-->
  • Jelajahi

    Copyright © Indometro Media
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    >

    Temukan Kami DI Fb

    Industri Mulai Kerek Harga

    redaksi
    Sabtu, 14 Juli 2018, Juli 14, 2018 WIB Last Updated 2018-07-14T02:10:20Z

    Ads:

    Industri Mulai Kerek Harga
    Foto/Net
    INDOMETRO.ID- Para pengusaha sudah tak kuat lagi menanggung rugi akibat terus melemahnya nilai tukar rupiah. Mereka pun mulai menaikkan harga jual produknya supaya tidak gulung tikar.



    Salah satu industri yang sudah mulai menaikkan harga adalah tekstil. Langkah ini agar industri tekstil tetap bisa beroperasi.

    Ketua Umum Asosiasi Pertek­stilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, pelema­han rupiah sangat menguntung­kan bagi perusahaan tekstil yang berorientasi ekspor. Namun, bagi mereka yang pasar utamanya do­mestik tentu menjadi beban.

    "Karena itu mereka memi­lih untuk menaikkan harga 10 persen supaya tetap bisa hidup dan bertahan,"  ujarnya di Ja­karta, kemarin.

    Kenaikan sudah dilakukan pengusaha sejak seminggu lalu. Sampai saat ini belum diketahui bagaimana dampaknya pada penjualan.

    Menurut dia, selain tingginya biaya inpor akibat melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga minyak dun­ia dan batu bara juga menambah beban operasi perusahaan. Kar­ena itu, salah satu solusinya ada dengan menaikkan harga jual.

    "Efisiensi segala macam kan sudah dilakukan. Biaya trans­portasi juga ikut naik. Semua komponen ikut naik," katanya.

    Menurutnya, pengusaha tek­stil membutuhkan kepastian dari nilai tukar rupiah sehingga bisa menyusun rancangan bisnis den­gan pasti. "Kalau sekarang susah menyusunnya," kata Ade.

    Pengusaha makanan dan mi­numan (mamin) mulai ancang-ancang menaikkan harga. Sebab, nilai tukar rupiah terus anjlok.

    Ketua Umum Gabungan Pen­gusaha Makanan dan Minu­man (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar tidak bisa dibiarkan. Apal­agi, saat ini sudah mencapai Rp 14.500 an per dolar AS.

    Menurutnya, batas nilai tukar rupiah yang bisa ditoleransi ada­lah Rp 15.000. Jika sudah mele­wati angka tersebut maka pelaku usaha sudah pasti akan menaik­kan harga jual produknya.

    Saat ini, 80 persen bahan baku industri mamin memang masih im­por dan dampak pelemahan rupiah memang terasa. Bahan baku yang masih impor adalah terigu, garam, gula, pewarna, dan perasa.

    Menurut dia, industri mamin sama dengan industri farmasi dimana bahan bakunya masih berasal dari impor. Keter­gantungan terhadap bahan baku impor bisa dicegah asalkan pemerintah dan pelaku usaha bekerjasama.

    "Impor bisa dicegah jika ada dukungan dari pemerintah kar­ena pelaku usaha tidak bisa bekerja sendiri," ujar dia.

    Adhi meminta pemerintah terus menjaga fundamental ekonomi untuk menciptakan kestabilan ekonomi yang di­inginkan semua pihak baik masyarakat maupun kalangan pengusaha. Cara menjaga kes­tabilan ekonomi adalah menjaga defisit transaksi berjalan.(rmol)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini