka menyadari bahwa jalur itu sudah sering terkena macet. Karena kan berita soal itu juga sampai ke mereka,” terangnya.
    Namun memang untuk membangun jalan layang itu, sudah pasti memerlukan kocek yang tak sedikit. Nyaris setengah triliun rupiah diperlukan untuk membangun jembatan layang tersebut. “Cuma memang untuk membangun jalur layang itu diperlukan dana 400 sampai 500 miliar di dua titik itu. Jadi memang tidak mudah itu, kan. Jadi memang berbagai dorongan terus kita lakukan termasuk mengoptimalkan jalur-jalur alternatif sebelum proyek itu dibangun,” kata Sutrisno.
    Menyoal perlunya pembangunan jalan tol dari Medan menuju ke Berastagi, menurut Sutrisno hal itu memerlukan studi yang cukup panjang, mengingat jalur yang harus dilewati adalah kawasan hutan lindung yang cukup panjang. Sehingga, rencana untuk pembangunan jala tol masih diurungkan. “Maka memang yang paling mendesak untuk dilakukan adalah dengan membangun jalan layang itu tadi, meskipun memang itu nanti akan tetap melewati hutan lindung. Namun karena nanti jalurnya jalur atas, artinya nanti hanya bagian itu yang diambil hutan lindungnya, tidak perlu khawatir kiri kanannya akan diambil lagi,” ujarnya.
    Begitupun menurut Sutrisno, masalah jalur Medan-Berastagi juga terjadi pada tak sepadannya lebar ruas jalan dengan volumen kendaraan yang lebih besar. Untuk itu memang pihaknya terus mendorong agar pemerintah melakukan pelebaran-pelebaran jalan. “Dan pelebaran itu sudah mulai dikerjakan itu tahun ini.
    Tapi jalur yang rawan itu di dua tikungan tadi. Jadi dengan teratasinya di dua tikungan ini sudah sangat mengatasi kemacetan yang terjadi selama ini. Karena kan kebanyakan kecelakaan-kecelakaan terjadi di dua tikungan itu,” sebutnya.
    Pihaknya yakin di 2020, opsi yang diajukan DPRD Sumut akan terealisasi. Ia mengklaim upaya-upaya yang mereka lakukan sudah berlangsung sejak setahun yang lalu. “Sejak 2018 dan 2019 kita kencangin terus soal pembangunan jalur layang ke Tanah Karo. Apalagi seperti kita ketahui selama dua hari ini juga jalur menuju Tanah Karo dari Medan cukup padat, apalagi ada event Pesta Bunga di sana. Otomatis arus kendaraan meningkat,” paparnya.
    Tak cuma itu, masalah lain bila bicara soal kemacetan di jalur Medan-Berastagi juga pada perilaku berkendara masyarakat, baik pemilik mobil pribadi juga bus-bus transportasi massal komersial yang melintas dari Medan ke Tanah Karo. Ia mengatakan pemerintah juga kurang melakukan kajian terkait hal ini, alhasil volume kendaraan yang melintas dari Medan ke Tanah Karo terus bertambah tiap tahunnya.
    “Kurangnya kajian juga menjadi salahsatu penyebab jalur Medan ke Tanah Karo semakin padat. Bus-bus angkutan massal agaknya kurang terkoordinir, dan setahu saya kurang diawasi kuota busnya. Alhasil dengan kondisi ini makin padat lah jalurnya, ditambah lagi kendaraan pribadi,” ungkapnya.


    Kepada aparat kepolisian dan pemerintah setempat ia juga mengimbau agar terus menyiapsiagakan personelnya di tempat-tempat yang rawan terjadinya kemacetan. Dengan begini, ungkap Sutrisno, setiap terjadi gangguan agar cepat ditangani. “Semisal menyiapkan alat berat langsung dari Tanah Karo. Jadi setiap terjadi gangguan bisa segera teratasi. Kalau sekarang ini kan seringnya menunggu alat berat dari Medan sehingga lambat ditangani,” pungkas Sutrisno. (sp)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini