Foto |
Matahari belum lama menampakkan sinarnya, saat Mamat sampai di tempat kerjanya, RTH Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara. Seperti biasa, petugas dari Dinas Kehutanan (Dishut) Kotamadya Jakarta Utara itu, langsung bergegas menuju tempat peralatan kerjanya disimpan.
Sejurus kemudian, dia telah menenteng sebuah cangkul dan beberapa perkakas yang akan membantunya bekerja. Hari itu, dia akan menggemburkan beberapa bidang tanah di RTH tersebut. Itu dia lakukan agar tanah-tanah tersebut bisa ditanami rumput lagi.
Dari pengamatan, sejumlah bagian yang seharusnya tertanam rumput memang tampak gundul dan hanya menyisakan tanah merah. Sebagian lagi masih menyisakan rumput. Namun, rumput-rumput tersebut sepertinya tak akan bisa hidup lebih lama lagi melihat kondisinya.
Suasana semakin tampak gersang pada saat matahari semakin meninggi. Terlebih, pohon-pohon yang ditanam di sekitaran rerumputan belum tumbuh secara maksimal, sehingga belum bisa memberikan keteduhan yang diharapkan.
Dari segi fasilitas, RTH Kalijodo terbilang cukup memadai. Sebuah gedung utama yang bisa dipakai untuk acara tertentu berada di bagian depan. Di sebelahnya terdapat arena untuk bermain papan seluncur.
Saat bergeser ke sisi utara RTH Kalijodo, pengunjung dapat menemui deretan kios-kios penjaja makanan yang kebanyakan sedang tutup. Beberapa wahana permainan anak juga ditutup kain terpal, tanda tak beroperasi.
Hingga menjelang siang, suasana RTH Kalijodo tidak terlalu ramai. Hanya sedikit warga yang mendatangi RTH yang berada di antara Kali Angke dan Kanal Banjir Barat itu. Suasana sepi juga tampak di gedung penunjang yang ada di RTH tersebut. Pun demikian dengan sarana olahraganya.
"Biasa ramainya hari Minggu sama Senin. Itu juga pas sore-sore. Kalau pagi sampai siang begini mah nggak terlalu. Paling ramai yang punya warung," ucap Mamat, saat ngobrol-ngobrol, Selasa (24/7).
Disinggung soal banyaknya rumput yang rusak di RTH tersebut, warga Tanjung Priok, Jakarta Utara itu pun turut mengakuinya. Namun, dia membantah jika hal tersebut karena kurangnya perawatan dari pengelola. Kata dia, ada beberapa faktor penyebabnya.
“"Pertama, nggak bisa nolak juga, sekarang musim kemarau. Banyak juga rumput yang mengering karena proses alam. Lalu yang paling penting, banyak pengunjung yang nggak sadar diri. Nggak merasa berdosa main injak rumput saja," beber Mamat.
Dia menegaskan, perawatan RTH Kalijodo dilakukan secara terus menerus dan rutin setiap hari. Perawatan yang dilakukan mulai dari penyiraman, hingga pemupukan. Semua itu dilakukan olehnya dan beberapa petugas dari Dishut Jakarta Utara yang lainnya.
"Selain itu, kalau ada rumput yang mati pun kita cepat, langsung ditanam lagi. Nggak benar lah kalau ini dibilang nggak diurus. Saya sudah enam bulan di sini, kerja dari jam delapan pagi sampai empat sore ngerawat rumput-rumput," tegasnya.
Namun, selain kurangnya kesadaran pengunjung, dia pun mengeluhkan ketiadaan petugas kebersihan. Sehari-hari, sambung Mamat, pekerja dari Dishut-lah yang juga ikut melakukan tugas kebersihan.
"Jadinya kayak nggak fokus. Tadinya ada petugas kebersihan. Sekarang kita juga yang ngebersihin kalau banyak sampah pengunjung," ujarnya.
Pengunjung RTH Buang Sampah Seenak Udelnya
Pengelola sekaligus Kepala Keamanan RTH Kalijodo Jamal menyatakan, kebersihan kawasan RTH Kalijodo bukan menjadi tanggung-jawab pengelola semata.
"Saya pikir harus ada keseimbangan antara upaya kami untuk membenahi dan menangani sampah ini dengan masyarakat," kata Jamal.
Menurut Jamal, RTH Kalijodo merupakan fasilitas publik yang harus dijaga bersama-sama. Dia berharap, para pengunjung punya kesadaran untuk menjaga kebersihan. Dia menyebutkan, masih banyak warga yang kurang peduli dengan kebersihan RTH Kalijodo, sehingga membuang sampah seenak udelnya.
"Misalnya, dengan tidak membuang sampah pada tempatnya. Penanganannya lebih mudah dan cepat kalau masyarakat ikut menjaga. Tempat sampah sudah kami siapkan, tapi pengunjung itu sampahnya dilempar begitu saja," katanya.
Selain gersang dan jorok, rusaknya sejumlah fasilitas olahraga juga dikeluhkan pengunjung. Raihan, salah seorang pengunjung yang ditemui menyayangkan adanya tambalan di arena bermain papan seluncur.
Dia mengatakan, penambalan dilakukan secara mandiri oleh para anggota komunitas skateboard. "Bukannya pengelola yang merawat, tapi malah skaters-skaters ini ngumpulin uang untuk renovasi. Mestinya kan fasilitas yang dikelola pemerintah, ada dong (dananya)," kata Raihan.
Selain RTH, RPTRA Kalijodo juga sempat menjadi sorotan. RPTRA yang posisinya berdempetan dengan RTH Kalijodo namun berbeda wilayah kotamadya, disebut kurang terawat. Namun, dari pengamatan, RPTRA Kalijodo tampak terawat, bersih dari sampah. Hari itu sejumlah anak sedang asyik bermain di lokasi.
Di RPTRA yang berada di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat itu, ada sejumlah fasilitas. Di antaranya batu refleksi untuk lansia, aula, perpustakaan, ruang laktasi, tempat bermain anak, toilet, dan lainnya. Semuanya bisa dinikmati pengunjung secara gratis.
Latar Belakang
Yang Viral Di RTH Kalijodo, Bukan RPTRA
Selain RTH, RPTRA Kalijodo sempat disebut tak terawat. Namun, Pengelola RPTRA Kalijodo keberatan RPTRA disebut tidak terawat. Kasus adanya sampah yang dipersoalkan disebut ada di RTH Kalijodo.
Pengelola RPTRA Kalijodo, Dewi Mayasari menjelaskan, RPTRA Kalijodo masuk wilayah Jakarta Barat. Sedangkan RTH Kalijodo masuk wilayah Jakarta Utara. Lokasinya memang berdampingan.
"Jadi kemarin yang dibilang RPTRA kotor dari sampah, kita ini sangat, apa sih, menyesalkan gitu. Mungkin tidak tahu ya apa itu RPTRA, apa itu RTH. Karena memang kita satu atap ya, tapi kita dua nama. Pengelolanya juga beda, di RTH ada pengelola sendiri, di RPTRA ada pengelola sendiri," jelas Dewi.
Menurut Dewi, kawasan RPTRA Kalijodo dan RTH Kalijodo berbatasan dengan tembok. Di lokasi juga ada terpasang penunjuk batas. RPTRA, menurutnya, lokasinya tidak terlalu besar. Berbeda dengan RTH Kalijodo yang punya arena skateboard.
"Jadi, di gambar yang lagi viral (soal sampah) itu kan di RTH. Kita yang di RPTRA bingung, kok gambarnya RTH tulisannya RPTRA gitu,” sambungnya.
Hal senada pun disampaikan Lurah Angke, Tambora, Jakarta Barat, M Dirhamsyah. Dia mengaku sedih karena RPTRA Kalijodo disebut tidak terawat. Menurutnya, itu tidak sesuai fakta.
"Kita merawat terus menerus. Ketika subuh-subuh kita sudah sapu-sapu, bersih-bersih. Saya juga pulang kerja, sebelum ke rumah ke sini dulu. Kita juga dibantu Satpol PP, PPSU, jadi merasa ini adalah milik kita bersama," ucap Dirhamsyah.
Menurut Dirhamsyah, RPTRA Kalijodo dikelola petugas pengelola yang digaji sesuai UMR. Pengelolaannya dipimpin dirinya sebagai Lurah. Mereka setiap hari bertugas merawat RPTRA serta mengedukasi pengunjung agar tertib dan disiplin, misalnya tidak membuang sampah sembarangan.
"Perawatan RPTRA dibantu tiga pilar, Pak RT, Pak RW, mengontrol kebersihan. Masyarakat pun, semua masyarakat khususnya Angke, sangat care, sangat menjaga RPTRA ini," tuturnya.
Ditambahkan Dirhamsyah, dirinya akan berupaya untuk terus menata RPTRA Kalijodo agar bersih dan terawat. Dia menegaskan, RPTRA ini tidak boleh dikomersilkan.
"Marah saya nanti, karena itu di luar fungsinya. Fungsinya kan untuk edukasi anak. Karena anak itu, terutama di Angke ini, lingkungan padat, biar mereka punya rasa aman, tentram dan berpendidikan," ujarnya.
Kawasan Kalijodo yang dulunya terkenal dengan hiburan malam telah bertransformasi. Pasca penertiban yang dilakukan pada Februari 2016, lahan Kalijodo dikembangkan menjadi RTH dan RPTRA.
Menempati kawasan seluas 3,4 hektare, Kalijodo terbagi menjadi dua kawasan. Area yang terletak di Jakarta Barat dan bagian yang berada di Jakarta Utara.
Dalam penataannya, kawasan Jakarta Barat menjadi RPTRA. Sedangkan RTH dibagi menjadi dua, yaitu area aktivitas dan hutan kota. Area aktivitas dilengkapi fasilitas yang dapat menjadi activity generator, seperti skate park, amphitheatre, dan function area sebagai fasilitas pendukung kegiatan yang berlangsung.
Di sisi lain, area hutan kota dijadikan sebagai penghijauan kota, area joging dan bersepeda. Di beberapa titik disediakan tempat peristirahatan yang juga dilengkapi kios sebagai tempat pengunjung beristirahat.
Ornamen bangunan di Kalijodo memadukan budaya China dan Betawi. Pada kawasan di Jalan Teluk Gong Raya juga dibuat Monumen Kalijodo yang dirancang seniman Hanafi dengan mengambil konsep sumur kehidupan.(rmol)
Sejurus kemudian, dia telah menenteng sebuah cangkul dan beberapa perkakas yang akan membantunya bekerja. Hari itu, dia akan menggemburkan beberapa bidang tanah di RTH tersebut. Itu dia lakukan agar tanah-tanah tersebut bisa ditanami rumput lagi.
Dari pengamatan, sejumlah bagian yang seharusnya tertanam rumput memang tampak gundul dan hanya menyisakan tanah merah. Sebagian lagi masih menyisakan rumput. Namun, rumput-rumput tersebut sepertinya tak akan bisa hidup lebih lama lagi melihat kondisinya.
Suasana semakin tampak gersang pada saat matahari semakin meninggi. Terlebih, pohon-pohon yang ditanam di sekitaran rerumputan belum tumbuh secara maksimal, sehingga belum bisa memberikan keteduhan yang diharapkan.
Dari segi fasilitas, RTH Kalijodo terbilang cukup memadai. Sebuah gedung utama yang bisa dipakai untuk acara tertentu berada di bagian depan. Di sebelahnya terdapat arena untuk bermain papan seluncur.
Saat bergeser ke sisi utara RTH Kalijodo, pengunjung dapat menemui deretan kios-kios penjaja makanan yang kebanyakan sedang tutup. Beberapa wahana permainan anak juga ditutup kain terpal, tanda tak beroperasi.
Hingga menjelang siang, suasana RTH Kalijodo tidak terlalu ramai. Hanya sedikit warga yang mendatangi RTH yang berada di antara Kali Angke dan Kanal Banjir Barat itu. Suasana sepi juga tampak di gedung penunjang yang ada di RTH tersebut. Pun demikian dengan sarana olahraganya.
"Biasa ramainya hari Minggu sama Senin. Itu juga pas sore-sore. Kalau pagi sampai siang begini mah nggak terlalu. Paling ramai yang punya warung," ucap Mamat, saat ngobrol-ngobrol, Selasa (24/7).
Disinggung soal banyaknya rumput yang rusak di RTH tersebut, warga Tanjung Priok, Jakarta Utara itu pun turut mengakuinya. Namun, dia membantah jika hal tersebut karena kurangnya perawatan dari pengelola. Kata dia, ada beberapa faktor penyebabnya.
“"Pertama, nggak bisa nolak juga, sekarang musim kemarau. Banyak juga rumput yang mengering karena proses alam. Lalu yang paling penting, banyak pengunjung yang nggak sadar diri. Nggak merasa berdosa main injak rumput saja," beber Mamat.
Dia menegaskan, perawatan RTH Kalijodo dilakukan secara terus menerus dan rutin setiap hari. Perawatan yang dilakukan mulai dari penyiraman, hingga pemupukan. Semua itu dilakukan olehnya dan beberapa petugas dari Dishut Jakarta Utara yang lainnya.
"Selain itu, kalau ada rumput yang mati pun kita cepat, langsung ditanam lagi. Nggak benar lah kalau ini dibilang nggak diurus. Saya sudah enam bulan di sini, kerja dari jam delapan pagi sampai empat sore ngerawat rumput-rumput," tegasnya.
Namun, selain kurangnya kesadaran pengunjung, dia pun mengeluhkan ketiadaan petugas kebersihan. Sehari-hari, sambung Mamat, pekerja dari Dishut-lah yang juga ikut melakukan tugas kebersihan.
"Jadinya kayak nggak fokus. Tadinya ada petugas kebersihan. Sekarang kita juga yang ngebersihin kalau banyak sampah pengunjung," ujarnya.
Pengunjung RTH Buang Sampah Seenak Udelnya
Pengelola sekaligus Kepala Keamanan RTH Kalijodo Jamal menyatakan, kebersihan kawasan RTH Kalijodo bukan menjadi tanggung-jawab pengelola semata.
"Saya pikir harus ada keseimbangan antara upaya kami untuk membenahi dan menangani sampah ini dengan masyarakat," kata Jamal.
Menurut Jamal, RTH Kalijodo merupakan fasilitas publik yang harus dijaga bersama-sama. Dia berharap, para pengunjung punya kesadaran untuk menjaga kebersihan. Dia menyebutkan, masih banyak warga yang kurang peduli dengan kebersihan RTH Kalijodo, sehingga membuang sampah seenak udelnya.
"Misalnya, dengan tidak membuang sampah pada tempatnya. Penanganannya lebih mudah dan cepat kalau masyarakat ikut menjaga. Tempat sampah sudah kami siapkan, tapi pengunjung itu sampahnya dilempar begitu saja," katanya.
Selain gersang dan jorok, rusaknya sejumlah fasilitas olahraga juga dikeluhkan pengunjung. Raihan, salah seorang pengunjung yang ditemui menyayangkan adanya tambalan di arena bermain papan seluncur.
Dia mengatakan, penambalan dilakukan secara mandiri oleh para anggota komunitas skateboard. "Bukannya pengelola yang merawat, tapi malah skaters-skaters ini ngumpulin uang untuk renovasi. Mestinya kan fasilitas yang dikelola pemerintah, ada dong (dananya)," kata Raihan.
Selain RTH, RPTRA Kalijodo juga sempat menjadi sorotan. RPTRA yang posisinya berdempetan dengan RTH Kalijodo namun berbeda wilayah kotamadya, disebut kurang terawat. Namun, dari pengamatan, RPTRA Kalijodo tampak terawat, bersih dari sampah. Hari itu sejumlah anak sedang asyik bermain di lokasi.
Di RPTRA yang berada di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat itu, ada sejumlah fasilitas. Di antaranya batu refleksi untuk lansia, aula, perpustakaan, ruang laktasi, tempat bermain anak, toilet, dan lainnya. Semuanya bisa dinikmati pengunjung secara gratis.
Latar Belakang
Yang Viral Di RTH Kalijodo, Bukan RPTRA
Selain RTH, RPTRA Kalijodo sempat disebut tak terawat. Namun, Pengelola RPTRA Kalijodo keberatan RPTRA disebut tidak terawat. Kasus adanya sampah yang dipersoalkan disebut ada di RTH Kalijodo.
Pengelola RPTRA Kalijodo, Dewi Mayasari menjelaskan, RPTRA Kalijodo masuk wilayah Jakarta Barat. Sedangkan RTH Kalijodo masuk wilayah Jakarta Utara. Lokasinya memang berdampingan.
"Jadi kemarin yang dibilang RPTRA kotor dari sampah, kita ini sangat, apa sih, menyesalkan gitu. Mungkin tidak tahu ya apa itu RPTRA, apa itu RTH. Karena memang kita satu atap ya, tapi kita dua nama. Pengelolanya juga beda, di RTH ada pengelola sendiri, di RPTRA ada pengelola sendiri," jelas Dewi.
Menurut Dewi, kawasan RPTRA Kalijodo dan RTH Kalijodo berbatasan dengan tembok. Di lokasi juga ada terpasang penunjuk batas. RPTRA, menurutnya, lokasinya tidak terlalu besar. Berbeda dengan RTH Kalijodo yang punya arena skateboard.
"Jadi, di gambar yang lagi viral (soal sampah) itu kan di RTH. Kita yang di RPTRA bingung, kok gambarnya RTH tulisannya RPTRA gitu,” sambungnya.
Hal senada pun disampaikan Lurah Angke, Tambora, Jakarta Barat, M Dirhamsyah. Dia mengaku sedih karena RPTRA Kalijodo disebut tidak terawat. Menurutnya, itu tidak sesuai fakta.
"Kita merawat terus menerus. Ketika subuh-subuh kita sudah sapu-sapu, bersih-bersih. Saya juga pulang kerja, sebelum ke rumah ke sini dulu. Kita juga dibantu Satpol PP, PPSU, jadi merasa ini adalah milik kita bersama," ucap Dirhamsyah.
Menurut Dirhamsyah, RPTRA Kalijodo dikelola petugas pengelola yang digaji sesuai UMR. Pengelolaannya dipimpin dirinya sebagai Lurah. Mereka setiap hari bertugas merawat RPTRA serta mengedukasi pengunjung agar tertib dan disiplin, misalnya tidak membuang sampah sembarangan.
"Perawatan RPTRA dibantu tiga pilar, Pak RT, Pak RW, mengontrol kebersihan. Masyarakat pun, semua masyarakat khususnya Angke, sangat care, sangat menjaga RPTRA ini," tuturnya.
Ditambahkan Dirhamsyah, dirinya akan berupaya untuk terus menata RPTRA Kalijodo agar bersih dan terawat. Dia menegaskan, RPTRA ini tidak boleh dikomersilkan.
"Marah saya nanti, karena itu di luar fungsinya. Fungsinya kan untuk edukasi anak. Karena anak itu, terutama di Angke ini, lingkungan padat, biar mereka punya rasa aman, tentram dan berpendidikan," ujarnya.
Kawasan Kalijodo yang dulunya terkenal dengan hiburan malam telah bertransformasi. Pasca penertiban yang dilakukan pada Februari 2016, lahan Kalijodo dikembangkan menjadi RTH dan RPTRA.
Menempati kawasan seluas 3,4 hektare, Kalijodo terbagi menjadi dua kawasan. Area yang terletak di Jakarta Barat dan bagian yang berada di Jakarta Utara.
Dalam penataannya, kawasan Jakarta Barat menjadi RPTRA. Sedangkan RTH dibagi menjadi dua, yaitu area aktivitas dan hutan kota. Area aktivitas dilengkapi fasilitas yang dapat menjadi activity generator, seperti skate park, amphitheatre, dan function area sebagai fasilitas pendukung kegiatan yang berlangsung.
Di sisi lain, area hutan kota dijadikan sebagai penghijauan kota, area joging dan bersepeda. Di beberapa titik disediakan tempat peristirahatan yang juga dilengkapi kios sebagai tempat pengunjung beristirahat.
Ornamen bangunan di Kalijodo memadukan budaya China dan Betawi. Pada kawasan di Jalan Teluk Gong Raya juga dibuat Monumen Kalijodo yang dirancang seniman Hanafi dengan mengambil konsep sumur kehidupan.(rmol)