-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Relokasi Telur, Jadi Cara Masyarakat Sorkam Tapteng Lestarikan Habitat Penyu

    redaksi
    Senin, 20 Agustus 2018, Agustus 20, 2018 WIB Last Updated 2018-08-20T03:46:43Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    Ilustrasi/net
    TAPTENG,INDOMETRO.ID- Menjaga keseimbangan lingkungan termasuk flora dan fauna, tentu menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat. Kesadaran ini pula yang ditunjukkan nasyarakat Kecamatan Sorkam, Kab Tapanuli Tengah (Tapteng) yang terus berupaya melestarikan habitat penyu, lewat relokasi telur satwa purbakala itu ke tempat penangkaran untuk dijaga.
    Tidak sekadar menjaganya untuk menghindari pemburu, bahkan penjagaan dilakukan hingga telur penyu menetas sampai nanti dilepas ke habitatnya di laut.
    “Kita masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Konservasi Pantai Kelurahan Binasi berupaya untuk melestarikan habitat penyu. Kita melakukan relokasi telur penyu dari habitat aslinya ke tempat penangkaran”, ungkap Sahbudi Sikumbang, Ketua Kelompok Konservasi Pantai Kelurahan Binasi, saat ditemui di Dermaga Pelabuhan Lama Sibolga, Sabtu (18/8/2018).
    Terkait pelestarian penyu ini, Sahbudi mengaku dirinya telah memulainya sejak tahun 2013. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, ia lantas mengajak sejumlah rekannya untuk turut berperan menjaga habitat penyu dengan cara melokalisir telur penyu ke tempat khusus yang disiapkan bersama-sama.
    Kini, total anggota yang tergabung dalam kelompok pelestarian penyu sebanyak 13 orang. Secara swadaya, mereka bersama-sama mencari telur penyu yang dapat direlokasi. Bahkan ketiadaan bantuan khususnya dalam hal pendanaan ditutupi dengan membuat iuran sebesar Rp5000 per orang setiap minggunya.
    Dana yang terkumpul nantinya sebagai pengganti bagi kebutuhan keluarga saat mereka melakukan penjagaan dimasa pertelur. Karena saat masa itu, para anggota harus melakukan penjagaan khusus agar tidak dirusak oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan apa yang dilakukan.
    “Karena banyak juga masyarakat yang tidak senang dengan kami. Kami dianggap mengganggu ekonomi masyarakat. Kan harga jualnya mahal, penyu satu ekornya itu perjengkal dijual 75 ribu. Kalau telur penyu yang sudah direbus dijual 5000 per butir” beber Sahbudi.
    Sejak pertama melaksanakan upaya pelestarian, kelompok tersebut telah melepaskan sedikitnya 5.500 ekor penyu hasil dari peneluran penyu yang telah direlokasi. Telur penyu itu diperoleh dengan cara membeli dari masyarakat yang diklaim sengaja mencari dari laut.
    Untuk mengefektifkan pengumpulan, telur penyu dibeli dengan dua model pembelian. Pertama, telur yang didapat langsung dari masyarakat dibeli dengan harga Rp2000 perbutir
    “Nah satu lagi masyarakat yang memberi info dimana ada telur penyu, kita akan beli 2500 rupiah perbutir. Kenapa lebih mahal, karena kalau cuma dikasih info, kita bisa lebih menjaga cara pengambilan telurnya. Sedangkan kalau masyarakat yang ambil, kemungkinan rusaknya lebih besar”, lanjut pria 38 tahun tersebut.
    Terkait proses peneluran hingga menetas, Sahbudi menjelaskan biasanya memerlukan waktu antara 48 hingga 58 hari. Durasi tersebut tergantung pada cuaca di lokasi penangkaran. Sebab jika hujan, maka akan mempengaruhi suhu tanah.
    Setelah menetas, diperlukan proses adaptasi sekitar satu minggu sebelum penyu dilepaskan ke laut. Lokasi penangkaran sendiri dilakukan di tiga lokasi di Tapanuli Tengah yaitu Pantai Binasi, Pantai Pasar Sorkam dan Pantai di Perbatasan Tapteng dan Aceh.
    Usaha yang dilakukan Kelompok Konservasi Pantai Kelurahan Binasi disebut juga telah membuahkan hasil. Terbukti dalam dua terakhir, angka keberhasilan dalam proses peneluran selalu berada diatas 90 persen. Sedangkan di tahun sebelumnya, persentasenya kurang dari 60 persen.
    Namun tetap saja mereka membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Khususnya dalam hal edukasi, pemahaman dan pendanaan.
    “Kami sangat membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Karena kalau tidak kita, siapa lagi. Enggak mungkin juga kita berharap orang luar membantu kampung kita dan habitat penyu ini. Begitu juga secara pendanaan, selama ini kami hanya baru dapat bantuan dari Lanmal beberapa waktu yang lalu”, ucap Sahbudi berharap.(ol)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini