-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JustMarkets

    Temukan Kami DI Fb

    Reforma Agraria Makin Nggak Jelas Saja

    redaksi
    Kamis, 12 Juli 2018, Juli 12, 2018 WIB Last Updated 2018-07-12T06:45:22Z

    Follow Yok Frend :

    @adv_kaharudinsyah.sh
    Foto/Net
    INDOMETRO.ID- Perjuangan mewujudkan reforma agraria dan kedaul­atan pangan masih panjang. Penguatan gerakan rakyat hingga munculnya sejumlah regu­lasi, dinilai belum cukup untuk mensejahterakan rakyat, khusus­nya petani.



    Hal ini diingatkan Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih, dalam peringatan ulang tahunnya ke-20 SPI 8 Juli lalu. Bersama gerakan rakyat lainnya, aku Henry, pihaknya telah mendorong perjuangan reforma agrarian dan kedaulatan pangan menjadi program prioritas pemerintah. 

    Sejauh ini, SPI berhasil mem­perjuangkan, mendistribusikan dan mempertahankan tanah per­tanian kepada para anggotanya. Juga mencetak kader-kader agroekologi, dan mempraktek­kan pertanian agroekologi di berbagai wilayah anggota SPI. 

    "SPI bersama gerakan rakyat lainnya juga berhasil mendorong pengesahan sejumlah undang-undang," kata Henry. 

    Selama 20 tahun terakhir, SPI menjadi organisasi perjuangan yang terdepan dalam melawan neoliberalisme. SPI menentang kehadiran rezim perdagangan bebas di bawah World Trade Organization (WTO), dan per­janjian-perjanjian perdagangan regional lainnya yang memak­sakan perdagangan bebas di dunia. 

    "Pertemuan tahunan World Bank di Bali pada 10 – 12 Oktober 2018 mendatang, lebih baik tidak usah dilaksanakan. Karena akan membuat Indonesia se­makin terjerat genggaman World Bank dan IMF," imbuhnya. 

    Henry menilai, belum ber­hasilnya Indonesia menjalankan reforma agraria dan kedaulatan pangan, disebabkan tekanan negara-negara industri, lembaga-lembaga keuangan internasional, serta persekongkolan korporasi-korporasi dunia. 

    "Demikian juga dengan tidak terselesaikannya konflik-konflik agraria, dan terjadinya peram­pasan-perampasan tanah rakyat dan kriminilisasi pejuang petani akhir-akhir ini," sambungnya. 

    Sebelumnya, Presiden Jokowi berpesan, di era modern seka­rang petani harus terorganisasi layaknya korporasi. "Saya selalu menyampaikan, petani jangan jalan sendiri-sendiri. Buatlah kelompok tani, gabungan kel­ompok tani," ujar Jokowi. 
    BACA JUGA:


    Menurut Jokowi, untuk men­jadi kekuatan besar, kelompok petani harus lebih besar lagi. Kelompok besar gabungan kel­ompok tani seperti itu namanya korporasi petani.(rmol)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini